Pertandingan berikutnya adalah Nona Yishahel. Meski putri emas Keluarga Carol ini berhasil menjuarai babak-babak sebelumnya, caranya agak... menyebalkan. Hampir sepanjang pertandingan dia menghujani lawan dengan gulungan. Tapi siapa suruh dia punya uang berlimpah? Gulungan selangit pun tak habis-habis.
Namun karena pertandingan tiba-tiba dimajukan, kedua peserta harus melakukan persiapan tambahan.
Setelah meninggalkan lapangan, Sinder langsung menghilang. Jelas dia memahami maksud Sang Abyss Grand Adventurer, dan pasti akan menjaga rahasia ini dengan ketat.
"Kepala, ada apa? Apa anak itu sampai berlutut ketakutan melihatmu? Dasar pengecut!"
Kaisar tersenyum kecut. "Entah dari mana dia tahu identitasku yang itu. Memaksa berterima kasih karena katanya aku membasmi Perompak Laut Mussolini yang sudah membalas dendam keluarganya. Kalau tidak aku akui, dia mau bunuh diri. Mau bagaimana lagi? Pusing."
"Goblok! Keberuntungan macam begini kok nggak jatuh ke gue? Ga adil! Orang baik-baik seperti gue harusnya lebih sering diberkati Dewa Laut!"
"Jangan bergembira atas kesengsaraan orang lain. Aku nggak bisa biarkan dia ngikutin terus!"
"Kepala, ahli sekelas ini orang lain sampai bayar mahal. Kok malah ditolak? Kalau boleh, aku bisa rekomendasikan ke keluarga kami. Yisa pasti setuju. Barangkali Pak Senior akan memberi hadiah kalau senang... Gimana kalau kita bagi rata 50-50?"
"Ini tergantung kemauannya, asalkan jangan membocorkan identitasku. Sebelum kemampuan tim mencapai tingkat kesadaran itu, aku tidak akan mengaku."
"Hihi, Kepala, kurasa sudah cukup. Satu pedang delapan bunga! Ini setara dengan tingkat kesadaran Yang Mulia Carasso. Tak sadarkah kau, jumlah dan massa gadis cantik dalam grupmu meningkat drastis? ... Bagaimana kalau angkat aku jadi kapten!"
Kaisar mengabaikan omongan sembarangan Kao, "Ini kebetulan saja. Masih ada jurang perbedaan dengan tingkat kesadaran Raja Naga Laut. Tapi setelah ada yang pertama, tak sulit untuk yang kedua."
"Aduh, masih perjaka? Performansimu tadi terlihat sangat mahir. Kok malah seperti enggan menunjukkan kemampuan? Lihatlah ekspresi kawan-kawan di sana, tadi bergembira atas kesengsaraan orang lain, sekarang wajahnya beku seperti es. Capek tidak sih!"
"Yisa dimana?"
"Tuhan yang tahu. Setiap hari muncul dan menghilang seperti hantu. Delapan dari sepuluh kemungkinan pergi menyemangati keluarganya. Hihi, Kepala, kalau kau bisa mendapatkan Nona Yishahel, sisa hidup kita tak perlu khawatir lagi... Aduh, kepalaku!"
... Kaisar benar-benar tak tahan ingin memukulnya. Benar-benar She'ou tak bermutiara - mata buta!
Begitu pertandingan Kaisar berakhir, Alexis dan Yang Mulia Rafael keluar stadion lebih awal, langsung memicu berbagai rumor. Dua raja ini memang sengaja datang untuk Kaisar.
Sementara itu grup gadis cantik berpindah tempat. Sekelompok orang meninggalkan area khusus menuju area Kaisar, membuat mata para lelaki berputar-putar. Tentu saja target utama tetap Kaisar.
“Kakak Kedua, menang telak! Keren banget!”
Clarisse sudah berteriak dari kejauhan.
“Skill teman sekelas Kaisar benar-benar tak ada habisnya.”
Elina juga sangat senang. Keterampilan pedang seperti ini akhirnya memberinya kesamaan bahasa dengan ayahnya, sekaligus menambah kepercayaan diri.
“Kak Kaisar, setelah pertandingan ajariku main pedang ya?” tanya Kailin. Gadis manja itu tiba-tiba berubah penurut, memancarkan aura gadis kalangan menengah yang lemah lembut.
