Memandang siluet Caesar dan Barty yang menjauh, Kao menggelengkan kepalanya, bergumam, "Qi tempur, magic, Naga Sihir, klan laut berwujud manusia, orang yang menaklukkan senjata suci... Sungguh menarik. Pemimpin, apakah hari-hari ke depan akan semenarik ini? Caesar benar-benar penuh harapan."
Saat itu, Zhebie sedang duduk sendirian di tempat tinggi, memandang istana megah yang bercahaya. Suara nyanyian merdu yang mengalun masih terngiang, meski tak mungkin dibandingkan dengan nyanyian Clarisse. Namun bagi Zhebie, inilah melodi terindah. Sayangnya, nyanyian itu tak lagi untuknya. Zhebie mengatupkan giginya erat, urat-urat di tangan yang mencengkeram panah menonjol, sebelum akhirnya diturunkan dengan putus asa. Bayangan tubuhnya yang berbalik pergi dipenuhi kesedihan dan kesepian... Mungkin sejak saat itu, ia terus menyepi, mencari, dan akhirnya kembali ke titik awal.
Ini pun merupakan takdir.
Di dalam kereta kuda mewah, Yisha Beier duduk diam dengan tatapan kosong. Perempuan paruh baya dihadapannya tak bisa menyembunyikan sukacita di wajahnya.
"Nona, Dewan Tetua telah menerima kesuksesan Anda. Mereka menilai strategi yang Anda terapkan kali ini sepenuhnya tepat. Sudah beberapa keluarga legendaris yang bersedia memberikan hak perdagangan bebas kepada Keluarga Carol. Semua ini berkat kebijaksanaan Nona!"
Jelas status Yisha Beier semakin meningkat setelah peristiwa ini. Sejujurnya, melihat prestasinya dalam beberapa tahun terakhir, jika dia laki-laki, pasti sudah menjadi ahli waris yang disokong semua orang... Tapi Yisha Beier adalah perempuan. Masalahnya bukan pada gender, melainkan kewajiban pernikahan. Alasan munculnya faksi oposisi pun karena ini. Perempuan sekaliber apapun, setelah menikah akan menjadi milik keluarga lain. Hal ini akan membuat kekayaan Keluarga Carolot berpindah kepemilikan. Sebelum Yisha Beier menentukan pasangannya, jalan untuk menjadi kepala keluarga tetap dipenuhi rintangan.
"Ibu Susu, seperti apa rasanya menyukai seorang lelaki?" Ekspresi Yisha Beiel tetap kosong seolah tak mendengar perkataan orang itu. Beberapa pertanyaan tetap tak terjawab meski oleh orang tercerdas sekalipun.
"Hehe, Nona. Itu adalah feel yang hanya bisa dirasakan, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Jika belum mengalaminya, penjelasan apapun akan sia-sia. Berbeda dengan berbisnis."
Ibu Susu memandangi Yisha Beier dengan penuh kasih sayang. Dalam arti tertentu, dialah yang membesarkan Yisha Beier yang yatim sejak kecil. Gadis ini bagaikan putrinya sendiri. Melihat beban tekanan yang harus ditanggung Yisha Beier, hatinya ikut perih. Tapi tidak ada jalan lain. Mengingat masa lalu... Dia sepenuhnya memahami kondisi Yisha Beier saat ini.
“Apakah begitu? Harus dirasakan sendiri? Tapi menurutku semua hal di dunia ini bisa diselesaikan dengan rasional, semua bisa diatur dengan uang, bukankah begitu?”
“Dasar gadis bodoh, mungkin iya. Tapi cinta sejati pasti tak bisa ditukar uang. Itu melampaui uang bahkan nyawa. Tapi... cinta sejati belum tentu berkah, kadang lebih banyak racunnya.”
Yisha Beier mengangguk sambil berpikir. Dia merasa paham sedikit, tapi sebenarnya sama sekali tak mengerti. Mengingat ibunya... mungkin dia tak ingin paham selamanya.
“Ibu, bagaimana pendapatmu tentang Caesar?”
Clarisse yang sedang meringkuk di pangkuan Ratu Christina saat ini, tetap seperti anak kecil yang tak mau dewasa. Sampai sekarang masih sangat manja pada ibunya. Urusan kudeta istana itu, baginya datang dan pergi cepat, sama sekali tak dipikirkan. Tapi melihat wajah asli Caesar membuat pikirannya tak bisa tenang lama.
“Dasar gadis bodoh, maksudmu bagaimana?” Ratu Christina pura-pura tak paham.
“Ibu~ Ratu~, Aku... aku bertanya tentang itu. Ibu tahu maksudku. Kalau tak mau kasih tahu, aku akan marah nanti.”
