Ratu Kristina menyampaikan kata-kata ucapan terima kasih, lalu pesta dansa pun dimulai. Tarian pertama tentu saja dipersembahkan oleh Yang Mulia Alexis dan sang ratu. Kemudian para bujang tampan dan gadis cantik mulai mencari pasangan menari. Ini adalah kesempatan emas untuk menjalin hubungan asmara secara terbuka. Bagi putri-putri duyung nan jelita, sikap malu-malu sama sekali tidak diperlukan dalam acara resmi seperti ini.
Xiao Bote dan Roye yang awalnya ingin bergerak, langsung dikepung oleh para putri duyung yang antusias. Dalam kondisi seperti ini, menolak ajakan seorang bangsawati dianggap sangat tidak sopan. Masalahnya hanyalah pada pilihan sulit kedua pria tersebut.
Tentu saja Clarisse, Elina, dan Yisha Beier juga menjadi target para bangsawan muda dan bangsawan lainnya. Elina lebih baik situasinya karena Suku Naga Laut tidak memiliki selera romantis sebesar putri duyung. Persyaratan Suku Naga Laut terhadap perempuan juga paling ketat di antara klan laut - terlihat dari larangan keras pernikahan campur... Sungguh feodal dan pelit tingkat tinggi. Namun demikian, perempuan Suku Naga Laut justru mengembangkan sifat sombong khas mereka. Menolak adalah hak istimewa mereka, apalagi Elina yang berstatus putri kerajaan.
Jadi mereka yang mengajak Putri Alena menari tidak akan merasa kecewa setelah ditolak. Dari awal pun sebenarnya mereka tidak punya niat untuk sukses. Justru akan sangat aneh jika Putri Alena mau menerima ajakan mereka.
“Clarisse-lah sang pemeran utama sejati. Banyak orang pemberani, sayangnya Putri Clara tidak tertarik pada mereka. Dia dikenal sangat manja—hal yang tidak disukainya pasti tidak akan dilakukan, apalagi memaksa diri. Soal martabat orang lain? Tidak dipedulikannya. Lagipula sebagai putri, dia tak perlu mempertimbangkan hal itu.”
Jadi saat Clarisse melewati kerumunan menuju Caesar, banyak wajah yang tidak enak dilihat di antara hadirin.
“Siswa Caesar, sebagai gentleman, tidakkah seharusnya kau mengundangku berdansa?”
Suaranya pelan, tapi orang-orang di sekitar menyimak sambil menanti keramaian. Ekspresi Xiao Bote dan Cororiso paling muram. Meski Cororiso pernah dengar kabar angin, dia masih sulit percaya. Memiliki talenta seperti Caesar tentu menguntungkan, tapi kini tampaknya lebih baik menyingkirkannya.
“Hmm, Putri, bukankah sebaiknya Tuan Putri berdansa dengan para pangeran? Aku... tidak mahir menari.”
Caesar mencari kata-kata... Demi Dewa Laut, Elina mengawasinya dengan tajam. Mana berani dia? Lagipula dia hanya ingin menari dengan Elina—diakui di depan umum itulah yang diidamkannya. Tapi dia tahu itu hanya angan, berbeda jauh dengan kenyataan.
“Mengapa ribut? Lihatlah sorot mata penuh nafsu mereka! Siapa mau berdansa? Mereka hanya ingin mengambil kesempatan!”
……Orang-orang di sekitar meski tidak berani menunjuk secara terang-terangan, sebagian merasa apakah Suku Kerang ini bermasalah di otak. Undangan langsung dari sang putri adalah kehormatan besar, tapi masih berani menolak? Benar-benar sombong! Jangan-jangan menunggu diundang Putri Naga Laut?
……Masalahnya Putri Alena juga berjalan mendekat ke arah sini, bersama Nona Yisha Beier.
"Teman sekelas Caesar benar-benar punya martabat besar. Cepat menarilah, semua orang sedang melihat. Lagipula hari ini adalah ulang tahun ibu sang putri, seharusnya tidak boleh ditolak."
