“Pertanyaan ini bagus, bahkan manusia pun tidak bisa menjelaskan keberadaan arwah. Saya sedikit meneliti hal ini. Secara umum, sihir arwah tidak cocok untuk makhluk hidup, jadi makhluk hidup tidak akan menggunakannya. Mengenai mengapa benda mati bisa ada, menurut pendapat pribadi saya, ini terletak pada kekuatan spiritual. Banyak makhluk yang meski tubuhnya hancur, semangatnya yang kuat tetap hidup. Dalam kondisi tertentu, mereka tidak menghilang dan terus ada dalam bentuk khusus ini. Segala sesuatu memiliki dua sisi yin-yang, termasuk hidup dan mati. Makhluk mati pasti membenci yang hidup, inilah alasan kita tidak bisa bersatu. Jadi arwah seharusnya tidak dianggap sebagai jenis sihir.”
“Guru, tadi Anda bilang elemen sihir hanya eksis secara kaku. Tapi menurut saya mereka punya kesadaran, tepatnya semacam kesadaran bawah sadar. Mungkin tidak serumit pemikiran kita, tapi bisa membuat penilaian paling dasar seperti musuh, sekutu, atau netral.”
Caesar terus bertanya, masalah ini telah mengganggunya lama. Penggunaannya terhadap sihir dasar sudah sangat ahli, makanya teknik api pemanggangan untuk barbekyu bisa dikuasai dengan baik. Tapi dia hanya bisa sampai di situ. Elemen sihir yang mau bekerja sama dengannya selalu jumlahnya segitu saja, sangat tidak kooperatif.
Begitu kata-kata ini keluar, seluruh kelas memandang Caesar dengan ekspresi seperti melihat idiot. Semua yang di sini bisa merasakan elemen sihir, itu seperti udara yang bisa kita manfaatkan tapi pasti tidak punya kesadaran. Pandangan Caesar ini sama sekali tidak berdasar, seperti orang yang bilang udara punya kesadaran.
Manusia selalu percaya pada apa yang mereka rasakan, tapi tidak menyadari perbedaan kemampuan membuat kebenaran yang terlihat juga terbatas.
"Hehe, teman sekelas ini, setiap orang berbeda. Mungkin karena kamu terlalu larut dalam asmara sehingga muncul ilusi ini. Jika perlu, kita bisa bicara setelah kelas. Mari lanjutkan pelajaran. Klan laut paling ahli dalam sihir air, bukan hanya karena bakat, tapi juga kelimpahan elemen air di laut. Menurutku kita bisa mempelajari sihir lain, tapi tak perlu memaksa diri belajar. Lebih baik ahli dalam satu bidang daripada tahu banyak. Tapi sihir air kita bukan tak terkalahkan. Sudah saatnya kita harus berimprovisasi!"
"Guru, apakah sihir juga bisa diimprovisasi? Menurutku sihir itu insting tubuh alami!"
Ekspresi kebanyakan orang juga sama. Bagi ras air, jarang ada yang memikirkan variasi sihir. Setiap ras punya keahlian sihir air masing-masing. Jika ingin berkembang, lebih fokus pada kontrol sihir dan peningkatan kekuatan magis untuk memaksimalkan daya mematikan. Selain itu, mempelajari pola serangan dan kelemahan sihir ras lain demi perlindungan diri yang lebih baik dalam pertempuran.
Justru karakteristik inilah yang membuat klan laut terpukul berat dalam Perang Bulan Suci. Lawan mereka adalah manusia - makhluk paling pandai belajar di dunia Maya. Mereka cepat menyadari pola serangan klan laut yang monoton, terutama dalam kombinasi sihir. Hal ini memungkinkan manusia melancarkan tiga serangan balik mengerikan yang nyaris memusnahkan Pasukan Darat Klan Laut.
