"Hek, hek, hek... Tenang. Tujuan kita berbeda. Kunci kerjasama adalah saling tidak berbenturan. Benda ini pasti akan memberi kejutan bagi tamu pesta nanti."
Penjaga putri duyung itu menerima botol kecil dengan hati-hati. Jelas dia berusaha sedekat mungkin untuk tidak mendekati pria berjubah hitam.
"Aku akan kembali melaporkan ketulusan Yang Mulia, semuanya akan berjalan lancar!"
Orang jubah hitam menarik kembali gulungannya. Gulungan itu melayang lalu berubah menjadi abu. Penjaga putri duyung melihat sekeliling dengan cepat sebelum menghilang.
Caesar dan Elina saling pandang, sama sekali tidak menyangka akan mengalami kejadian seperti ini.
"Orang itu memang dari Pasukan Pengawal Kota Kerajaan, bahkan seorang kapten... Kenapa bisa muncul di sini?" Di bawah cahaya laut yang redup, dengan jarak yang tidak terlalu jauh, penglihatan Suku Naga Laut bisa melihat dengan jelas.
"Aura kematian pada pria jubah hitam itu sangat kuat. Magic panggilan seperti ini baru pertama kali kulihat, mungkinkah..."
Elina dan Caesar memikirkan hal yang sama - apakah ada hubungan antara gelombang arwah yang baru-baru ini muncul dengan orang ini? Terutama botol kecil itu, pastilah isinya bukan sekadar suplemen nutrisi.
Caesar merenung sejenak. Semakin dipikir, masalah ini semakin rumit. Seandainya tidak melihat mungkin tidak apa-apa, tapi setelah menemukan keanehan seperti ini mustahil diabaikan. Terutama pria beraura kematian itu - seperti arwah tapi tidak sepenuhnya arwah. Orang seperti ini jelas berbahaya, hampir pasti ada konspirasi besar yang menyasar Dinasti Merfolk.
"Elina, kembalilah untuk mencari informasi. Coba cari tahu apakah ada acara khusus di istana belakangan ini, juga bagian dapur. Kurasa Clarisse mungkin tahu sesuatu. Tapi jangan sampai membangunkan ular tidur, ingat kau bukan tuan rumah istana."
"Tenang saja, aku akan berpura-pura ingin jajan untuk mengajaknya ke sana."
Dengan perasaan berat mengantar Clarisse pergi, Caesar juga buru-buru kembali ke sekolah. Namun peristiwa ini membuatnya gelisah, mustahil baginya untuk membohongi diri sendiri. Orang itu pasti bukan sedang main-main gerakan kecil. Siapakah gerangan yang berani melakukan aksi sebesar ini, bahkan berani melanggar norma yang diakui dunia dengan bekerja sama dengan klan arwah?
Necromancer?
Sebuah pikiran aneh muncul di benaknya. Ini adalah sesuatu yang hanya ada di dunia manusia. Ia tak sengaja mendengar orang tua menyebutkan, tidak semua ahli sihir bisa tenang dalam melatih magic. Manusia adalah makhluk yang suka mengejar jalan pintas dan keabadian, mungkin terkait dengan kerapuhan alami mereka. Dengan metode aneh yang mengorbankan beberapa karakteristik tubuh, mereka mendapatkan keabadian sekaligus kemampuan mengendalikan makhluk undead dan magic aneh. Bisa dibilang menjadi sangat kuat dalam waktu singkat, tapi diri mereka sendiri berubah menjadi entitas di antara orang hidup dan mati.
Kondisi detailnya Caesar lupa, tapi satu hal masih diingatnya jelas: Necromancer yang melatih magic arwah akan berubah menjadi setengah manusia setengah hantu, artinya berpenampilan sangat buruk... Hal ini sangat tak tertahankan bagi teman sekelas Caesar.
Tapi di klan laut tidak pernah ada necromancer, arwah hanyalah arwah biasa. Tapi orang itu hampir pasti necromancer. Masalah ini jadi rumit. Jika itu cuma arwah klan laut mungkin lebih sederhana, paling-paling beberapa anggota klan laut yang gila jadi arwah. Tapi jika itu manusia, situasinya sangat tidak biasa. Gelombang arwah skala besar muncul di klan laut tapi tidak di daratan. Juga kemunculan arwah ini terlalu misterius, datang-pergi tanpa jejak, mirip pasukan terorganisir... Masalah internal ini cukup serius.
Pak Senior pernah bilang, manusia punya cara bertahan di dasar laut yaitu dengan menjadi necromancer. Necromancer cenderung benci cahaya matahari, dibanding darat, dasar laut dengan pencahayaan lebih redup lebih cocok untuk mereka.
Mungkinkah ini balas dendam manusia terhadap Perang Bulan Suci?
Ini keterlaluan juga, mengirim banyak necromancer untuk menginvasi dasar laut?
Ini juga tidak masuk akal. Sepertinya necromancer sangat memusuhi makhluk darat. Banyak yang jadi necromancer karena kebosanan, balas dendam, pembunuhan, atau mengejar kekuatan. Mereka juga rival bebuyutan manusia. Konon di daratan banyak sekte yang memburu mereka. Kekuatan arwah hampir punah... Pusing sekali, semakin rumit. Kalau dipikir-pikir sebenarnya tidak ada hubungannya dengan diriku?
