Keyakinan = Ada jika dipercaya, tiada jika tidak diimani.
Sejak menjadi Pendeta Wanita, cahaya sucinya bisa menyentuh hati orang, membuatnya semakin yakin akan kemuliaan Tuhan. Namun orang di hadapannya sepertinya belum tersentuh.
Caesar meregangkan badan dengan nyaman. Cahaya suci yang mirip magic cahaya legenda ini memang terasa nyaman, tapi tidak ada efek khusus. Apa dengan beberapa kali penyinaran bisa membuatnya bertobat?
"Nona kecil, sini duduk. Lebih baik kamu tinggalkan orang-orang itu. Menurutku mereka ada yang bermuka tembam, ada yang tatapannya kosong - semuanya bukan orang baik. Pulanglah cari orang tuamu."
Sang Pendeta Wanita limbung. Pertama kali mendengar ucapan seperti ini. Pasti masih ada iblis dalam hatinya yang harus diselamatkan! Sinar-sinar cahaya suci terus menghujam dari langit, menyusup ke tubuh Caesar. Perlahan Caesar mulai merasakan kehadiran elemen baru yang aneh, memiliki kemampuan unik.
Sementara itu Pendeta Wanita yang melayang sudah terengah-engah, keringat mengucur deras. Dia merasakan orang itu sedang menyerap kekuatan magisnya dengan ganas. Ilmu cahaya suci tak bisa dihentikan.
Ksatria Bulan Suci tidak berdiam di depan pintu, tetapi menjaga jarak. Di mata mereka, tak ada yang bisa melukai Pendeta Wanita secara frontal. Di bawah cahaya suci, semua orang akan tunduk. Lagipula Tuhan akan melindungi Sang Pendeta.
"Entah orang-orang ini pintar atau idiot, tidak semua orang akan terbuai oleh yang disebut cahaya suci."
Akhirnya Pendeta Wanita di udara jatuh dari langit, Caesar buru-buru menyambutnya. Terhadap adik kecil yang imut ini, dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Bodohnya, tapi selalu merasa diri pintar. Di usia muda sudah sibuk memikirkan cara menyadarkan orang. Benar-benar tidak normal.
"Dasar anak kecil, siapa namamu?"
"Kamu yang anak kecil! Aku adalah Yang Mulia Pendeta Wanita Carinina, yang mulia... Aduh, kamu!"
Sang Pendeta Wanita terkejut sampai tak bisa bicara. Orang ini berani memukulnya... Penodaan! Penodaan sepuluh ribu persen! Harus diikat di tiang hukuman bakar selama seratus hari.
Caesar sama sekali tidak peduli apakah dia Pendeta Wanita atau Bunda Suci. Cara bicara gadis kecil ini perlu diajari. Dia berasal dari klan laut, semua aturan manusia sama sekali tidak berhubungan dengannya.
"Dasar anak kecil! Aku adalah Caesar Alexander Agung, Yang Mulia dari Maya Daratan. Berani-beraninya seorang Pendeta Wanita kecil bicara seperti ini padaku!"
Tak pernah ada yang berani menyentuh tubuhnya. Orang ini bahkan berani menodainya... Di benak Pendeta Wanita polos ini, bahkan kata-kata makian pun tidak ada.
Tapi omong besar Caesar ternyata membuatnya terpana. Raja Maya Daratan?
"Tidak mungkin! Kenapa aku tidak tahu? Raja Maya adalah putra Tuhan. Apakah kamu anak dewa?" Kebingungan sang Pendeta Wanita berubah menjadi kecurigaan.
Astaga, Caesar awalnya hanya bercanda, merasa pusing dengan gadis yang hanya bicara tentang Tuhan ini. Tak disangka orang itu malah terlihat mulai percaya.
Caesar meletakkannya perlahan setelah melihat tenaganya pulih sedikit, tersenyum: "Benar, akulah Raja Maya. Apa tidak mirip?"