Ada sedikit rasa kecut dalam suara Elina, tapi dia masih bisa melihat situasi dengan jernih. Sambil mengagumi keberanian Clarisse, dia hanya bisa mendinginkan suasana agar segalanya berjalan ke arah terbaik.
"Iya, teman sekelas Caesar, tarian berikutnya harus denganku ya."
Yisha Beier mengibaskan kipas giok kecilnya dengan anggun, pesona kecerdasannya membuat orang tak bisa tidak berbaik sangka.
Di bawah tekanan tiga lapis, mau tidak mau harus menari. Jika berurusan dengan pertempuran, Caesar pasti akan langsung maju. Tapi hal semacam ini benar-benar memusingkan. Ajaran Pak Senior dulu dipelajari setengah-setengah, apalagi berbeda jauh dengan tarian bangsawan laut. Dengan bimbingan Clarisse, dia memegang tangan mungilnya, merangkul pinggangnya yang lembut, lalu mulai menari mengikuti irama musik.
"Hmph, katanya tidak bisa menari, tapi gerakannya sangat mahir."
Elina yang sedang meneguk minuman beralkohol dari pelayan di sampingnya tak tahan berkomentar, seharusnya orang itu adalah miliknya, tidak mungkin tidak ada pemikiran di hati, Clarisse si iblis kecil ini memakai urusan dinas untuk kepentingan pribadi.
“Adik Elina, sepertinya sangat panik ya.” Yisha Beier di sampingnya tersenyum, kemudian Elina juga menghalau lalat laut di sekitarnya. Ia tidak terlalu tertarik pada para playboy ini, sifat sombong bangsawan seperti itu tidak disukainya.
“Kak Yisha Bell sepertinya sangat akrab dengan Caesar, tapi aku ingat kalian hanya bertemu sekali kan?” Elina memandangi Yisha Beier sambil merenung.
“Sebagai pedagang licik, tentu bisa melihat nilai setiap orang. Teman sekelas Caesar sangat bernilai investasi loh.” Yisha Beier adalah sosok yang tak terkalahkan dalam debat verbal, orang yang bisa mengalahkannya mungkin masih terkubur atau belum lahir.
“Oh, ingin dengar penjelasannya?”
"Bagi Elina, jenius komersial yang bisa mempengaruhi klan laut ini memang menimbulkan ketertarikan. Dari interaksi terbatas, bisa dirasakan kecerdasan luar biasa orang itu, kematangan dan ketelitian berlebihan yang tidak dimiliki kelompok mereka."
"Sebenarnya sederhana: Orang yang bisa mendapat perhatian dua putri, itu adalah alasan terbesar!"
Yisha Beier tersenyum dengan senyum ambigu yang membaur antara kejujuran dan kepura-puraan.
Sedangkan Caesar saat ini, meski terlihat tetap tenang di permukaan, sebenarnya seperti duduk di atas jarum. Tanpa disadari, tenaga di tangannya semakin bertambah.
"Pelankan, mau balas dendam pada aku? Hati-hati Ayah memenggal kepalamu!" Clarisse merajuk. Tak disangka si bodoh ini ternyata lihai menari. Rupanya ucapan-ucapannya dulu tak semuanya bohong ya.
Keringat dingin... "Aku terlalu cemas, bisakah kita berhenti menari?"
"Cis, apa kau lelaki? Aku saja tak takut, masa kau gentar? Ini cuma dansa, bukan suruh kau menyebrangi pisau atau terjun ke kuali minyak. Lihat dirimu yang gemetaran! Minimal selesaikan lagu ini, atau martabat kita bakal tercabik!"
Pusing. Mana mungkin tidak cemas? Daripada begini, lebih baik menghadapi pisau atau kuali minyak.
Caesar kini terjebak. Ia harus bertahan. Sekilas matanya melirik Elina, yang ternyata juga mengawasi gerak-geriknya. Hal ini justru memperparah kecemasannya. Tanpa sengaja kakinya menyepak Clarisse. Beruntung si gadis waspada, dengan langkah cepat ia menarik jarak, melototi Caesar marah.
"Bei Bei sialan, fokus! Kalau masih keterbelahan fokus, kau akan kukutip semalaman!"
