Schindler tiba-tiba melemparkan pedangnya ke depan Kaisar di luar dugaan semua orang, "Kau seharusnya bisa lebih baik!"
Keringat...
Apa maksudnya ini? Mungkin selain Schindler, yang lain semua bingung.
Kaisar juga agak bengong. Kalau duel ya duel lah, apa ini bentuk penghormatan? Sayangnya dia tidak terlalu mahir ilmu pedang... Kecuali jurus dari kitab ilmu silat rahasia itu, sayangnya jurus itu sudah dipakai untuk sirkulasi qi tempur.
"Aku tahu Tuan tidak ahli ilmu pedang, tapi dengan kemampuanmu seharusnya tidak bermasalah. Ini sangat penting bagiku!"
Perkataan Schindler agak tak jelas, tapi di mata penonton, tantangan sudah dimulai. Hanya saja cukup unik - langsung bertarung ilmu pedang. Tapi sepertinya peserta Kaisar belum pernah menggunakan pedang sama sekali.
Dilema. Kalau tidak menunjukkan kemampuan akan dianggap takut, selalu meninggalkan bayang-bayang buruk. Kalau membuat bunga pedang, sejujurnya orang berbakat pun harus latihan seumur hidup untuk bisa membuat lima bunga pedang. Bukankah ini memaksa orang?
"Orang ini licik sekali! Pakai kelebihan sendiri lawan kekurangan orang, jahat betul!"
Xiao Yao tak tahan berteriak. Sayangnya pendapatnya tak ada yang like. Medan duel adalah medan perang. Musuh mengeluarkan jurus, kau harus menangkis.
Kaisar mencabut pedang panjang, memang pedang yang bagus. Meski tidak memiliki spiritualitas seperti senjata suci yang bisa meningkatkan kekuatan pemiliknya, konduktivitas pedang ini terhadap qi tempur sudah mencapai tingkat maksimal. Tekstur pegangan juga sangat nyaman, benar-benar senjata pembunuh yang tajam.
Dia tipikal orang yang tidak mau menerima kekalahan. Beberapa gerakan pedang acak dilakukannya untuk menyesuaikan bilah pedang. Rasanya sangat enak. Sudah lama dia ingin memiliki pedang, tapi belum kesampaian. Intuisinya mengatakan pedang ini masih kurang, tapi sudah jarang yang cocok seperti ini. Ada dorongan dalam hatinya, gambaran statis di pikirannya tiba-tiba hidup. Qi Tempur Laut dalam tubuhnya berputar, ada desakan yang tak tertahankan.
Pedang di tangannya tiba-tiba bergetar berdengung. Ujung pedang berkedip-kedip seperti lidah ular, membuat mata lelah jika dilihat terlalu lama.
Ada apa ini?
Banyak yang tidak paham, tapi beberapa seperti Rafael dan Alexis saling memandang dengan tak percaya,... Ini tidak mungkin!
Bagaimana bisa begini?
Suara penyair keliling kembali bergema, "Perhatikanlah pedang Kaisar! Bilah pedang diam tapi ujungnya bergetar teratur. Ini fenomena yang hanya muncul ketika ilmu pedang mencapai puncak. Di klan laut kita, hanya Yang Mulia Raja Naga Laut Carasso yang pernah mencapai tingkat kesadaran ini. Kini klan laut memiliki ahli baru!"
Perkataan ini mengguncang seluruh stadion. Demi Dewa Laut, apa ini bercanda? Raja Naga Laut Carasso? Dia kan ahli terbaik klan laut yang diakui semua!
Rafael dan Alexis juga terkejut, kali ini bukan karena Kaisar, melainkan penyair keliling itu. Perlu diketahui, sangat sedikit orang yang bisa mengenali dan memahami getaran pedang, terutama di generasi muda.
Ini menjadi pukulan lagi bagi sebagian orang. Sebagai harapan Suku Naga Laut, Roye pernah menyaksikan Yang Mulia Carasso menggunakan jurus pedang - ilmu bela diri yang mengguncang langit dan bumi. Saat memegang pedang, apapun jenisnya akan beresonansi dengan pemiliknya, membangunkan jiwa pedang dan memaksimalkan kekuatannya.
Kreek kreek kreek~~~
Kaisar mulai bertindak. Mungkin terstimulasi oleh bunga pedang lawan, ia sepenuhnya mengikuti feel-nya. Saat getaran pedang mencapai level tertentu, secara alami tangan bergerak.
Satu tusukan pedang, dunia terkejut!
Delapan bunga pedang!
Demi Dewa Laut di atas, delapan bunga pedang! Ini adalah orang kedua di klan laut yang bisa melakukannya. Bahkan di seluruh Maya, jumlahnya bisa dihitung jari. Kaisar berhasil!
Namun ekspresi Kaisar sendiri tampak biasa saja, seolah-olah terpaksa oleh pemain Schindler dan hanya menunjukkan sedikit kemampuannya dengan pasrah.
Energi pedang berkeliaran, beberapa di antaranya meleset di samping Schindler. Delapan bunga pedang - prestasi yang mengharukan bagi ahli pedang mana pun.
Tapi Schindler sama sekali tidak terkejut, bahkan menunjukkan ekspresi yang bahkan lebih wajar.
Ding dong~~~
Pedang ini toh bukan senjata suci. Kemampuannya menahan qi tempur Schindler tak berarti bisa menahan qi Kaisar. Getaran pedang memang bisa mengangkat senjata biasa ke level legendaris seketika, tapi konsekuensinya tetap tak tertahankan bagi bilahnya. Terlalu melampaui batas aslinya, setelah kemilau datang kehancuran.