“Benar, seperti yang kukatakan sebelumnya, manusia adalah lawan kita. Tapi jangan karena mereka lawan lalu kita meremehkan dan mengabaikan hal-hal yang patut dipelajari. Dengan bakat klan laut kita, asal menguasai beberapa teknik, manusia tidak akan bisa melawan. Selain mengklasifikasi magic, mereka juga membuat level berbeda untuk setiap sihir elemen. Setiap level magic menciptakan cara serang berbeda. Serangan detail seperti ini memang bisa meningkatkan efek pertarungan. Beberapa cocok untuk kita, beberapa tidak.”
“Tunggu, Guru. Maksudmu kita harus belajar sihir air manusia?”
Murid-murid yang bangga sebagai ras air ini agak bingung. Meski mengerti, mereka tetap merasa klan laut punya keunggulan mutlak. "Bukankah cukup dengan meningkatkan kekuatan? Ngapain repot-repot meniru plus merendahkan identitas kita?"
“Salah! Kita bukan belajar sihir air manusia, tapi mempelajari magic yang cocok untuk klan laut lalu mengembangkannya. Ciptakan magic yang lebih tinggi dari manusia dan lebih sesuai untuk kita! Biarkan manusia yang sok ras nomor satu di Maya ini tahu kemuliaan klan laut. Ingat, seribu tahun lalu manusia cuma makanan dan budak bagi semua ras darat-laut. Mereka tak berdaya. Sekarang?!”
"Guru berkacamata keriting terlihat penuh emosi, tampaknya juga termasuk golongan radikal. Bahkan klan laut harus mengakui, saat ini kekuatan Manusia sedang meningkat. Sementara klan laut menyerang kapal dagang manusia, manusia juga memburu klan laut, bahkan tidak segan menangkap keluarga kerajaan. Banyak klan laut telah menyaksikan kengerian pedagang manusia, terutama setelah kekalahan dalam Perang Bulan Suci. Jika bukan karena kebiasaan manusia yang terpecah belah setelah kemenangan, siapa yang tahu bagaimana kondisinya sekarang."
"Guru, kami mulai mengerti. Di zaman ini segalanya ditentukan oleh kemampuan. Bisakah Guru membuktikan keunggulan magic manusia?"
Caesar berdiri dan berkata. Tampaknya semua siswa mulai memandang berbeda guru keriting ini. Meski penampilannya kampungan, pandangannya sama sekali tidak ketinggalan zaman, bahkan lebih progresif daripada banyak guru. Banyak pengajar di Akademi Karang meremehkan manusia, tapi di lubuk hati para murid tahu: Jika manusia benar-benar lemah, mengapa klan laut kalah telak dulu? Betapa banyak saudara sebangsa laut yang gugur di daratan dan tak pernah kembali. Hingga kini berbagai klan masih dalam proses memulihkan diri.
Kesombongan selalu menjadi penyamaran palsu yang rapuh.
"Murid, namamu?"
"Caesar."
Huala, ruang kelas langsung riuh oleh suara diskusi bagai gelombang laut. Entah sejak kapan Caesar telah menjadi selebriti. Ada yang bilang pria ini tak punya kemampuan, cuma hoki menghadapi peristiwa besar. Tapi ada juga yang bilang dia misterius, bahkan ksatria naga manusia pun tak bisa mengalahkannya. Kabar angin bertebaran, yang tak disangka adalah Caesar yang legendaris seharusnya seorang prajurit, tapi ini kan akademi sihir!
……Jangan-jangan orang ini super buta arah?
Guru Marton juga mengamati Caesar dengan serius. Murid ini luar biasa, Kepala Sekolah sendiri mengadakan rapat khusus untuk memberinya serangkaian hak istimewa. Para guru terpaksa menandatangani perjanjian tidak adil di bawah tekanan kepala sekolah. Jelas sang Kepala Sekolah telah menjadikan Caesar sebagai kartu as mutlak, bahkan kerusakan alga salju kesayangannya pun luput dari kemarahannya. Rupanya persiapan untuk jadi sensasi di kompetisi akademi tahun ini, bahkan mungkin ikut Haiwang Ji!
