“Guru, serahkan pada kami! Dengan bakat klan laut kami, kami pasti bisa melampaui mereka!”
“Benar! Kita pasti bisa mengalahkan manusia!”
“Tepat! Kami hanya tertidur sebentar. Jika kami serius, manusia bukanlah lawan kami.”
“Baik, tenang sebentar. Aku sependapat dengan kalian semua, tapi...” Yāmǐlā sengaja berhenti sejenak, membuat para siswa menatapnya dengan bingung mengira terjadi masalah lagi, “Waktunya pulang!”
Begitu suara Yāmǐlā selesai, bel magis berbunyi menandakan berakhirnya pelajaran sihir ini.
Baru kali ini muncul perasaan enggan berpisah. Jika dulu, sebelum bel berbunyi pun semua sudah tak sabar pulang. Kini mereka tak mau pergi, namun sekolah memiliki prosedur ketat yang melarang penundaan pelajaran.
"Meski diberhentikan, semua orang mendapat banyak manfaat. Kuncinya adalah melihat batasan baru, dan benar-benar tertarik pada magic. Harus diakui Yamira sangat ahli, memanfaatkan mental persaingan manusia dan keseruan magic secara bersamaan, membuat kita tidak mungkin tidak serius."
Tentu saja Caesar masih harus menghabiskan waktu berdua dengan Guru.
"Silakan duduk, jangan sungkan. Caesar, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan."
"Guru, saya juga punya pertanyaan. Silakan tanya dulu."
"Tadi kau bilang bisa merasakan kesadaran elemen magic, benarkah itu?"
"Ya, saya konfirmasi. Saya tidak tahu cara orang lain melepas magic, tapi bagi saya ini seperti bernapas begitu bebas. Dan menurut saya temperamen mereka berbeda-beda, tapi cukup baik padaku."
...Yamira mengusap keringat. Kosakata murid ini memang aneh. Jika orang lain mengatakannya mungkin dia hanya tertawa kecil, tapi orang itu sendiri adalah keajaiban.
"Kau harus pahami maksud perkataanmu. Manusia membagi magic menjadi beberapa jenis karena bisa merasakan sifat berbeda elemen magic. Ini yang tidak dimiliki klan laut kami, karena persepsi elemen air terlalu kuat sehingga menghapus yang lain. Mengenai kesadaran, sulit bagiku memahaminya."
"Magic lain? Saya bisa kok."
"Bagus, kau juga bisa... Tunggu, maksudmu kau bisa menggunakan magic elemen lain?!" Yamira langsung berdiri, memandang Caesar dengan ragu.
"Saat sebuah bola api kecil melayang keluar dari telapak tangan Caesar, Yamira langsung terduduk kembali, kacamatanya hampir terjatuh. Ini benar-benar kejadian ajaib, seorang anomali yang hanya muncul sekali dalam seratus tahun."
"Ahem, Murid Caesar, biarkan saya tenang sejenak. Saya agak pusing."
Sambil berkata demikian, Yamira melepas mantra es ke dirinya sendiri. "Agak panas," pikirnya. Kini dia yakin keputusan Sang Kepala Sekolah 100% brilian! Akademi Magic Karang juga akhirnya bisa merasa bangga dan lega!
"Baik, saya tidak ada masalah lagi. Kalau ada pertanyaan, silakan ajukan."
"Guru, ada satu hal yang membingungkan. Meski saya bisa mengendalikan magic ini dengan bebas, tapi semuanya level paling dasar. Bahkan magic kompresi baru saya pelajari belakangan ini, itu pun masih berbasis level dasar. Sama sekali tidak bisa menggunakan magic level dua ke atas, elemen-elemen itu benar-benar tidak menurut."
Yamira mulai pusing lagi. Semua keanehan berkumpul di diri pemuda ini. Jika seperti katanya, kontrol magic dan kekuatan magisnya seharusnya sudah mencapai level tertentu. Mengapa tidak bisa menggunakan magic tingkat tinggi? Tapi ini bukan tempat yang tepat, mungkin ada kesalahan di bagian tertentu. Yang pasti, dia layak diteliti lebih lanjut.
