Di hadapan mereka berdiri Maha Mentor yang menguasai sihir air dan sihir arwah. Di atas kepala membentang pasukan arwah tak berujung. Benar-benar situasi genting.
"Kalian jangan buang-buang tenaga, seluruh lembah berada di bawah kekuatan penguasa arwah yang agung. Magic ruang tidak bisa digunakan. Alexis memberi kamu satu kesempatan lagi, tinggalkan peta Dewa Laut dan kamu boleh pergi. Ini adalah sisa perasaan baik dari kehidupan sebelumnya, pikirkan baik-baik tindakanmu."
Alexis tersenyum percaya diri, "Tuan Giagru, dengarkan baik-baik! Aku, Alexis, adalah klan laut mulia, Raja Putri Duyung. Hanya ada Alexis yang mati berperang, bukan Alexis yang menyerah! Aku akan memurnikan jiwamu dengan tanganku sendiri, untuk membersihkan aib yang kamu timbulkan pada bangsa putri duyung kami!"
Jiwa yang jatuh dan mengkhianati Dewa Laut adalah hal paling tabu bagi klan laut. Apalagi ini terjadi pada mantan Raja Duyung yang pernah agung. Orang lain tidak mungkin mengerti rasa sakit dalam hati Alexis!
Alexis sudah sepenuhnya memasuki kondisi tempur. Awalnya berada dalam posisi lemah total karena hatinya masih ragu. Yang dipikirkannya hanya melarikan diri, tidak bisa menerima realitas kejam ini. Tapi Raja Duyung tetaplah Raja Duyung, dia bukan lagi anak kecil seperti dulu.
Caesar bisa merasakan elemen air sedang dipecah. Mereka sedang dipanggil oleh dua kekuatan. Meski Alexis dalam posisi kurang menguntungkan, situasinya sudah sangat berbeda dari sebelumnya. Jangan lupa masih ada Caesar di sampingnya.
Ledakan kemarahan sangat menakutkan. Inilah sesuatu yang tidak dimiliki arwah - kekuatan emosi.
Setelah Alexis bertindak, Caesar tentu tidak tinggal diam. Meskipun Alexis sedikit lebih lemah dari arwah tua, mustahil meremehkan Raja Duyung. Kekuatan absolut setidaknya belum pernah ia temui sampai sekarang.
Caesar melemparkan bola api ke Giagro. Meskipun daya serangnya bisa diabaikan, cukup untuk membuat elemental api yang sangat membenci elemen api memilih sektor yang diperlukan. Tekanan pada Alexis langsung berkurang. Dengan pekikan, Alexis mengeluarkan tenaga ganda, berjuang mati-matian untuk meninju tulang-belulang ini.
Tatapan pada Alexis memantulkan kilasan perasaan aneh di mata Giagro. Menghadapi serangan Caesar, ia dengan tenang mendorong telapak tangan. Kilau biru seketika berubah menjadi udara beku yang menyelimuti tanpa celah pelarian.
Ice Age!
Teknik yang sama terasa berbeda saat digunakan oleh orang berbeda. Kecuali area di sekitar dua ahli sihir, segala sesuatu di sekeliling membeku dengan cepat, segera merambat ke arah Caesar.
Caesar tersenyum angkuh. Jangan meremehkannya! Inikah kelemahan umum para penyihir? Qi Tempur Laut cukup untuk menahan udara beku. Dengan belasan pukulan kilat yang menembus lapisan es, kehancuran menyebar lebih cepat. Dalam perubahan sesaat ini, Caesar sudah berada di depan arwah tua. Qi Tempur Laut dalam tubuhnya berputar kencang. Kemenangan dalam pertarungan terletak pada ledakan momentum sekejap - kesempatan langka!
“Double Kill！”
Caesar sepenuhnya mengabaikan pertahanan, kedua tinju bertumpu menghantam. Ekspresi Giagro terkejut, tak menyangka junior muda bisa memiliki kekuatan seperti ini. Ini di luar perkiraan. Tiba-tiba ia sedikit memahami mengapa Penguasa Arwah menginginkan orang ini.
