Tugas yang diberikan Yang Mulia Kepala Sekolah sebenarnya cukup sederhana bagi Caesar bertiga. Di lautan luas nan tak bertepi, selain wilayah permukiman klan laut, sebagian besar area dipenuhi berbagai jenis putri duyung. Tentu saja wilayah yang dihuni putri duyung level sembilan biasanya sudah tercatat, ini urusannya Asosiasi Petualang.
"Setelah menerima misi di Asosiasi Petualang, bertiga bekerja sama membasmi tiga putri duyung level sembilan. Tentu saja teman sekelas Caesar bertugas sebagai umpan, lalu bertiga menyerang bersama - tiga lawan satu. Sekuat apapun putri duyung level sembilan menghadapi tiga ahli klan laut hanya bisa melakukan perlawanan sia-sia. Terutama gaya pukulan ganda Caesar sekarang yang sangat mengerikan, serangan nyaris menembus pertahanan ini membuat para putri duyung tersiksa. Putri duyung level rendah yang mendekati Caesar akan hancur seluruh tubuhnya dengan satu pukulan, menunjukkan mengerikannya kekuatan penghancur internalnya. Saat ini Caesar terkesan seperti dewa perang."
"Waktunya sudah hampir habis. Sayang sekali gulungan koleksi Yang Mulia Kepala Sekolah terbuang percuma sebagai jalan pintas. Bertiga kembali ke Kota Raja Duyung. Bersamaan itu, Kafilah Qingci Bunga juga berangkat memutuskan untuk kembali ke Kota Raja Duyung."
"Perjalanan ini bisa dibilang paling menyenangkan bagi Elina dan Clarisse. Meski keduanya merasa akan lebih sempurna jika lawannya menghilang, kondisi saat ini sudah memuaskan. Untuk menghindari prasangka, bertiga berpisah saat melapor kembali ke sekolah."
"Saat Caesar menemui Lao Jiao, Pak Senior ini sedang asyik berjemur. Matanya yang kecil menyipit saat melihat Caesar, mengamatinya dengan seksama, lalu tiba-tiba melompat berdiri."
"Wahai pemuda! Baru beberapa hari tidak bertemu sudah meningkat lagi. Jika begini terus, kami para tulang tua ini harus pensiun dong lebih cepat!"
"Hehe, Yang Mulia Kepala Sekolah bisa menyerahkan asetnya dulu sebelum pensiun, kami tidak keberatan."
“Goblok, dasar kau ini gak tau hormat guru cuma ngincar tabungan hari tua gue. Jujur aja, liburan kali ini asik banget ya?”
Lao Jiao tersenyum ambigu, jelas ada maksud tersirat.
Caesar berkeringat dingin, buru-buru pura-pura bodoh. "Makan boleh sembarangan, omongan jangan asal ceplas-ceplos."
“Jangan sok! Dari dulu udah liat kalian aneh-aneh. Pemuda-pemudi, sebagai Kepala Sekolah gue dukung! Status bangsawan atau rakyat jelata itu omong kosong. Cinta harus dikejar berani!”
Rupanya Lao Jiao mengira Caesar menyukai Putri Clara. Wajar saja salah paham. Lelaki yang disukai Putri Clara pasti akan balas cinta – daya tariknya nyaris tak terbendung. Tapi Caesar ini kepala batu, mungkin karena Elina adalah wanita pertama yang menggores hatinya, ketahanannya terhadap gadis lain jadi kuat. Antara berdebar dan tak berdebar memang tipis batasnya.
Caesar tidak menjelaskan. Masalah begini makin dijelaskan malah makin ribet.
“Hmm, Yang Mulia Kepala Sekolah, latihan khusus kita berikutnya apa?”
“Pemuda, jangan buru-buru. Terlalu ngoyo malah gak nikmat. Hidup itu untuk dinikmati. Ayo berjemur, lelaki sehat perlu kulit sawo matang! Kalian pulang terlalu cepat, yang lain belum pada balik.”
“Hehe, Bapak Kepala Sekolah silakan santai saja. Saya mau mengulang pelajaran beberapa hari ini.”
“Yah, yah! Murid yang bisa diajari!”
