Kerajaan Ottoman berdiri dengan kekuatan militer, tetapi gaya mereka jauh lebih baik daripada Cagliari. Pasukan ksatria mereka sama garangnya, namun tidak langsung menggunakan kekerasan terhadap rakyat jelata yang menghalangi jalan, malah bertindak cukup tertib. Rakyat pun secara sadar membubarkan diri, tapi suara diskusi semakin riuh. Jelas mereka semua berpikir: Putri Cagliari dan Putra Mahkota Ottoman datang ke kota perbatasan sensitif di saat seperti ini, apakah hanya untuk seekor naga?
Berbeda dengan sang putri yang hidup menyendiri, sebagai Putra Mahkota negara yang menjunjung kekuatan militer, Pangeran Ottoman sendiri termasuk salah satu ahli terkemuka di generasi muda manusia. Guru kerajaannya juga merupakan petarung tingkat langit yang masuk 10 besar di Maya Daratan. Dari semangat garang sang pangeran dan pandangan tajamnya, jelas ini bukan playboy biasa.
Meski menghadapi bahaya, Pangeran Ottoman diam-diam mengamati reaksi rakyat sekitar. Jelas rakyat tidak menunjukkan simpati maupun permusuhan terhadap mereka. Bagi pihak yang menginvasi, tujuan ini sudah tercapai.
Para pejabat besar kecil bergegas datang sambil mengempiskan pantat, bisa dibayangkan usus berlemak di perut mereka akan tercerna sedikit setelah olahraga berat ini. Hati penguasa daerah masih gelisah, takut majikannya menyalahkannya karena tidak menyambut di luar kota. Sebenarnya bukan salahnya, kedatangan dua tokoh penting ini sangat diam-diam. Kota Simbak sendiri memang tidak punya kesadaran pertahanan kota dan tidak waspada. Namun Pangeran Ottoman dengan ramah menerima undangannya untuk menginap di kediaman penguasa daerah, membuat jantung lemah dan hijau sang penguasa akhirnya kembali ke perut.
Ottoman terus mengamati orang-orang di sekitarnya, menemukan banyak tangan terampil di antara mereka. Ternyata godaan naga cukup besar. Kebangkitan Cagliari belakangan ini sangat mencolok, namun Perang Bulan Suci telah menguras Kerajaan Ottoman. Setelah pemulihan bertahun-tahun, mereka masih belum siap untuk perang besar. Saat ini lebih baik bermain politik daripada berkonfrontasi langsung. Meskipun nasib Cagliari cukup baik, kesalahan terbesar mereka adalah kudeta baru-baru ini yang memiliki kelemahan fatal - tidak ada ahli waris. Putri sulung meski mahir menggunakan pergelangan tangan dan kecantikannya, tetap saja perempuan, mainan lelaki yang tidak bisa jadi ancaman. Putri kecil yang nakal dan manja juga tidak berarti, tapi jika dimanfaatkan dengan tepat bisa membawa keuntungan besar bagi kerajaan.
Naga, yang kumau! Putri, juga kudambakan!
“Hehe, di tanah indah ini apa lagi yang bisa menghalanginya menyatukan segalanya? Begitu benua bersatu, saatnya menagih utang Bulan Suci dari klan laut biadab dan terbelakang itu. Hmph, dia, Ottoman XIII di masa depan, akan menjadi kaisar terhebat dalam sejarah!”
Ottoman bukanlah prajurit kasar. Dia tahu kekuatan militer hanyalah dasar. Banyak hal bisa diselesaikan dengan metode lain, seperti bupati kota gemuk itu dan para ofisial pemabuk. Mungkin Sang Putri tidak sudi melihat parasit-parasit ini, tapi di matanya makhluk hina ini masih memiliki nilai manfaat. Kalau tidak, dia pun sangat ingin menginjak-injak wajah menjijikkan mereka.
“Putri, tidak baik! Tidak baik! Ada masalah besar!”
“Panik apa? Apa naganya kabur?” Putri Xixi Alexander sedang mengelap pedang kesayangannya. Kilau dingin bilahnya seperti air musim gugur, benar-benar pedang 100% kualitas terbaik.
“Bukan, Putri. Pangeran dari Kerajaan Ottoman juga datang. Dia tiba tepat saat kita sampai. Jangan-jangan dia mengincar Yang Mulia? Ini harus segera dilaporkan ke Raja!”
Dayang kecil itu gemetar ketakutan. Kondisi ini sepenuhnya di luar kemampuannya. Selain melapor, tak ada cara lain.
"Cukup! Biarkan dia menempuh Yangguan-nya, aku meniti jembatan kayuku sendiri. Air sumur tak mengganggu air sungai, apa yang perlu ditakutkan? Lagipula kesatria dan ahli sihir ada di sini. Naga pun bisa ditaklukkan, apalagi Pangeran Ottoman! Hmm, asal dia tak macam-macam denganku... Jika berani, pasti kusuruh dia bersujud!"