Postur arwah tak berubah, namun kali ini bukan sihir air yang digunakan. Alexis di samping hanya bisa berusaha maksimal mengalihkan konsentrasi lawan, tak lagi mampu menyerang. Kendali magi dan kekuatan magis dalam kondisi puncak, ditubuh yang berada di performa terbaik - inilah yang diberikan arwah.
Menghadapi serangan Caesar, lengan kanan arwah seluruhnya diselimuti aura hitam menyambut. Desakan yang mencekik. Kebuasan Caesar tak kalah dari monster laut tingkat super. Begitu total menyerang, tanpa peduli apapun, ia nekat menerobos.
Bruuum~~~
Yang menyambut adalah kekuatan gelap seolah tak berujung. Sensasi yang belum pernah dialami sebelumnya, mengandung daya korosi dan kebengisan di luar dugaan. Pertarungan panjang membuat Caesar tetap tenang di momen krusial. Double Kill menembus tanpa terpengaruh, disusul bunyi retakan tulang.
Lengan kanan Raja Duyung Arwah mulai runtuh, tapi yang lebih aneh adalah aura gelapnya yang seharusnya menghancurkan segalasaudah menyusup ke tubuh orang itu namun tak berefek. Dengan mengibaskan ekornya, sihir air yang mengamuk melemparkan Caesar keluar. Alexis tiba-tiba menghilang dan menarik Caesar di udara untuk kabur. Ia tahu persis dalam kondisi seperti ini, terus mempermasalahkan hanya akan memperburuk hasil akhir.
Caesar juga paham. Saat menyerang, ia merasakan efek mematikan seperti gelombang pasang. Ketika mengira akan mati oleh kekuatan korosif itu, justru muncul perasaan hampa dalam tubuhnya yang malah menyedot kekuatan tersebut. Tapi Caesar tak yakin kejadian sama bisa terulang. Pikirannya tertuju pada Elina yang ingin secepatnya ia temui. Sambil lalu ia melemparkan bola air terkompresi ke pintu masuk, batu-batu runtuh menutupi jalan.
Raja Duyung Arwah tak langsung mengejar. Senyum mengembang di bibirnya saat aura hitam mengucur dari lengan yang patah. Dalam kabut hitam yang bergolak, lengan baru muncul. Dengan melambaikan tangan, reruntuhan di pintu tersapu bersih. Sang raja melangkah keluar dengan langkah lebar.
Pada saat ini, Alexis dan Caesar sedang berlari secepat mungkin. Mereka harus meninggalkan tempat angker ini sebelum Ghiyagoro datang. Meski pasukan arwah menanti di atas, setidaknya masih ada harapan hidup. Jumlah bukan segalanya, lagipula tujuan mereka bukan memusnahkan arwah-arwah ini.
"Masalahnya adalah ketika Alexis dan Caesar tiba di permukaan tanpa halangan, mereka menemukan seluruh cekungan kosong, bahkan tak ada tulang arwah pun terlihat. Tapi mereka tak punya waktu untuk ragu, sekaranglah saatnya pergi!"
Kabut hitam menghalangi di depan mereka, menampakkan wajah Jiageru. "Sudah kukatakan, kalian tak punya pilihan. Era arwah akan tiba, tunduk adalah satu-satunya jalan keluar."
"Yang Mulia Alexis, biar aku yang menghadangnya. Anda segera kembali! Jika mereka menginginkanku, pasti tak akan langsung mencabut nyawaku. Elina dalam bahaya, dia butuh bantuanmu!"
Caesar maju mengejek, "Zaman benar-benar berubah. Arwah mulai main doktrin. Kalau begitu biar aku mencoba jurus andalanmu!"
"Berpikir untuk membagi pasukan? Jujur saja ini sia-sia. Seluruh lembah berada dalam dominasiku. Hehe, bahkan jika kembali ke Kota Raja Duyung sekarang pun mungkin sudah terlambat!"
Tawa Jiageru membuat hati Alexis meredup... Jangan-jangan arwah ingin menyerang Kota Raja Duyung.