Sebilah pedang hebat hancur berkeping-keping.
Saat itu, Kaisar tiba-tiba merasakan sentimen melankolis - perasaan yang ditransmisikan pedang itu, suatu sensasi ajaib.
Tanpa disadarinya, ia memasuki tingkat kesadaran baru. Lompatan kualitatif seperti ini selalu membutuhkan stimulus khusus. Tanpa sengaja, Schindler telah memberi bantuan besar pada Kaisar - meski dalam persepsi Schindler ini hal biasa, sekaligus mengkonfirmasi hipotesisnya.
Sebab Grand Avonturir Jurang yang ahli sihir-sekaligus-prajurit - MAHATIADA BATAS!
Kejutan beruntun. Saat Kaisar memamerkan teknik 8-bunga-satu-tebasan puncak ilmu pedang, semua paham pertandingan yang awalnya seimbang akan kembali timpang... Kaisar ini benar-benar mengerikan! Jika bukan karena diprovokasi, mungkin ia takkan mengungkap kemampuan sejati: sihir api, sihir air, qi tempur, ilmu pedang... Sungguh tiada yang tak dikuasai!
Di saat genting ini, Schindler kembali membuat gerakan mengejutkan: tiba-tiba berlutut melakukan ritual penghormatan klan laut pada Kaisar - gestur sakral yang hanya ditujukan pada leluhur atau penyelamat keluarga.
"Maafkan kelancangan saya, Abyss Grand Adventurer yang agung. Terima kasih telah membasmi Perompak Laut Mussolini, membalaskan dendam berdarah 89 anggota keluarga kami. Schindler rela mengorbankan segalanya untuk mengikuti Anda!"
Suara Schindler sangat pelan, hanya Kaisar yang bisa mendengar. Lapangan memang luas, apalagi dia sengaja merendahkan suara. Schindler tahu Abyss Grand Adventurer tak ingin membuka identitas. Dia menghabiskan tenaga luar biasa untuk mendapatkan informasi dari Asosiasi Petualang. Tidak ada rahasia yang benar-benar tertutup rapat di dunia ini. Kuncinya adalah ketekunan dan verifikasi berulang hingga keputusan hari ini. Dari peringkat Asosiasi Petualang, penggunaan magic dan qi tempur, dia yakin Grand Adventurer pasti menyembunyikan sebagian besar kekuatannya. Mengapa ikut kompetisi seperti ini? Itulah tindakan orang jenius yang tak terduga, bukan untuk ditebak orang biasa.
Kaisar bingung... Dia satu-satunya yang tahu pasti, yang membasmi perompak laut pasti bukan dirinya. Lagipula dia tidak punya kebiasaan berjalan-jalan malam.
"Ehem, Peserta Schindler, mungkin Anda keliru? Bagaimana mungkin Abyss Grand Adventurer masih muda seperti ini?"
"Yang Mulia Mahakuasa, jangan bohongi saya lagi. Dendam terbalaskan, misi hidup saya sudah selesai. Jika tak bisa membalas budi, almarhum orang tua dan saudara tak akan memaafkan saya. Jika Yang Mulia tetap menyangkal, saya hanya bisa mengakhiri diri sebagai bentuk terima kasih."
"Muntah darah..., ada hal seperti ini, Kaisar juga bingung bagaimana harus menjawab. Meskipun bukan dia yang memberantas Kelompok Perampok Mussolini, Kaisar punya sepuluh persen keyakinan itu perbuatan Pak Senior. Dihitung sebagai prestasinya juga tidak masalah, hanya saja dia tidak ingin membuka identitas. Apalagi kemampuannya tidak sehebat legenda. Tapi kondisi saat ini sulit, orang ini mungkin benar-benar akan mempertaruhkan nyawa, malah jadi lebih merepotkan. Dan sepertinya dia sudah yakin, pusing kepala."
"Baik, aku akui. Tapi kamu bangun dulu, setelah pertandingan berakhir, kita bicara baik-baik!"
"Baik, menuruti keinginan Anda."
Schindler berdiri dengan hormat, langsung menyerah. Saat Kaisar menggunakan teknik satu pedang delapan bunga, pertandingan sudah tidak ada ketegangan lagi. Hanya saja apa yang mereka bicarakan kemudian tidak ada yang tahu. Yang jelas begitu Schindler berdiri langsung mengaku KALAH.
Meski semua agak bingung, pertandingan tetap berakhir. Jadwal pertandingan berikutnya yang seharusnya menunggu sebentar terpaksa dimajukan. Penonton juga tidak bisa diabaikan. Untungnya mereka sudah menyaksikan keahlian pedang langka. Dengan jarak kemampuan seperti ini, untuk jenis pertandingan sejenis, hasil akhir sebenarnya sudah bisa ditebak.
Tapi lebih banyak orang penasaran dengan kejadian belakangan. Sujud orang itu pasti bukan untuk belajar ilmu. Klan laut punya tata krama khusus, lebih ke ungkapan terima kasih. Dari gerakannya, sepertinya berterima kasih atas suatu jasa besar. Dan hierarki senioritas Kaisar pasti sangat tinggi.
Kacau, pokoknya kacau semua.
"Tapi yang paling senang adalah pendukung Kaisar. Menang tanpa bertarung, itu juga termasuk legenda."
