Departemen Magic Akademi Karang memang tidak pernah mendapat perhatian khusus. Bagaimana tidak, sekolah ini sendiri bukan institusi top dan lebih terkenal dengan program pelatihan prajurit. Jelas kemampuan magic di sini lebih lemah. Ditambah lagi lokasinya satu area dengan Akademi Kerajaan Edinburgh, makin membuat frustrasi - klan putri duyung memang yang terdepan dalam penguasaan magic di antara klan laut.
Makanya Departemen Magic Akademi Karang biasanya ramai pendaftar tapi sepi aktivitas. Banyak yang cuma ingin dapat ijazah. Belajar magic apa pun tidak masalah, toh setelah lulus umumnya tidak akan mengambil profesi tempur.
Tapi angkatan magic kali ini berbeda. Belakangan suasana jadi sangat hiruk-pikuk. Hampir setiap siswa yang lewat mendengar suara ledakan sre-eeng dan gemuruh dari ruang kelas, plus berbagai keriuhan yang mengganggu ketenangan. Beberapa siswa sudah melapor ke Kepala Sekolah, tapi tidak ada tanggapan. Sepertinya Yang Mulia Lin sangat mengapresiasi keramaian ini.
Di dalam kelas memang magic beterbangan di mana-mana. Semua siswa langsung mencoba praktik tanpa peduli aturan, saling adu kemampuan dan belajar bersama, persis seperti semangat lompatan besar. Dan efeknya nyata - tanpa disadari pemahaman magic setiap orang memang menunjukkan kemajuan.
Nyatanya Guru Yamira memang pengajar yang sangat progresif. Meski gaya berpakaiannya ketinggalan zaman seratus tahun, dia memberi semangat pada pemikiran-pemikiran segar murid. "Kita tidak boleh takut bahaya dalam riset magic," katanya, "karena di balik risiko ada kesenangan yang tak terhingga."
Seperti Suku Kerang, umumnya lemah dalam bakat magic. Tentu saja anomali seperti Caesar tidak termasuk. Namun bukan berarti Suku Kerang tidak bisa melepaskan magic. Faktanya justru sebaliknya, klan laut karena bakatnya yang luar biasa tanpa sadar terperangkap dalam kesalahpahaman: hanya yang berbakat bisa menggunakan magic, yang tidak berbakat sebaiknya tidak membuang-buang tenaga. Pemikiran inilah yang menghambat perkembangan ras lain.
Benar, putri duyung memang memiliki keunggulan bawaan yang signifikan. Tapi ini tidak menghalangi ras lain. Masalahnya ketika ras-ras itu sendiri menganggap diri tidak mampu, maka benar-benar sial. Kehilangan percaya diri akan menghambat segala usaha. Keberadaan Caesar justru membangunkan keyakinan itu dalam diri mereka.
Mengapa manusia bisa menguasai segala bidang? Padahal di mata ras lain, mereka seharusnya tidak kompeten sama sekali. Karena manusia memang tidak memiliki bakat bawaan. Tapi entah bagaimana, manusia justru menjadi salah satu ras paling unggul. Bukan karena kecerdasan, tapi karena mereka telah membangun keyakinan: tidak ada hal di dunia ini yang tidak bisa mereka kuasai selama mau belajar.
Prinsip yang sama berlaku untuk klan laut. Sebagai ras berintelejensi, jika manusia bisa belajar kenapa mereka tidak? Tentu dalam proses belajar magic akan ada kesulitan. Biasanya begitu menemui kemacetan, klan laut langsung menyerah karena merasa sudah mencapai batas. Tapi kali ini berbeda. Yamira dan Caesar terus memompa semangat, mendorong semua untuk terus mencoba dengan sungguh-sungguh.
Di mana ada kemauan di situ ada jalan, segera semua anggota kelas berhasil menguasai sihir tingkat dua. Di antaranya terdapat mantra-mata manusia yang unggul, juga hasil modifikasi sesuai karakteristik masing-masing. Untuk menghargai kontribusi Caesar, dia terpilih sebagai ketua kelas Divisi Sihir Kelas Satu. Sayangnya, ketika semua orang sudah mahir sihir tingkat dua, Caesar masih berkutat dengan bola air. Anehnya, mantra-mantra itu sama sekali tidak mempan padanya, bagai membaca sutra kosong. Unsur-unsur dasar bahkan tidak merespon. Kalau bukan karena kemampuannya dalam kompresi sihir yang luar biasa, mungkin dia sudah tidak tahan.
