Saat Caesar membuka mata, yang terpikir hanyalah Elina. Kerinduan untuk bertemu mendesak di dada sampai tak tertahankan. Dalam kesamaran, Elina tiba-tiba sudah duduk di hadapannya.
Caesar bangkit berdiri. Biasanya mereka berdua menyembunyikan asmara karena terlalu banyak rintangan di antara mereka. Ia tak mau mempersulitnya. Tapi untuk momen ini—setidaknya milikilah detik-detik ini.
Kedekatan Caesar membuat Clarisse panik. Jelas ia melihat ada yang tidak beres pada orang itu. Sorot matanya membuatnya takut, ingin lari tapi tak sempat. Mana mungkin kelincahannya menyaingi Caesar? Nyatanya ia sama sekali tak bergerak.
Tak tahu sejak kapan Caesar sudah berada di depannya. Untuk pertama kalinya ia dipeluk lelaki.
“Aku sangat merindukanmu. Sangat, sangat merindukan.”
Suara Caesar berat sekali. Clarisse bisa merasakan kedalaman perasaannya. Detak jantungnya berpacu kencang. Tak bisa bicara, tak tahu feel apa yang sedang ia alami.
Saat itu Caesar perlahan mulai sadar,……Sepertinya ini adalah istana kerajaan, yang bisa masuk ke sini mungkin hanya Putri Clarisse, tapi sekarang dia sedang memeluk seorang gadis cantik yang menempel erat di pelukannya.
Sssst~~~
Keringat dingin langsung mengucur, Dewa Laut! Apa yang terjadi di sini?!
Dengan sedikit menundukkan kepala, matanya menyapu sekeliling—astaga, benar itu Putri Clarisse. Sang putri cantik ini sekarang terlihat seperti bayi manja yang dipeluknya, kedua mata tertutup rapat, bulu mata indahnya berkedip lembut, wajah nyaris sempurna itu memancarkan semburat merah.
Kenapa Elina berubah menjadi Clarisse?
Apa Dewa Laut sengaja mengerjainya?!
Dibandingkan dengan kerjasama Clarisse, Caesar lebih memilih dipukuli habis-habisan. Sekarang harus bagaimana? Jika buru-buru mendorokannya, pasti lebih rumit. Tapi jika dibiarkan begini, masalah akan semakin besar.
Setiap orang pasti akan tergoda memiliki putri secantik ini di sampingnya, tapi itu berbeda dengan cinta. Paling-paling hanya kekaguman pada keindahan. Tidak, harus cari akal.
Berpikir cepat dalam situasi genting jelas adalah kelebihan terbesar Caesar, dan kali ini pun begitu.
Perlahan melepas Clarisse, lalu tubuhnya bergoyang mundur beberapa langkah. Dengan keras dia menepuk-nepuk kepalanya sendiri, berpura-pura terkejut: "Ah, Clarisse, kamu sudah datang? Apa yang terjadi tadi? Sepertinya aku mendengar suara surgawi."
“Clarisse juga tersadar dari kondisi kepanikan dan kemabukan, wajah sang putri semakin merah, ”Ti-Tidak apa, aku juga baru tiba, cuma bersenandung sebentar. Bagaimana, indah bukan?”
“Belum pernah mendengar lagu seindah ini, nyanyian putri duyung memang termasyhur.”
“Tentu saja, dia adalah penyanyi terbaik bangsa putri duyung. Bisa mendengar nyanyian solonya adalah kehormatan besar bagimu!” Clarisse sudah memulihkan diri, berkata dengan bangga.
“Ahem, Murid Clarisse, mengingat aku sudah menjadi gurumu, bukankah seharusnya kau memanggilku Guru Caesar?”
……
“Kamu kan seumuran denganku, ngapa harus dipanggil guru? Kita sama-sama tahu maksudnya.” Clarisse tak mau memanggil guru, nanti harus nurut perintahnya.
Caesar tahu hak ini tak boleh diserahkan, kalau tidak hari-hari berikutnya akan sulit. “Baiklah, kita ambil jalan tengah. Saat pelajaran panggil aku guru, di luar waktu itu bebas. Setuju?”
Mata indah Clarisse berkedip-kedip, senyum manis merekah sambil mengangguk lembut.
“Baik, kalau begitu pelajaran resmi dimulai besok. Hari ini mari berkenalan dengan rute terlebih dahulu.”
Caesar buru-buru melepaskan diri. Kondisi hatinya sekarang tidak cocok untuk mengajar, apalagi belum terpikir cara melatih putri duyung bela diri – ini sama absurdnya dengan mengajari sapi bermain biola.
Clarisse jelas juga tidak punya mood untuk kelas, jadi tidak menahan Caesar. Caesar melesat kabur dari istana kerajaan, dari kejauhan terdengar nyanyian merdu yang mengalun.