Tapi informasi yang dia dapat menyebutkan dia seorang prajurit, kenapa muncul di kelasnya? Tapi sesuai perintah kepala sekolah, mau masuk kelas disini atau bahkan jadikan toilet pun tak masalah.
"Bagus, Caesar. ...Kau bisa sihir kan? Serang aku dengan jurus andalanmu."
"Siap, Guru."
Tanpa mantra, dua bola air kecil muncul dari tangan Caesar, melayang di udara. Semua murid yang menatap penuh harap itu membeku.
"Ehem, Caesar. Jangan takut melukai gurumu. Bisa pakai level yang lebih tinggi sedikit."
"Kalau murid biasa, Amira pasti akan bilang serang saja sekuat tenaga, tapi karena ini Caesar, mengingat rumor sebelumnya, baru menggunakan kata 'menguasai'... Tapi bola air kecil... Apakah ini bisa disebut keahlian?"
Lima puluh persen ras air bisa melepaskan bola air tanpa mantra, mungkin bahkan lebih besar darinya. Tampaknya rumor benar-benar tidak bisa dipercaya, atau mungkin dia benar-benar seorang prajurit.
Kali ini Caesar benar-benar bingung. Semua magic yang dia kuasai jenis seperti ini. Jika menggunakan bola api mungkin akan menimbulkan keributan, padahal efek serangannya sama saja. Ini membuatnya pusing.
Ekspresi Caesar membuat seluruh kelas tertawa terbahak-bahak. Benar-benar ada-ada saja, keahlian terbaiknya malah bola air - padahal semua klan laut bisa bola air.
Tawa mereka bukanlah sindiran, hanya merasa lucu. Caesar sendiri juga merasa konyol, tapi mau bagaimana lagi. Mungkin harus menggunakan magic kompresi yang baru dipelajari.
"Siswa Caesar, saya akan mendemonstrasikan magic pertahanan tunggal manusia. Diperlukan serangan sedikit agresif agar efektif."
Amira berusaha membuat nada bicaranya terdengar halus.
"Guru, biar saya saja. Siswa Caesar mungkin lebih mahir dalam ilmu bela diri."
"Bagaimana kalau ini?" Caesar menyatukan dua bola air di tangannya.
Seketika ruangan senyap, hanya terdengar gelembung air sesekali. Semua mata tertuju pada tangan Caesar.
Amira buru-buru menahan kacamata yang hampir jatuh. Dewa Laut! Ini magic kompresi!
Caesar sedikit malu sambil menggaruk kepala, dia memang tidak terlalu ahli dalam magic. Selain bola air, yang bisa dilakukannya hanyalah mengompres bola air. Intinya tetap bola air, hanya daya hancurnya lebih besar. Dia takut setiap kali merusak fasilitas publik, pasti akan menimbulkan banyak utang.
“Gu-Guru, itu... itu magic kompresi atau ilusi?”
“Sepertinya ini magic kompresi, ya kan, Caesar?” Kata Yamira ragu-ragu. Meski menganggap diri ahli magic tidak kalah dengan guru-guru keluarga kerajaan Edinburgh, dia benar-benar tidak yakin.
“Benar, Guru. Ini juga baru saya pelajari akhir-akhir ini. Dua bola air ditekan jadi satu.”
Sambil berkata demikian, Caesar membuat lagi. Sebuah bola air kecil berwarna biru tua muncul di udara ruang kelas.
Ping-pang dong dong qiang...
Seketika meja kursi beterbangan. Para siswa berlarian ke pinggir dinding, menjauhi Caesar.
“Guru, apakah ini benar-benar magic kompresi yang berbahaya? Kata Ibu, ini mudah meledak dan daya ledaknya besar. Sebaiknya jangan dimainkan di kelas, ya?”