Teman sekelas juga mencoba berbagai cara aneh untuk membantu Caesar. Ada yang bahkan menduga ini karena status perjakanya, mungkin setelah menjadi lelaki sejati, rintangan itu akan hilang. Tentu saja orang yang berkata begitu hampir ditenggelamkan oleh para siswi.
Tapi Caesar sudah terbiasa dengan masalah ini. Jika tidak bisa, jangan dipaksa. Mengapa harus masuk sudut lapangan? Sihir kompresi memberinya jalan alternatif. Biasanya orang baru belajar sihir kompresi yang rumit dan berbahaya ini setelah menguasai sihir tingkat empat. Tapi Caesar langsung melompati level, mungkin karena dia terlalu genius, hanya cocok untuk ilmu-ilmu tinggi.
Caesar hanya bisa menghibur diri seperti ini. Melihat Naga Air beterbangan di mana-mana, dia pun menggerutu sambil terus memainkan bola air, bola air, dan bola air lagi. Bola di sampingnya ikut mengeluarkan gelembung-gelembung simpati.
"Di luar kelas, para murid perempuan tentu memiliki kelompok mereka sendiri. Mungkin karena performansi Caesar yang 'biasa-biasa saja' belakangan ini, perhatian yang diterimanya semakin berkurang. Tapi ini justru lebih baik untuk Caesar, lebih tenang. Namun para murid laki-laki justru semakin ramai, sekelompok orang memaksa menarik Caesar ke bar untuk minum. Sebenarnya sekolah melarang hal ini, tapi prosedur ini hanya tinggal nama. Sekolah juga tidak terlalu mengawasi, mengingat murid berasal dari berbagai suku dengan kebiasaan berbeda-beda. Banyak aturan yang tidak cocok untuk dipaksakan, selama tidak ada masalah, pihak sekolah tutup mata."
"Mereka berganti pakaian - tentu tidak mungkin pergi dengan mengenakan seragam olahraga tradisional China yang konyol. Dua puluh lebih orang bergerak dengan gegap gempita menuju bar di dalam kota. Awalnya Caesar tidak tertarik, tapi begitu mendengar kata 'minuman', mulutnya langsung berliur. Dulu dia sangat menyukai minuman keras, semuanya karena si tua itu merusak moral anak di bawah umur, menjadikannya pecandu alkohol kecil. Kesibukan belakangan ini membuatnya melupakan hal tersebut. Siswa Caesar memang terkenal sebagai peminum berat!"
"Haha, Ketua Kelas! Meskipun ini bukan tempat mewah, tapi minuman di sini benar-benar istimewa, sangat populer!"
"Yang berteriak adalah seorang dari klan Feishi, warga asli Kota Raja Duyung yang sangat familiar dengan daerah ini."
"...Bisakah kalian langsung memanggil namaku saja? Rasanya seperti dipanggil penjaga penjara."
Orang-orang tertawa riuh menyemut masuk ke bar. Meski pintunya kecil, bagian dalamnya sangat luas. Dekorasinya sederhana namun fungsional. Meja-kursi dan bangku cadangan semuanya kokoh, mengingat perkelahian adalah hal biasa di sini. Perabot biasa pasti akan hancur dalam sehari.
Mayoritas pengunjung bar adalah petualang tentara bayaran, tentu tak kurang pula gadis-gadis seksi. Setiap perempuan yang berani datang ke sini pasti punya kemampuan, jangan sembarang diganggu. Tapi ketika lelaki mabuk, selalu ada yang nekat usil.
Banyak siswa yang pertama kali datang ke tempat seperti ini. Ditambah kerumunan, mereka jadi sangat bersemangat. Sekelompok mereka menguasai satu area, memanggil bartender dan memesan satu tong bir.
Mencium aroma bir, Caesar tahu kualitasnya cukup baik untuk tempat seperti ini. Tapi kenapa terasa familiar? Lehernya terasa gatal, ada firasat buruk namun tak tahu sumber masalahnya.
Bola yang diikat di pinggang Caesar tak tahan lagi. Makhluk kecil ini lebih kecanduan alkohol daripada tuannya. Melompat-lompat ingin turun. Begitu dilepas, ia langsung menyambar tong bir. Kepalanya menabrak tong, terhuyung-huyung lalu terjungkal. Orang-orang pun tertawa terbahak-bahak.
