"...Akhir-akhir ini sedang trend gadis cantik garang." Roradman di sisi lain juga menelan ludah. Semuanya sama manjanya, tidak tahu bagaimana kemampuan di ranjang nanti, benar-benar menggoda.
Pertarungan babak 16 besar berlangsung sangat keras, tapi secara umum hasilnya sesuai prediksi banyak orang.
Sebuah pertandingan spesial menarik perhatian Kao. Entah siapa yang beruntung, Xiao Bote kebagian melawan Kolorissio di babak 16 besar. Dua musuh bebuyutan ini bertemu lebih awal, membuat Kao girang bukan main. Seperti kura-kura menggigit penyu, benar-benar keluarga sendiri. Pertarungan ini pasti layak ditonton.
Xiao Bote masih sangat percaya diri. Kolorissio yang sudah jadi anjing terlantar ini seharusnya paham statusnya sekarang. Cukup bertahan beberapa kali lalu menyerah. Karena itu dia yakin akan meraih kemenangan.
“Tapi Kolorissio tidak berniat menyerah dalam pertandingan ini. Rencana manusia tak sebanding dengan takdir langit. Awalnya dia tak ingin bertengkar terbuka dengan Keluarga Xiao secepat ini, tapi kesempatan kali ini terlalu langka. Demi ritual Pemilihan Raja Laut, dia tak bisa menyerah. Meski tidak sempurna, Xiao Bote si pria tampan ini juga pantas merasakan pahitnya kekalahan.”
“Pertandingan ini juga tidak menarik banyak perhatian. Duel antara dua ahli sihir dari akademi yang sama, sungguh nasib sial.”
“Tapi hasilnya justru menjadi kemenangan tak terduga terbesar turnamen kali ini...Xiao Bote ternyata kalah. Pemenangnya adalah Kolorissio. Ini benar-benar membuat banyak orang terkejut. Enam jagoan terbaik generasi muda, Xiao Bote yang tampan dan gagah itu ternyata kalah di tangan Kolorissio yang sama sekali tidak terkenal.”
“Tentu tidak semua orang terkejut. Ketika Kao memberitahu Kaisar dan Zhebie dengan perasaan seperti merayakan festival, keduanya tetap tenang.”
“Apa kalian tidak merasa aneh?”
“Tidak ada yang aneh.”
“Benar.” Zhebie sibuk membersihkan busurnya. Meski sedang santai, dia tetap membersihkannya berkali-kali. Kao jarang membersihkan kapaknya.
“Aduh, ini kan aneh! Xiao Bote dikalahkan. Kalian juga menonton pertandingannya?”
“Hehe, tanpa menonton pun sudah tahu. Mana mungkin Xiao Bote bisa menjadi lawan Kolorissio.”
"Kepala, kau benar-benar genius. Awalnya kupikir Xiao Bote yang akan menang meski sedikit terluka, tapi hasilnya hanya di awal dia sempat unggul. Tiba-tiba Kolorissio meledak dengan kekuatan magis dan kendali magi yang menakutkan, membuat si pria tampan itu tampak tak berdaya. Kau tak tahu betapa memuaskannya! Wajah buruk rupa si pria tampan itu berubah masam, sementara penggemar idiotnya terdiam membisu. Tak kusangka Xiao Ke punya sisi seperti ini. Biasanya dia cuma seperti pengikut yang selalu mengekor, haha!"
Kaisar meletakkan pekerjaannya, tersenyum: "Dia yang paling tak boleh diremehkan di sini. Orang dengan kecerdasan kuat lebih berbahaya daripada yang punya kemampuan fisik. Kolorissio adalah salah satu manusia paling menakutkan yang pernah kulihat. Ke depannya kau harus lebih waspada. Orang seperti Xiao Bote itu cuma hiasan, pandai main akal-akalan kecil, tapi tidak terlalu berbahaya."
Setelah itu mereka berdua melanjutkan pekerjaan. Kao sendiri menatap langit-langit dengan bingung,...... lebih baik cari teman sefrekuensi untuk lanjut membumbungkan cerita.
Setelah Kao pergi, Zhebie mengangkat kepala: "Orang ini, berbahaya."
Kaisar juga meletakkan barang di tangannya: "Semoga kita berdua yang akan berhadapan dengannya. Belakangan setiap melihat Kolorissio selalu ada perasaan tidak tenang, entah sedang merencanakan apa lagi."
Zhebie mengangguk setuju. Keheningan arwah yang terus-menerus memang membingungkan. Di pihak mereka, hanya mereka berdua yang bisa menghadapi Kolorissio.