Biasanya ketika ingin menyendiri, Caesar selalu suka bersembunyi di tengah grup rumput laut. Sejak terakhir kali naik ke permukaan laut, dia semakin mendambakan pemandangan di atas laut.
Duduk sendirian di atas karang, memandang Bulan Suci yang tergantung di langit tinggi, pikiran terasa hening. Tidak ingin memikirkan apapun, seolah ada hubungan mistis antara dirinya dan bulan. Cahaya samar mulai memancar dari tubuh Caesar. Jika diperhatikan, cahaya ini persis seperti Bulan Suci.
Setelah lama terdiam, Caesar baru tersadar. Tubuhnya sama sekali tidak merasa lelah, malah penuh energi. Memandang bulan purnama di langit, Caesar mengulurkan tangan seolah ingin menangkap sesuatu. Tiba-tiba dia tersenyum refleks, sendiri pun tak mengerti kenapa melakukan gerakan konyol ini.
Baru saja ingin pulang, tiba-tiba dia melihat gelombang kekuatan dahsyat di permukaan laut jauh. Suara hiruk-pikuk samar terdengar - pasti ada pertempuran!
Rasa penasaran tak terbendung. Caesar segera melesat dengan kecepatan yang mencengangkan ke lokasi kejadian. Refleksnya berkata ini pasti bukan klan laut, karena pertempuran antar ras laut tidak mungkin terjadi di permukaan. Kecuali melawan manusia. Tapi hubungan kedua ras sedang dalam masa keseimbangan, sama-sama dalam fase pemulihan. Kapal dagang pun pasti sudah membayar pajak pelayaran laut saat memasuki wilayah ini.
Ketika Caesar semakin mendekat, yang ditemukannya bukan klan laut, melainkan manusia. Ini adalah ketiga kalinya dia melihat manusia - pertama gurunya Mardon, kedua dragon knight Stellar, dan kali ini bukan satu, melainkan sekelompok besar: dua armada yang sedang bertempur sengit.
Satu sisi jelas merupakan kapal dagang milik negara manusia, dengan dua bendera: satu bendera nasional mereka sendiri, satu lagi tanda pajak laut yang sudah dibayar. Sedangkan armada satunya... lebih compang-camping, seluruhnya menggantung bendera tengkorak.
Caesar tahu ini adalah bajak laut - mirip dengan bajak laut bawah laut, bedanya bajak laut adalah manusia sedangkan perompak laut berasal dari klan laut. Membayar pajak laut hanya menjamin kapal aman dari serangan klan laut, tapi bajak laut sebagai manusia berada di luar yurisdiksi mereka.
Sebenarnya ini trik kotor klan laut. Basis bajak laut biasanya di pulau-pulau terpencil. Tanpa izin klan laut, mereka pasti sudah ditenggelamkan ke dasar laut. Strategi ini disebut "menggunakan barbar melawan barbar". Manusia hanya bisa menelan ludah pahit, tak berdaya karena pengkhianat dari internal sendiri.
Meski kapal bajak laut terlihat reyot, persenjataan mereka sangat praktis. Kapal dagang memang lebih megah dan kokoh, tapi lebih fokus pada muatan barang sehingga peralatan tempurnya minim.
Menurut pengamatan Caesar, kedua pihak sedang bertarung seimbang. Anak panah beterbangan di udara - senjata jarak jauh favorit manusia ini sangat mematikan di permukaan laut.
Kualitas kapal dagang jelas lebih unggul, dan di dalamnya juga terdapat sejumlah anak panah sihir, hanya saja saat ini belum masuk jangkauan sihir sehingga hanya bisa menggunakan serangan panah biasa. Namun bahkan sedikit anak panah sihir ini telah menyebabkan kerusakan besar pada kapal bajak laut, meskipun kain layar sudah melalui proses penanganan khusus, tetap sangat mudah terbakar.
Kapal-kapal terus mendekat, kerusakan dari serangan jarak jauh semakin parah. Yang bisa dilakukan sekarang hanyalah saling menekan dan saling menguras, semuanya akan diselesaikan saat pertarungan jarak dekat.
Ketika kapal mencapai jarak tertentu, saatnya ahli sihir beraksi. Para ahli sihir dari kedua pihak mulai menembakkan sihir ke segala penjuru, terbukti bahwa manusia tetap lebih menyukai sihir api meskipun di tengah laut. Langit dipenuhi nyala api yang sangat memukau.
Caesar tidak terlalu tertarik dengan perang antar manusia, toh tidak ada kepentingan pribadinya. Pembantaian kejam seperti ini juga bukan hal yang menarik baginya.
Tepat ketika dia bersiap pergi, sebuah simbol masuk ke pandangannya, membuatnya berhenti sejenak.