Kantor Komandan Garnisun Kota.
“Bajingan, sudah berapa kali ayah bilang, belakangan ini harus rendah diri, jangan cari masalah, kau malah berebut wanita sampai ke rakyat jelata, itu saja sudah keterlaluan, bahkan sampai KALAH, muka tua saya sudah tidak bisa disembunyikan lagi!”
Gubernur menepuk meja dengan geram, memandangi anaknya yang berlutut di lantai dengan perasaan kesal karena anaknya tak bisa diharapkan.
Coronisio mengangkat kepala, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kekecewaan, bahkan tersenyum. Hal ini membuat Gubernur semakin marah, "Dasar brengsek, di saat seperti ini masih bisa tersenyum, tidak bisakah kau menahan diri sebentar? Nanti Putri mana pun bisa kau pilih! Hanya kau satu-satunya anakku, aku merebut takhta semua demi dirimu!"
"Yang Mulia Ayah, jangan marah. Dengarkan penjelasanku." Kata Coronisio dengan tenang.
"Oh, katakanlah. Ayah mau dengar alasanmu." Gubernur duduk sambil menenangkan diri. Sejujurnya, demi rencana besar, ia jarang memperhatikan anaknya ini yang hanya dikenal sebagai pembuat onar.
"Hehe, Yang Mulia Ayah. Menurut Ayah, tindakan nakalku ini merugikan rencana besar? Aku tidak sependapat. Di Keluarga Kerajaan Putri Duyung, banyak bangsawan pengangguran yang sibuk mencari sensasi. Jika aku tidak membuat skandal, apakah mereka akan memperhatikan kita? Dan bukankah seorang anak Gubernur yang idiot dan tidak mampu justru akan membuat mereka lebih percaya menyerahkan kekuasaan ke tangan Ayah? Belakangan ini pasti banyak orang membicarakan betapa sial dan idiotnya diriku. Siapa lagi yang punya waktu memperhatikan urusan lain?"
"Perkataan yang tiba-tiba diucapkan oleh anak yang selama ini tak berguna benar-benar mengejutkan Dudu. Ini selalu menjadi duri dalam hatinya, tapi menurutnya selama mahkota yang telah diratakan duri-durinya bisa dikenakan di kepala sang anak, semuanya akan baik-baik saja. Bagaimanapun juga ini adalah anak kandungnya sendiri."
Kolorisio perlahan berdiri sambil menepuk-nepuk pakaiannya. Ekspresi licik dan sembrono yang biasa terpancar kini menghilang. "Ayah, apakah kau pikir aku tidak tahu provokasi Xiao Bote si pria tampan itu? Dia sendiri tak mau bertindak, tapi ingin jadi pahlawan di kedua pihak dengan menghasutku. Banyak orang yang sok pintar seperti ini di zaman sekarang. Tapi bukankah Yang Mulia Alexis juga membenci keluarga mereka karena alasan ini?"
Brak! Dudu menepuk meja dengan keras, tapi perasaannya justru bertolak belakang dengan sebelumnya. Sepertinya sudah lama tidak ada hal yang membuatnya senang seperti ini. "Bagus! Sangat bagus! Lanjutkan!"
Kolorisio tidak terlalu bersemangat karena pujian ayahnya. "Ayah, meskipun kekuasaan keluarga Xiao Bote telah dicabut, kemampuan mereka tetap tidak bisa diremehkan. Aku yakin Ayah pasti punya cara untuk menghadapi mereka."
"Hahaha! Cukup! Memiliki anak seperti Roque Santa Cruz membuat rencanaku semakin bermakna!"
"Ayah, rencana Ayah memang sangat realistis. Tapi aku masih mengkhawatirkan bangsa arwah. Mengapa makhluk-makhluk itu mau membantu kita dengan sukarela?"
“Bagus, kalau begitu ada beberapa hal yang harus kau ketahui. Xiao Bote si licik itu akan kuserahkan padamu untuk diselesaikan. Mengenai Putri Clara, saranku jika dia bisa tunduk padamu, ini akan sangat membantu kelancaran suksesi takhta kita. Tapi kalau dia bandel, lebih baik kau nikmati saja untuk sementara.”
“Ayah tak perlu khawatir. Aku bisa mengendalikan hal seperti ini... Menurut Ayah, apakah anggota Suku Naga Laut akan ikut campur? Keselamatan Putri Alena dan Roye harus dijamin, kalau tidak perseteruan dengan Suku Naga Laut akan merugikan kita.”
“Hmm, pertimbangan yang bagus. Ini memang masalah rumit. Mereka pasti akan muncul. Jika kita mencoba mengisolasi mereka, mungkin akan meninggalkan celah.”
Kolorisio terdiam sejenak, tiba-tiba teringat seseorang. “Sepertinya aku punya solusi untuk masalah ini.”
Kemudian berbisik beberapa kata. Keduanya tak bisa menahan tawa... Siapakah sesungguhnya yang paling cerdik di sini?