Caesar segera pergi sebelum Lao Jiao mulai berpidato panjang lebar. Mendengarkan ceramahnya juga cukup menyiksa.
Lao Jiao menatap punggung Caesar yang menjauh dengan perenungan mendalam, ekspresinya serius. Untuk murid spesial ini, dia sengaja mengunjungi kuil Dewa Laut beberapa waktu lalu, meminta Santo meramalkan nasibnya. Hasilnya hanya dia yang lihat - tiga kartu Tarot yang meramalkan takdir Caesar. Dia hanya bisa membuka kartu pertama: Arwah, arwah tak berujung yang menandakan bencana besar tak terelakkan. Tapi hubungan apa antara bencana itu dengannya?
Dengan pengalaman puluhan tahun pun dia tak paham. Karakter pemuda ini jelas terlihat, mirip dirinya di masa muda: agak sembrono, tak peduli benar-salah, tapi dalam hati tetap memiliki standar sendiri. Wataknya kuat. Namun ramalan Santo tak mungkin salah. Dia penerima berkah Dewa Laut.
Yang tak dipahami harus ditunda dulu. Mungkin ini cuma kebetulan. Hidup memang penuh ketidakpastian. Lagi pula, bencana besar mana bisa datang tiba-tiba? Simbol arwah baru muncul saat Perang Bulan Suci terakhir. Mustahil Caesar sendirian bisa memicu perang sebesar itu.
"Mengingat Perang Bulan Suci, Lao Jiao juga merasa sedih. Meski mereka berusaha keras mencegah, perang tetap meletus. Kebencian antara manusia dan klan laut semakin memanas, terutama di hati generasi baru yang menganggap mereka bermusuhan. Padahal sebenarnya beberapa anggota klan laut dan manusia masih berteman baik dan memiliki kesamaan visi. Tapi sekarang semuanya berubah. Saat itu Kuil juga ingin mencegah, namun fungsi Kuil hanya terbatas pada doa. Meski memiliki posisi tinggi, mereka tak bisa mencampuri urusan internal klan laut. Akhirnya perang pun pecah, terutama karena klan laut memperoleh kemampuan bertahan hidup di darat dalam jangka panjang. Kemampuan ini membuat klan laut tak bisa menahan impulsif dalam hati."
"Ah, perang memang hal yang sangat menakutkan."
"Mungkin aku memang sudah tua. Lao Jiao tak ingin lagi menyaksikan pertempuran yang menghancurkan seperti itu. Tapi apa yang bisa dia lakukan?"
"Di Istana Putri Duyung saat ini, Clarisse sedang merajuk manja di samping Ratu Christina. Si gadis kecil yang belum lama bertemu ibunya ini menjadi sangat lengket. Sang Ratu pun merasa sangat haru. Putri kesayangannya ini benar-benar seperti harta yang takut meleleh sekalipun disimpan di mulut."
"Sebaliknya, Suku Naga Laut memang sangat mandiri. Kalau tidak, mereka tak akan mengizinkan Elina pergi ke tempat yang begitu jauh."
"Putri, ada hadiah khusus untuk Yang Mulia. Katanya dari seorang bernama Caesar. Apakah akan diterima juga?"
Seorang dayang kecil bertanya dengan iseng.
"Caesar? Dia akan mengirim hadiah untuk dirinya sendiri?" Elina merasa manis di hati, buru-buru menyuruh pelayan membawa hadiah masuk. Sebuah kotak berhias indah segera tergeletak di hadapannya, sepertinya karya buatan Manusia.
Di luar istana kerajaan, seorang "pemuda" berjubah panjang magic hitam menyunggingkan senyum jahat di sudut bibirnya. Jika ingatannya tidak salah, itu adalah Foulds sang Sekakmat dari Pasukan Arwah Laut, si necromancer itu!
"Tuan Caesar, hadiah kecil ini sebagai bentuk penghormatan, hehe." Bergumam sendiri sambil berjalan ke sudut, tubuhnya berbalik lalu menghilang tanpa jejak dalam kepulan kabut hitam.