Tahu betul Kailin sangat menyukai skill prajurit meski kemampuannya payah, Kaisar tetap mengangguk. Clarisse langsung cemburu dan ikut minta diajari, situasi pun jadi kacau.
Melihat pria pujaan begitu populer sementara Kaisar hanya bisa pasrah, Elina tak bisa menahan senyum.
Pertandingan berikutnya meski merupakan laga Yishahel, sebagian tokoh penting sudah keluar stadion lebih awal. Kecuali dua raja, para kepala sekolah juga pergi. Kumpulan orang tua ini sambil berjemur mengadakan pertemuan teh, kesempatan langka berkumpul. Memang tak banyak pertandingan yang layak mereka perhatikan.
“Lao Jiao, kau benar-benar dapat bonus! Bisa nemu talenta segini bagus. Jika diberi waktu, gelar nomor satu Carasso akan tergeser nanti.”
“Wah, guru hebat pasti punya murid andal. Wajar-wajar saja!”
Wajah Lao Jiao berseri-seri. Kini rival lamanya sudah benar-benar tunduk padanya. Martabat yang terpuruk puluhan tahun akhirnya terangkat kembali.
"Begitu senangnya, tapi sepengetahuanku ilmu pedangmu payah. Jangan-jangan dia belajar darimu?"
Para kepala sekolah tertawa terbahak-bahak.
"Inti seorang guru adalah meletakkan dasar. Saya dan Lao Jiao sangat menekankan pendidikan kualitas, memperkuat pondasi magic dan qi tempur-nya. Dalam pembinaan, kami selalu menganut prinsip kebebasan berekspresi dan mengalir secara alami. Lihatlah, murid-murid kami masing-masing punya karakter kuat!"
Edinburgh dan Lao Jiao sekarang berada di kapal yang sama, tentu saling mendukung.
Ucapannya memang masuk akal. Roye tak usah disebut, Kaisar, Xiao Bote, Zhebie, Diddy, Bati—setiap orang punya gaya bertarung unik. Ini kelemahan akademi lain yang muridnya hanya beda tingkat penguasaan teknik.
"Kaisar ini luar biasa. Sayangnya belum bertemu pemilik senjata suci. Kelemahannya adalah tidak punya senjata yang cocok. Kalian lihat sendiri, pedang Schindler yang cukup bagus saja hancur berantakan. Sepertinya harus senjata ilahi."
Para senior lainnya juga mengangguk setuju, rasa sayang pada bakat masih sama. Tidak adanya senjata suci jelas membatasi performansi Kaisar. Jika bertemu senjata suci memang sangat merepotkan, tapi Sepuluh Senjata Suci sudah tetap. Klan laut tak punya senjata yang lebih baik, satu-satunya yang cocok untuknya adalah Pedang Raungan Naga dari Suku Naga Laut. Tapi ini mustahil, bagaimana mungkin harta karun Suku Naga Laut diberikan ke orang lain? Para kepala sekolah juga agak pasrah. Untungnya kemampuan Kaisar sudah cukup kuat untuk menang tanpa senjata suci. Tapi sebagai guru, mereka tetap ingin menyaksikan kondisi terkuat Kaisar, barulah itu disebut spektakuler.
Para kepala sekolah menikmati angin laut dan berjemur di bawah mentari, sesekali dayang menghidangkan minuman dan buah-buahan. Benar-benar menikmati hidup! Sementara itu di lapangan duel sedang berlangsung pertarungan sengit.
Yishahel akhirnya bertemu lawan sepadan - Haiyou dari Kombinasi Haiyou. Ubur-ubur tak kenal rasa belas kasihan pada Putri, apalagi kemampuan Haiyou sangat luar biasa. Pertemuan keduanya memang menjadi pertarungan sengit.
Gulungan biasa tak berpengaruh pada ubur-ubur. Yisa pertama kalinya terjebak dalam pertarungan sulit. Banyak yang meragukan kondisinya. Lawan tak akan melunak karena kecantikan atau reputasinya. Sebaliknya, anggota ubur-ubur justru punya sisi licik tertentu. Kemenangan Yisa sebelumnya selalu mengandalkan gulungan, memberi kesan "kepala berat kaki ringan" yang kurang kokoh.