Christina membelai lembut rambut putri tercintanya. Clarisse adalah anugerah Dewa Laut untuknya. Seorang ibu bisa mati untuk putrinya, asalkan dia bahagia dan aman. Tapi dia tidak ingin putrinya menderita. Jika bicara tentang Caesar sendiri, memang dia pemuda berbakat langka. Selain kemampuan tim yang luar biasa, yang lebih langka adalah sifatnya yang tidak sombong dan tidak dibuat-buat. Seperti Xiao Bote yang agak berlebihan, kadang pemuda memang perlu sedikit kesombongan dan ambisi. Dari segi ini, Caesar bisa dibilang sempurna.
Dari segi penampilan... juga pantas untuk putri. Meskipun yatim piatu dan latar belakang keluarganya kurang, jika mereka benar-benar saling mencintai, Ratu yakin bisa meyakinkan Yang Mulia Alexis. Bagaimanapun kebahagiaan putri adalah yang terpenting, karena mereka sendiri adalah pasangan paling bahagia sehingga mengerti betul arti kebahagiaan. Tapi kemungkinan pasangan sempurna seperti mereka terlalu kecil. Dengan kemampuan Caesar ditambah kemampuan mereka, mempertahankan tahta sama sekali bukan masalah.
Tapi masalah utamanya bukan di situ. Menurut pandangannya sebagai orang yang berpengalaman, Caesar sebenarnya tertarik pada Putri Alena. Ini jelas terlihat dari pandangan matanya. Kelembutan dan kasih sayang Caesar saat memandang Elina tidak bisa disembunyikan. Meskipun ada sedikit rasa suka dan sayang saat memandang Clarisse, itu jelas bukan cinta antara pria dan wanita.
“Cinta sepihak juga merupakan salah satu hal yang paling menyakitkan di dunia, apalagi... Caesar ini terlalu misterius. Mempertimbangkan semua ini, mungkin lebih baik membuat putri kita kehilangan harapan. Lebih baik sakit sebentar daripada berkepanjangan, jangan sampai dia tenggelam dalamnya dan tidak bisa melepaskan diri, nanti semuanya akan terlambat.”
“Sayang, dia memang pemuda yang baik, tapi tidak cocok untukmu. Sebagai putri, kamu harus tahu tanggung jawab yang kamu emban.”
“Ibu, kenapa selalu bicara tentang tanggung jawab? Identitas sebagai putri ini sangat melelahkan! Lagipula, kenapa dia boleh berpacaran dengan Elina sedangkan aku tidak boleh!”
Clarisse mengerutkan bibir kecilnya dengan penuh ketidakpuasan. Sejak kecil, Clarisse dan Elina selalu dibanding-bandingkan, membuat Clarisse sejak dini telah bersaing dengan Elina. Awalnya mungkin hanya persaingan emosional, tapi lama-kelamaan dia sendiri tidak mengerti lagi.
“Hmm? Kamu tahu Caesar menyukai Elina?” Ratu Christina merasa agak heran.
“Hmph, lalu kenapa? Aku akan membuatnya menyukaiku! Dan aku yakin Ayah dan Ibu pasti akan mendukungku. Aturan kuno Suku Naga Laut terkenal tidak manusiawi! Hubungan Caesar dengannya tidak akan ada hasilnya. Jika adik Elina benar-benar mencintai Caesar, dia harus meninggalkannya sekarang!”
Christina memandangi putrinya dengan takjub. Apakah ini masih gadis kecil yang belum dewasa? Dari perkataannya, tampaknya dia benar-benar telah tumbuh dewasa.
“Bodoh, bagaimana kau tahu kami akan mendukungmu? Kau seorang Putri keluarga kerajaan, tahukah kau betapa besar dampaknya jika menyukai rakyat jelata? Jika itu sesama Enam Wangsa Besar mungkin masih bisa dimaklumi. Tapi ini cuma rakyat biasa, semua bangsawan bahkan seluruh Putri Duyung akan menentang kalian. Kau masih kecil, tak paham tekanan seperti apa itu!”
“Hmph, aku suka siapa itu urusan mereka. Tekanan apapun tak kutakuti, asal Ibu mendukungku.”
Perkataan itu membuat Christina menggelengkan kepala. Jelas Clarisse dalam kondisinya sekarang tak mau mendengarkan nasihat. Bahkan Christina bingung cara menasihatinya. Jika di keluarga biasa, pasti akan memaksa memisahkan kedua pihak. Tapi dia bukan tipe ibu seperti itu. Namun dia juga tak bisa membiarkan putrinya masuk jurang maut... Mungkin ini hanya keisengan, nanti juga sadar sendiri. Saat ini hampir pasti masih berseteru dengan Elina. Lagipula tak ada yang bisa meramal perubahan di masa depan.
Ratu Christina bertaruh pada sifat playful Clarisse. Mungkin baginya ini cuma hiburan belaka, jadi tak berusaha menghentikan... Belakangan baru dia sadar: Jika Dewa Laut memberinya kesempatan lagi, pasti akan berjuang mati-matian untuk mencegah. Tapi bencana dan berkah siapa yang tahu? Bahagia atau tidak, hanya pihak terkait yang paham.
Terkadang, penderitaan di mata orang lain justru merupakan berkah...