Carinina menatap Caesar dengan serius, semakin lama semakin detail sampai melihat cahaya suci dari tubuhnya. Di matanya, perlahan muncul pemandangan baru: hamparan bintang luas, enam cahaya kuat muncul, semuanya menjadi pendamping terbaik. Saat enam cahaya itu menyatu, terciptalah Bulan Suci. Dan Caesar berada di tengah Bulan Suci.
Benar-benar Putra Dewa!
Wajah lugu dan cantik Carinina yang jarang memerah terlihat jernih bagai kristal. Matanya yang hitam berkilau penuh keyakinan. Di bawah keagungan Bulan Suci, perwakilan Tuhan ada di hadapannya. Dengan penuh kekaguman, dia berdiri merapikan penampilannya lalu perlahan mendekati Caesar.
Reaksi aneh orang itu membuat Caesar bingung. Jangan-jangan dia malu lalu marah? Tapi gadis kecil ini bukan lawannya. Meski ada kekuatan aneh dalam dirinya, kekuatan serangannya sepertinya tidak terlalu kuat.
Caesar sudah melakukan persiapan untuk mengantisipasi serangan mendadak, mengingat contoh nyata terbaru Clarisse. Putri-putri atau Pendeta Wanita macam ini memang punya kebiasaan buruk suka memukul.
“Tapi... orang itu malah bersujud di hadapanku, menyatukan kedua tangan, ‘Kaisar Agung Alexander, dayangmu yang paling setia rela mempersembahkan segalanya untukmu.’”
Caesar sudah limbung, nyaris terjatuh, buru-buru mengangkat sang Pendeta Wanita. Rupanya otaknya bermasalah, gadis secantik ini tapi malang dan bingung, bisa menganggap candaan sebagai kenyataan.
Tapi tatapan tulus Karinina membuatnya merasa seperti biang keladi. Dalam hati mengutuk: Caesar, kapan kau mendapat bakat menjadi penipu?
“Ahem, Yang Mulia Pendeta, sebenarnya tadi... maksudku, aku belum menjadi Raja Maya saat ini.”
“Yang Mulia tak perlu khawatir. Kebangkitanmu baru dimulai. Tuhan telah memberi petunjuk: Jalan ini berat, tapi masa depan cerah. Karinina rela mengikuti cahaya-Mu.”
Gadis kecil ini bicara begitu meyakinkan sampai Caesar merinding. Apa-apaan ini? Dia hanya anggota klan laut biasa, Raja Benua?
Omongannya sendiri seperti orang gila, tapi masih ada yang percaya. Benarlah, di hutan yang besar, ada saja buruknya.
Ini tidak bisa terus begini. Caesar merasa harus segera pergi. Jika berlangsung lama, pasti jadi masalah.
“Ahem, Pendeta Karinina, uh... Yang Mulia masih ada urusan. Identitasku harus dirahasiakan, dan jangan ikuti aku!”
“Yang Mulia, panggil saja Nina. Bawa Nina bersama Anda, agar bisa merawat Yang Mulia.”
Melihat kesungguhan Pendeta Wanita itu, Caesar agak tergoda. Setidaknya ada yang merapikan rumah sekaligus merasakan kehidupan bangsawan. Tapi pikiran konyol itu segera lenyap - bawa dia ke dasar laut? Sudah pasti tenggelam.
“Pendeta, jaga kerahasiaan identitasku. Ini perintah Yang Mulia... Dan bisakah kau bicara sambil berdiri?” Saat menyebut "Yang Mulia", Caesar hampir mual. Klan laut kecil tiba-tiba jadi penguasa daratan? Rupanya otak manusia memang mudah dibodohi.
Seperti dugaan, Karin Nina sangat patuh. Di matanya, setiap gerak-gerik Putra Dewa pasti punya makna mendalam yang tak bisa dipahami orang biasa.
Tiba-tiba kapal berguncang. Riuh rendah terdengar dari luar. Saat Caesar dan Karin Nina keluar, mereka tertegun. Mata sebagian besar prajurit dipenuhi ketakutan. Pangeran gemuk itu bermuka masam, lebih gelap dari malam.