Elina yang menerima hadiah dari Caesar sudah lupa segalanya karena terlalu gembira. Dia tak terpikir untuk mempertanyakan mengapa Caesar tiba-tiba berani mengirim hadiah ke istana kerajaan padahal baru saja kembali. Tapi wanita yang sedang jatuh cinta akan menganggap semua hal wajar. Biasanya hadiah apapun akan diperiksa dulu oleh pelayan bawahannya, tapi untuk barang-barang Caesar, dia tak mau orang lain menyentuhnya.
Elina hanya menyentuh kotak hadiah itu, kotak indah itu tiba-tiba terbuka sendiri. Asap putih menyeramkan bagai nyawa langsung menyembur ke arah Elina. Reaksi Elina sudah cukup cepat, tapi masih terkena sedikit. Aura naga bawaan langsung diaktifkan segera, namun anehnya asap putih itu seolah sangat menyukai aura naga, malah meresap langsung masuk. Ekspresi wajah Elina langsung berubah!
Sial, ini wabah naga!
Segala hal di dunia saling menciptakan dan mengalahkan. Untuk melawan Klan Naga yang perkasa, manusia berusaha keras mencari kelemahan mereka. Tubuh kuat, ketahanan anti-sihir, dan pertahanan fisik mereka sangat luar biasa. Ukuran tubuh besar membuat mereka hampir kebal racun, sementara darah naga sendiri adalah ramuan suci penyembuh dan penangkal racun. Menghadapi makhluk seperti ini, manusia tetap tidak menyerah karena dalam hati mereka tidak ada makhluk yang tak terkalahkan atau sempurna, bahkan untuk Klan Naga sekalipun. Herba Mabuk Naga adalah temuan pertama, tapi daya bunuhnya masih kurang. Mereka terus meneliti lingkungan sekitar Klan Naga dan karakteristik biologis naga itu sendiri.
Setelah investigasi panjang, para alkemis tidak menemukan harapan. Banyak yang menyerah, namun seorang ahli alkimia yang tertarik pada ilmu arwah menemukan keanehan pada mayat naga. Beberapa waktu setelah mati, naga menarik makhluk mikroskopis yang menghisap sisa kekuatan tubuhnya. Anehnya, mayat naga yang terkontaminasi makhluk ini bahkan jika dihidupkan sebagai naga arwah oleh necromancer, tetap rapuh dan mudah dikalahkan.
Alkemis ini terus mengekstrak dan membina tulang naga. Dengan menambahkan ramuan khusus, terciptalah momok klan naga - Wabah Naga. Senjata mematikan yang 100% efektif terhadap naga besar maupun klan naga. Karena aktivitas pembersihan necromancer di benua, alkemis malang ini ikut terbakar di tiang hukuman bakar. Rahasia ini pun hilang, membuat manusia tak punya senjata melawan Suku Naga Laut dalam Perang Bulan Suci. Herba Mabuk Naga sedikit memperbaiki situasi. Andai Wabah Naga masih ada, mungkin Suku Naga Laut takkan bisa kembali ke lautan.
Secara instan tubuh Elina terbekukan seperti es, wajahnya pucat dan terjatuh. Kejang-kejang ini menarik perhatian dayang yang langsung panik. Melihat kondisi putri ketiga Suku Naga Laut itu, dayang itu berteriak histeris dan berlari keluar ruangan.
Tak lama kemudian seluruh Istana Putri Duyung kacau seperti panci rebusan. Yang Mulia Alexis, Ratu Christina, Clarisse, serta seluruh tabib istana berkumpul di aula utama. Mereka memandangi Elina yang pucat dan tubuhnya dingin dengan wajah suram. Ini adalah peristiwa besar yang tak terduga! Putri Elina ternyata diserang diam-diam di dalam istana, racun macam apa yang begitu mengerikan ini!
Para tabib sambil memeriksa saling berdiskusi, wajah mereka semakin buruk rupa. Akhirnya seorang tabib dari klan Taote menghadap para hadirin, "Yang Mulia, Putri Elina terjangkit Wabah Naga!"
Seketika semua terdiam. Semua tahu apa arti Wabah Naga bagi klan naga. Kekuatan Elina akan terkikis sedikit demi sedikit. Meski tubuhnya tak bisa bergerak, siksaan mental yang harus ditanggungnya tak akan berkurang.