Sang putri mengangkat pedangnya seolah hendak menebas lawan. Namun dayangnya berbisik lirih, "Kabarnya pangeran itu sangat hebat, jarang ada yang bisa menandingi."
Putri Xixi mengangkat alis, "Keterlaluan! Tak usah takut. Itu karena dia belum bertemu ahli sejati! Lupakan, laporkan saja jika mau. Tolak semua undangan pejabat korup itu. Aku muak melihat kelakuan mereka!"
"Permisi Putri, ada perintah lain?"
"Oh iya, carikan pemandu lokal yang cerdik untuk berburu naga. Pasang pengumuman: hadiah 1000 koin emas! Aku akan jadi Putri Ksatria Naga pertama dalam sejarah Maya!"
Yang Mulia Putri Xixi telah larut dalam novel petualangannya sendiri. Ia berharap di tahun-tahun mendatang, legenda Putri Ksatria Naga yang cantik, bijaksana, baik hati, lembut, dermawan, pemberani... masih dikenang di Maya.
Dayang memandang putri yang sedang dalam kondisi "khayalan" lalu mundur perlahan. Perasaan superior putri ini sudah berlangsung bukan sehari dua hari. Meski putri memang anak emas langit... tapi ini agak keterlaluan.
Putri Xixi sendiri juga gelisah. Ke mana-mana selalu dikerumuni banyak orang, membuat kemampuannya yang luar biasa tak bisa maksimal. Lagipula dia bukan tipe putri yang mengandalkan gelar. Ah, sungguh merepotkan. Apa tak ada cara menunjukkan kemampuan individunya?
Berbeda dengan satu kali kabur diam-diam bersama Elina, keinginan Putri Xixi untuk melarikan diri sudah berkali-kali. Di luar pintu berdiri ksatria kerajaan yang menjaga ketat keselamatan putri. Mereka mendapat perintah langsung dari Yang Mulia Raja: kepala terpenggal pun tak boleh biarkan putri bertindak sendirian. Soal membunuh naga? Cuma untuk memuaskan rasa ingin tahu putri. Naga mana mudah dilawan? Komandan kesatria sudah dapat perintah untuk bertindak sesuai situasi.
Di penginapan, Clarisse langsung menubruk tempat tidur besar dengan girang. Benar kata Telu, dia memilih yang terbaik. Untung dia sering mengajak klien ke sini, kalau tidak pasti tak dapat kamar hari ini. Beberapa pengikut putri juga menginap di sini. Syukurlah pasukan ksatria dan ahli sihir pengawal berkemah di sekitar kediaman putri dan pangeran. Kalau tidak, mereka pasti sulit cari tempat. Caesar sih tak masalah, tapi Clarisse belum pernah hidup susah.
“Kakak Kedua, kamu tidak perhatikan perbedaan antara manusia dengan klan laut kita?” Mungkin karena kaki terlalu tidak nyaman, begitu masuk penginapan, kaki rampingnya langsung berubah menjadi ekor, bergoyang-goyang di tempat tidur. Ia menopang dagu sambil berkata nakal.
Sebenarnya Caesar hendak kembali ke kamarnya. Terdengar pertanyaan itu, ia tertegun. Melihat gerakan Clarisse, alisnya berkerut. “Lala, jangan sembarangan bertransformasi. Banyak ahli yang datang untuk naga kali ini. Kalau ketahuan, bisa masalah.”
“Baiklah, aku cuma belum terbiasa. Lebih enak bebas di laut.” Ekor ikan indah itu kembali berubah menjadi kaki. Tapi perubahan ini malah membuat Caesar semakin limbung. Di bawah jubah sihir yang seperti rok, saat ekor ikan tadi bergoyang, hampir tersingkap sampai pinggang. Kini tiba-tiba berubah kembali, hampir semua auratnya terbuka. Godaan seperti ini benar-benar mengguncang Caesar.
“Hmm, Lala, kamu...”
Caesar memalingkan pandangan, agak canggung menunjuk. Clarisse masih bingung, tapi saat menengok ke belakang, wajahnya langsung memerah. Buru-buru menurunkan roknya. “Kamu...kamu...tadi melihat apa?!”
“Hmm, tidak melihat apa-apa.”
“Hmph! Kalau tidak lihat, bagaimana bisa tahu?!” Clarisse mendesak, tampak takkan menyerah.
“Sebenarnya bukan salahku juga. Aku cuma lihat sekilas, paling-paling minta maaf pada Putri.” Caesar mengangkat bahu pasrah. Dari sorot mata Clarisse yang licik, ia tahu dirinya terjebak lagi.
"Hehe, ini kan katamu sendiri. Hari ini kamu harus ikut komandoku."