“Haoyu sama sekali tidak sungkan, langsung menghilang tanpa jejak. Cincin Es Sihir Yishahel tidak sehebat Clarisse. Cincin Es Clarisse bisa langsung meledakkan ubur-ubur sebagian besar karena bantuan senjata suci, sementara lawannya juga tidak sekuat Haoyu. Dari segala aspek, Yishahel jelas berada di posisi inferior.”
“Beberapa mantra serangan area yang dilepaskan berturut-turut tetap tidak membuat lawan menampakkan diri, paling-paling hanya menimbulkan sedikit hambatan yang langsung hilang lagi. Orang itu juga sangat sabar, tidak terburu-buru menyerang.”
“Yishahel mencoba beberapa gulungan mantra lagi, tapi karena lawan tidak terburu-buru menyerang, efeknya tidak maksimal. Hal ini membuatnya sedikit bingung, mana mungkin asal melempar begitu saja.”
“Tepat saat dia mulai frustasi, Haoyu melancarkan serangan. Serangan Ruying Suixing membuat Yishahel terhuyung-huyung. Begitu terjebak oleh ubur-ubur, konsekuensinya akan mematikan.”
“Kondisi Kakak Yisha tidak terlalu baik.”
“Dia biasanya terlalu bergantung pada gulungan mantra.”
“Elina dan Clarisse juga merasakan situasi genting. Ketika tidak bisa menemukan sasaran serangan yang tepat, situasi memang memburuk. Meski Yishahel punya gulungan mantra terlarang, tetap harus menemukan target dulu.”
"Ah, kebiasaan buruk kedua kakak beradik ini benar-benar sama. Sama-sama suka melempar barang sembarangan. Sekarang tidak bisa mengenai lawan, jadi panik ya?" Kao akhirnya menemukan celah kelemahan. Yisha selalu melakukan segalanya dengan sempurna tanpa celah, hanya saja kemampuan timnya tidak memadai. Ini sangat mematikan. Kaisar juga pernah mengingatkan beberapa kali, sayangnya kebiasaan ini tetap tidak bisa dihilangkan.
Serangan hisap sekali hampir membuat Yishahel terjatuh. Serangan terus-menerus yang menjengkelkan ini memicu ledakan amarah tersembunyi Yisha. Alih-alih melempar gulungan sihir, tubuhnya tiba-tiba dikelilingi putaran angin puyuh dahsyat. Seluruh ruang dipenuhi unsur-unsur magis yang intens... Kekuatan magis ini tidak kalah dari Clarisse. Kao yang sedang bersiap-siap mengolok nyaris menggigit lidahnya sendiri... Ternyata selama ini menyembunyikan kemampuan sebenarnya.
Angin puyuh dahsyat berpusat di Yishahel mulai menyebar ke luar. Kendali magi seperti ini benar-benar luar biasa. Sekuat apapun Haiyou, tidak mungkin mengabaikan serangan level ini. Terpaksa menampakkan wujud aslinya.
Tubuh Yishahel tiba-tiba memancarkan cahaya berwarna-warni. Namun cahaya ini sedikit terhalang oleh bajunya, sehingga tidak terlalu mencolok. Yang membuat semua orang terpaku adalah gelombang magic yang meledak seketika itu - hanya bisa digambarkan sebagai kejutan super dahsyat. Yang lebih mengejutkan lagi, berikutnya adalah sihir kombinasi udara dan air: Gulungan Badai Air Ganas.
"Versi sederhana mantra terlarang level tinggi, langsung menyapu Haiyou yang baru muncul wujudnya terbang ke udara,... menjauh, entah terlempar ke mana!"
"Bangsat, pantas saja masih keluarga, sama-sama temperamental."
Keahlian Yishahel dalam magic campuran yang memukau mengingatkan semua orang pada reputasi jeniusnya. Di klan laut, ahli sihir dwi-elemen seperti dirinya sangat langka. Kemampuan magic campurannya mungkin dipelajari dari Magister Sihir manusia, tapi bagi Keluarga Carol yang berpengaruh, hal ini bukan masalah. Melalui pertandingan ini, Yishahel telah membuktikan kemampuan timnya.
Menggunakan gulungan sihir hanya untuk menghemat tenaga!