"Baru sekarang Alexis menyadari? Ini namanya serangan dua front. Sebenarnya dengan tunduk padamu bisa menghindari hasil akhir ini. Tapi pilihanmu mengecewakanku. Tak lama lagi, Kota Raja Duyung akan menjadi kota kerajaan pertama yang dikibari bendera arwah."
"Yang Mulia Alexis, aku yang menghadang! Anda segera pergi!"
Alexis mengibaskan tangannya, tersenyum dingin: "Kau meremehkan Kota Raja Duyung. Permainan psikologis tak berguna bagi kami. Dengan ini kita bisa bertarung tanpa keraguan."
"Oh begitu? Kekuatan seorang diri memang terbatas, tapi takkah kau pahami kepemimpinan raja adalah jaminan utama moral pasukan?"
"Hehe, rupanya ada yang tak kau ketahui. Lupakanlah permaisuriku - ahli sihir terkuat bangsa putri duyung? Dalam Perang Bulan Suci kami berjuang bahu-membahu. Kewibawaannya bahkan melebihiku. Khawatirkanlah pasukan arwahmu! Pasukan dari kota lain akan bergerak cepat untuk membela Yang Mulia. Saat itu tiba, hancurlah kalian!"
Alexis paham betul situasi sekarang. Hanya pertempuran yang memberi harapan hidup. Pikiran ilusi hanya akan menciptakan celah. Musuh sedang bermain strategi jebakan.
"Baik! Layaklah sikap seorang raja. Mari kita buktikan di medan perang. Pemuda, jika kau bisa mengalahkanku, akan kuberi cara menyembuhkan wabah naga."
Bukan lagi soal percaya atau tidak. Keduanya sama-sama terjepit tanpa pilihan.
Caesar dan Alexis berpisah seketika. Raja Duyung Arwah mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, mengikuti mantra arwah, pasukan kerangka satu persatu merayap keluar dari bawah tanah. Pasukan kerangka ini sangat berbeda dengan yang dipanggil oleh necromancer biasa - kerangka mereka sedikit lebih besar, membawa pedang panjang hitam, gerakannya luar biasa lincah, tubuh diselubungi aura hitam samar, mata merah darah berkilauan dengan ancaman mematikan. Di atas kepala mereka terdapat mahkota kecil - Raja Kerangka!
Raja-Raja Kerangka meluncur ke udara menyerang Alexis satu per satu, jelas memaksanya untuk tidak bisa menggunakan sihir pembunuh massal.
Sementara Caesar juga melancarkan serangan ke Raja Duyung Arwah. Cara termudah prajurit melawan ahli sihir adalah pertarungan jarak dekat. Jika menjaga jarak, Caesar sama sekali tak punya kesempatan. Tapi Caesar tetap tenang luar biasa. Berbekal pengalaman sebelumnya, ia tahu orang itu bukan makhluk omnipoten.
Saat qi tempur Caesar menghantam, Jiageru tiba-tiba menghilang dari tempatnya, muncul seketika di belakang Caesar. Ice Age menyergap dari atas kepala. Reaksi cepat Caesar pun terkejut - benarkah ada sihir teleportasi instan seperti ini?
Meski kekuatan magisnya dahsyat, membayangkan bisa sepenuhnya mengurung Caesar masih seperti khayalan. Rupanya Penguasa Arwah menginginkan tawanan hidup. Caesar mulai menangkap polanya, membuat langkahnya semakin mantap.
Kecepatan Caesar memiliki keunggulan absolut, namun cara bergerak hantu orang itu lebih mengerikan lagi. Hal ini membuat Caesar sama sekali tak bisa melakukan serangan efektif. Di sisi lain, Alexis dikepung oleh sekelompok Raja Kerangka. Jika kerangka biasa pasti tak sanggup menghalau ahli seperti Alexis, tetapi kerangka-kerangka ini seolah memiliki pertahanan magis sihir air yang sangat efektif. Bahkan kekuatan magis kuat Alexis pun tak bisa memberikan pukulan mematikan sekaligus.