Melihat Caesar mengangguk, Clarisse baru puas duduk tegak. "Kak, meski penampilanmu mirip manusia, tapi aku perhatikan ada perbedaan antara manusia dan klan laut kita. Bukan secara fisik, tapi aura. Apalagi saat kita menyadari identitas, perbedaannya semakin jelas. Beberapa kebiasaan kita juga berbeda. Menurutku ini perlu diperhatikan. Tapi anehnya, Kakak sepertinya sudah terbiasa. Sungguh sulit membedakanmu."
Caesar tersenyum tipis sambil mengusap hidungnya. "Justru lebih baik, menghindari masalah. Sepanjang pengamatanku, dua gelombang pendatang ini banyak berisi ahli-ahli. Aneh sekali, kemampuan Manusia ternyata sangat timpang."
"Ah, masa bodoh! Ayo kita kalahkan mereka bersama!" Clarisse mengacungkan kepalan mungilnya dengan lucu.
Caesar menghela napas. Kecuali dalam situasi terburuk, lebih baik Clarisse tidak bertindak. Gadis ini terlalu sembrono sehingga mudah membocorkan identitas. Dari kondisi dua kelompok ini, mereka juga mengejar naga. Tingkat kesulitan membunuh naga dan merebut kristal naga di tengah para ahli ini sangat tinggi.
Clarisse mendekati Caesar diam-diam, menekan bahunya pelan. "Kakak, jangan terlalu mengkhawatirkan. Kita pasti dapat kristal naga."
Caesar menyadari dirinya kurang bersemangat. Biasanya dia tidak seperti ini. Sambil membelai rambut Clarisse, dia terharu: Putri mulia yang selalu jadi pusat perhatian ini ternyata bisa memahami perasaannya.
"Lala, istirahatlah lebih awal. Besok kita harus pergi memeriksa kondisi naga secara detail."
Perasaan Clarisse masih agak bersemangat, tapi dia juga mengerti suasana hati Caesar. Tanpa bertindak manja, dia menunggu hingga Caesar kembali ke rumah sebelah.
Setelah kembali ke kamarnya, Caesar merapikan barang-barang sejenak lalu duduk bersila. Dalam beberapa hari ke depan mungkin akan menghadapi tantangan berat bertubi-tubi, stamina dan kondisi mentalnya harus pulih sempurna. Hari ini dia berencana mencoba 36 siklus kecil dan 72 siklus besar, total 108 Zhou Tian. Ini dipahaminya dari jurus pedang, tapi selama ini hanya digunakan secara terpisah belum menyelesaikan Sirkulasi Zhou Tian Besar secara utuh. Setiap kali memasuki siklus bawah sadar, kondisi fisiknya akan pulih. Menghadapi misi yang harus sukses ini, dia harus melakukan persiapan sempurna.
Saat Caesar melakukan Sirkulasi Zhou Tian, Clarisse di kamar lain tidak bisa diam. Sifatnya yang ceria membuatnya penasaran: Bagaimana malam hari di kota manusia... Seperti apa sebenarnya malam di wilayah manusia?
Rasa ingin tahu Clarisse memuncak. "Sekedar jalan-jalan sebentar pasti tak masalah," pikirnya sambil mengambil tongkat sihir dan menyelinap keluar.
Clarisse tidak perlu terlalu khawatir tentang keamanan. Struktur manusia berbeda dengan klan laut. Pada dasarnya, klan laut melihat DNA, tapi pengaruh DNA manusia tidak begitu signifikan. Sebagian besar daya tempur manusia berada di level rendah, terutama rakyat jelata. Namun, sebagian dari mereka bisa mempelajari qi tempur tingkat awal dan sihir tingkat rendah. Ini cukup menakutkannya dalam pertempuran grup. Tentu saja, mereka yang memiliki qi tempur tingkat tinggi dan magic tingkat tinggi lebih sedikit, terutama ahli sihir. Prajurit dengan kemampuan setara Saint Domain hanya sekitar sepuluh orang, salah satunya adalah Styralia. Sedangkan jumlah Magister Sihir hanya sekitar lima. Tidak banyak ahli sihir yang berani berpetualang sendirian. Umumnya hanya ahli sihir kuat sejati yang tidak membutuhkan bantuan prajurit. Para ahli sihir ini sangat sulit ditangani, jadi petualang tidak akan mengganggu ahli sihir yang sendirian.
Saat Clarisse menyelinap keluar, putri lainnya juga tidak bisa diam. Pasti harus mencari cara untuk menyelinap keluar.
"Lili, Lili, cepat masuk!"
"Ada apa, Putri?"
"Aku lapar. Siapkan bubur sarang burung untukku." Putri Xixi berteriak keras, lalu memberi isyarat pada dayang kecil untuk masuk.
……
Beberapa saat kemudian, Putri sedang mengamuk di dalam ruangan sementara dayang kecil itu mundur tergopoh-gopoh. Para penjaga di sekitarnya hanya bisa tersenyum kecut. Melayani Putri benar-benar bukan urusan mudah.