"Murid Caesar, silakan datang ke tempat tinggal saya akhir pekan ini. Kita akan teliti masalahmu bersama. Sebelum itu, jaga kerahasiaan kemampuanmu. Terutama jangan sembarangan menggunakan magic lain, bisa memicu masalah tidak perlu."
"Baik, Guru. Saya juga berpikir demikian."
"Sudah, kamu boleh pulang."
"Hingga Caesar menghilang cukup lama, Yamila baru bangkit dan berjalan menuju ruang kepala sekolah. Beberapa saat kemudian, Yamila keluar dengan wajah ceria. Tak lama, tawa histeris khas kepala sekolah kembali menggema dari ruangannya. Belakangan ini frekuensi tawa sang kepala sekolah semakin sering, membuat guru-guru lain khawatir dia akan terkena sesak nafas."
"Kembali ke asrama, Caesar langsung disibukkan oleh berbagai persiapan. Dia sedang menanti-nanti dengan gelisah datangnya malam, karena rencananya akan menyusup ke istana kerajaan... Tentu saja bukan untuk mengajar sang putri usil Clarisse, melainkan untuk menemui Elina."
"Penjagaan di Istana Putri Duyung masih sangat ketat, terutama di area kediaman putri. Elina masih menetap di dalam istana, mengingat statusnya sebagai putri Suku Naga Laut yang terhormat, bukan berasal dari suku kecil biasa. Ditambah persahabatan Alexis dengan Carasso, pastilah putrinya diperlakukan dengan layak."
"Jika dulu Caesar harus bersusah payah merancang strategi untuk masuk ke istana dalam, kini berbeda. Dengan label 'guru putri' yang menjadi tiket emasnya, dia bisa keluar-masuk dengan leluasa. Tentu saja pria ini tipikal yang 'mengibarkan bendera domba tapi menjual daging anjing'."
"“Wah, Tuan Caesar, hari ini Anda datang lebih awal.”"
"Caesar mengeluarkan ekspresi getir, “Ya mau bagaimana lagi, Yang Mulia. Kalian juga tahu...”"
"Para penjaga mengangguk penuh simpati sambil menepuk-nepuk bahu Caesar. Mereka semua senasib sepenanggungan. Sang putri memang memiliki hati yang baik, sayangnya kebaikan itu biasanya terkubur di lapisan kedelapan belas neraka, jarang terpapar cahaya matahari."
Caesar berjalan menuju tempat tinggal Clarisse, melewati taman sambil melirik sekeliling. Melihat tidak ada orang, ia membuat Akurasi Lengkung dan melesat cepat ke kamar tidur Elina.
Elina sudah lebih dulu menyuruh dayang-dayangnya pergi. Saat ini dia sedang termenung memandang ke kekosongan sambil merenung, gambaran klasik gadis muda yang sedang merindukan. Mereka berada di usia paling suka berkhayal.
Caesar membuka pintu perlahan. Elina masih belum menyadari kehadirannya. Sepasang mata di balik kacamata itu berkilauan seperti dalam mimpi. Caesar pun terpana. Entah mengapa, biasanya dia merasa dirinya cukup cerdas dan banyak bicara, tapi begitu bertemu Elina selalu menjadi kikuk.
Baru saat itulah Elina menyadari Caesar sudah masuk. Terkejut, senyum permintaan maaf mengembang di wajahnya. Gerakan santainya merapikan rambut yang berantakan itu, bahkan sekejap pesonanya saja sudah membuat jantung Caesar berdebar kencang bagai genderang.
"Dasar bego, ngapain diliatin!"
"Elina, kau sungguh cantik."
Elina tak bisa menahan tawa kecilnya. Persis seperti bunga-bunga bermekaran, meski perumpamaannya agak klise. Saat itu yang dirasakan memang demikian - di mata kekasih, Elina adalah Xi Shi. Apalagi Elina sendiri memang secantik bidadari. Perempuan yang sedang jatuh cinta adalah yang tercantik, dan Elina yang bertemu Caesar pun berada dalam keadaan paling mempesona.