Dingin. Jika benar terjadi, besok pasti jadi berita utama di seluruh wilayah perairan Putri Duyung.
Clarisse masih belum puas saat musik berganti. Saatnya ganti pasangan. Yisha Beier menatap Elina, tersenyum: "Adik Elina, jika kau tidak maju, aku yang akan mengambil giliran."
Elina memang sangat ingin, tapi inisiatif dari pihak perempuan sama sekali tidak sesuai dengan aturan Suku Naga Laut, apalagi Roye dan para pengawal naga laut sedang mengawasi dengan tajam,... Jika saat ini Caesar berani mengambil langkah, dia pun siap menghadapi konsekuensinya.
Katanya ada telepati antara sepasang kekasih, ungkapan ini ternyata benar adanya.
Caesar yang akhirnya terbebas dari Clarisse merasakan gejolak dalam hati. Tidak boleh seperti ini, sebagai lelaki harus menunjukkan keberanian. Mengajak putri menari bukanlah urusan mempertaruhkan nyawa. Sejujurnya dia sudah lama muak dengan aturan kuno Suku Naga Laut. Andai saja kemampuannya cukup, pasti sudah membawa Elina kabur. Kemampuannya terus meningkat, mungkin belum memenuhi syarat untuk mengajukan ikatan pernikahan kepada Raja Naga Laut Carasso, tapi itu hanya soal waktu. Namun malam ini dia merasa, sebagai lelaki harus menari dengan wanita yang dicintainya.
Pikiran langsung diwujudkan, Caesar memang tipe yang impulsif.
Saat Caesar mendekati Elina, pandangan mereka bertautan dan langsung memahami isi hati masing-masing.
Keberanian? Keduanya tak pernah kekurangan.
"Putri Elina yang cantik, apakah saya beroleh kehormatan untuk mengajak Anda menari?" Suara Caesar tegas dan terkendali. Sebenarnya mengatakannya cukup mudah. Banyak hal antara hasil yang dibayangkan dengan realitas seringkali berbeda, bahkan terkadang bertolak belakang.
"Merupakan kehormatan besar, Teman Sekelas Caesar."
Hanya mereka sendiri yang memahami makna senyum di wajah kedua insan itu.
"Para bangsawan ada yang sedikit mengenal Caesar ini, ada yang sama sekali tidak tahu. Namun setelah pesta ini, pasti semua akan mengenalnya. Putri Clara yang mengambil inisiatif mengundang, sementara Putri Alena yang biasanya pendiam secara mengejutkan menerima undangannya - ini pasti menjadi berita besar!"
Ketika mereka berdua menari bersama, semua orang di sekitar langsung terlihat pudar. Jika tarian orang lain hanya memiliki bentuk, maka Caesar dan Alena memiliki keindahan jiwa dan raga. Meskipun ini tarian lambat, keduanya sangat menghargai kesempatan langka ini. Mereka terhanyut dalam tarian, saling memandang penuh perasaan. Wanita itu laksana dewi turun ke bumi, prianya meski tak bisa dibilang tampan namun cukup gagah. Wajahnya yang tajam dipenuhi semangat kepahlawanan - aura kejantanan sejati yang ditempa pengalaman.
Bahkan Alexis dan Ratu Kristina terkejut, "Yang Mulia, pemuda ini rasanya pernah kulihat sebelumnya. Terutama pandangan matanya seolah pernah kusaksikan di suatu tempat."
"Paduka, pemuda ini adalah bintang Akademi Karang. Guru Marton memberinya perhatian khusus. Dia juga langka di klan laut kita karena ahli sihir-sekaligus-prajurit. Masa depannya tak terbatas!"
Sang Ratu menceritakan bagaimana orang itu bisa menggunakan sihir kompresi hanya dengan melihat sekali. Yang Mulia Alexis juga terperangah. Tampaknya bakat pemuda ini luar biasa. Tak heran kabar terdengar dua kepala sekolah bertengkar memperebutkan seorang murid, dan Lao Jiao meminta tambahan anggaran - rupanya memang benar.