(Xi Shi, perempuan cantik dari klan laut sekaligus ahli bela diri legendaris. Legenda mengatakan senyumannya bisa meruntuhkan kota - maksudnya tembok kota benar-benar ambrol, mungkin semacam teknik gelombang suara. Catatan: Caesar menyangsikan kebenaran legenda ini.)
“Apa kamu mau terus berdiri bodoh di depan pintu seperti ini?” Elina berkedip sambil berkata, dia juga memiliki sisi iseng, setiap bertemu Caesar selalu ingin menggoda.
“Tentu tidak.”
Keduanya duduk berhadapan, dengan lembut menggenggam tangan orang itu. Elina yang perempuan akhirnya lebih pemalu.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Aku sampai panik. Jangan tiba-tiba hilang lagi ya?”
“Hmm, sebenarnya aku juga bertemu karena kebetulan yang takdir. Tapi tetap ada hasilnya... Menurutmu apakah arwah-arwah itu mengejarku? Aku selalu ada di dua kejadian, terlalu aneh.”
“Beibei bodoh, kamu kan bukan makanan enak, ngapain arwah cari kamu? Menurutku ini kebetulan. Aku sudah menyuruh orang melaporkan ke Ayah tentang arwah, akan dibahas di rapat klan laut. Aku juga pernah lihat kekuatan pasukan arwah, sangat mengancam keamanan klan laut kita. Tapi asal-usulnya perlu penyelidikan sedetail itu, jangan gegabah.”
“Iya, pertimbanganmu lebih komprehensif. Lalu kapal Kerajaan Cagliari kamu perhatikan? Bagaimana baja bisa berlayar di laut? Ini ancaman besar bagi klan laut. Keunggulan kita di depan monster baja ini jadi tidak mencolok.”
“Benar, ini juga penting. Jika manusia bisa memproduksi massal kapal seperti ini, keunggulan klan laut akan hilang. Manusia akan semakin merajalela, banyak saudara sebangsa kita akan jadi budak manusia... Manusia memang jahat.”
“Elina pernah mendengar kabar angin, terutama tentang perempuan klan laut cantik yang begitu ditangkap manusia akan……, dan katanya banyak manusia menawarkan harga fantastis pada petualang untuk menangkapnya, sungguh memuakkan.”
“Hmph, orang lain tak bisa kukendalikan, siapa pun yang berani mengancammu akan kuhancurkan sampai menjadi debu.”
Pasangan kekasih selalu bertukar kata-kata manis yang cringy, tapi bagi mereka ini sangat romantis. Tiba-tiba ruangan menjadi sunyi, topik terputus. Elina merasakan tangan Caesar semakin erat menggenggam, dan tubuhnya semakin mendekat.
Ini bukan enam tahun lalu. Bocah kecil itu kini telah menjadi lelaki dewasa. Jantung Elina berdebar kencang. Sudah lama ia menanti momen ini. Meski Ciuman Pertama sudah diberikan enam tahun lalu, itu belum bisa disebut ciuman sesungguhnya. Kini……Elina perlahan menutup mata menanti detik itu tiba.
Caesar pun memantapkan hati. Orang tua pernah bilang, lelaki harus punya inisiatif dan berani. Entah gagal atau berhasil, lakukan dulu! Hatinya masih dag-dig-dig sampai melihat Elina menutup mata dengan pasrah, barulah ia tenang.
Nafas mereka sudah saling menyentuh, menciptakan sensasi terbuai.
Tok-tok-tok……
“Mbak Elina, aku Clarisse! Ada di dalam? Aku masuk ya!”
"Suara Clarisse langsung seperti petir yang membangunkan mereka berdua, terpisah secepat kilat. Caesar memandang ke arah pintu dengan geram. Penyihir ini, datangnya tidak tepat waktu, malah mengganggu hal positif di saat seperti ini... pasti akan dapat kutukan langit!"
Elina buru-buru merapikan perasaannya, melototi Caesar, lalu membukakan pintu untuk Clarisse. Kalau tidak dibuka, gadis ini benar-benar bisa menerobos masuk.