Selain Xiao Bote yang sial, semua peserta lain berhasil lolos. Sejak kekalahannya, Xiao Bote mengurung diri di rumah. Pukulan ini terlalu berat baginya - seorang yang ambisius beranggapan lolos ke semifinal pasti mudah, namun akhirnya dikalahkan oleh Kolorissio dengan cara dipermalukan. Keluarga Xiao diam-diam mulai melancarkan gangguan kecil ke keluarga Reynolds, namun Yang Mulia Alexis justru melindungi keluarga Reynolds. Politik keseimbangan seperti ini selalu efektif.
Mungkin terinspirasi, Edmund pemilik Cincin Wushuang Garuda juga menunjukkan kehebatannya, membuat orang menyadari keberadaan sosok berbakat ini.
Setelah dua hari pertarungan sengit, terpilihlah 16 besar.
Kaisar dari Suku Kerang She'ou, Lilyth dari Suku Lumba-lumba Dausu, Da You dari ubur-ubur, Elina dari Suku Naga Laut, Roradman dari Suku Hiu, Roye dari Suku Naga Laut, Prometheus dari paus, Putri Clara dari putri duyung, Zhebie dari klan Feishi, Edmund dari sub-klan ikan pari listrik Feishi, Kao dari Suku Kerang She'ou, Diddy dari Suku Lumba-lumba Dausu, Kolorissio dari putri duyung, Sorus dari Suku Naga Laut, Yishahel dari klan Feishi, dan Cangyue dari Suku Kura-kura.
Enam belas ini adalah petarung terkuat klan laut saat ini. Seluruh penghuni laut memantau pergerakan mereka. Selain Putri Clara yang sudah lolos ke ritual Pemilihan Raja Laut, empat dari enam belas ini akan meraih kualifikasi untuk mengikuti ritual tersebut - sebuah kehormatan tertinggi yang menjadi target perjuangan mereka.
“Forum pertukaran kali ini juga merupakan kemenangan bagi rakyat jelata, rekor enam orang masuk babak 16 besar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bisa dikatakan turnamen kali ini mencatat banyak pencapaian, selain itu terdapat empat atlet perempuan, dan sepuluh dari enam belas peserta memiliki senjata suci. Sepuluh Senjata Suci Bangsa Laut pertama kali muncul dalam lingkungan seperti ini, tabrakan antar senjata suci juga sangat dinantikan banyak orang.”
“Tapi bukan satu-satunya. Target perhatian semua orang akhirnya tetap satu - Kaisar Alexander. Keajaiban apa lagi yang akan ia ciptakan? Semua mata tertuju menunggu.”
“Bukan hanya Bangsa Laut yang memperhatikan forum ini. Di luar kepulauan, di wilayah manusia, beberapa pihak juga mengawasi. Gerakan sebesar ini mustahil tidak diketahui manusia.”
“Meski kedua pihak telah gencatan senjata, persaingan tak pernah berhenti. Bangsa Laut menggelar duel di laut jelas-jelas unjuk kekuatan.”
“Guru, mereka ramai sekali. Bagaimana kalau kita ikut meramaikan? Biar mereka lihat kekuatan umat manusia!”
“Kata Senior benar, Guru. Mari kita lihat.”
“Kalian berdua bukannya ingin menemui Pendeta Wanita? Sekarang malah mau cari masalah?”
“Hehe, Guru kan mau mengunjungi teman lama. Lagipua mereka takkan selesai cepat. Biar kami berdua saja yang pergi!”
“Kalian berdua benar-benar tak tahu diri! Dengan kemampuan tim seadanya berani nekat masuk. Aku cuma punya kalian dua murid. Kalau nyawa melayang, siapa yang akan merawatku di hari tua?!”
“Guru, paling-paling kita minta izin temanmu. Ayo pergi bersama!”
"Haha, bagus! Teman lamaku juga suka keramaian, ajak dia ikut!"
Begitu kata-katanya selesai, ketiganya menghilang di kejauhan seperti bayangan yang melayang.
Di saat yang sama, di markas arwah dasar laut.
"Bagaimana, semuanya lancar?"
"Jangan khawatir Jenderal, semua berjalan sesuai rencana. Kami punya double insurance."
"Bagus. Kali ini jangan sampai gagal lagi."
"Siap!"
"...Ada hal lain?"
Sosok berbaju hitam berbicara dalam bahasa aneh yang membuat Jenderal terus mengangguk.
"Oh? Ramai sekali! Kumpulkan pasukan dan bersiap siaga!"
"Siap, Jenderal!"
Aula gelap itu hanya menyisakan sang Jenderal. Entah mengapa punggungnya yang menjauh terlihat pasrah.
"Ke mana takdir akan membawa kita? Bagaimanapun semuanya tak bisa dihentikan sekarang. Kematian hari ini adalah untuk kehidupan masa depan. Semoga keputusanku benar."
Di luar aula, lembah sunyi mulai dipenuhi aura hitam yang berkerumun. Saat terkonsentrasi, aura itu berubah menjadi prajurit-prajurit arwah tak terhitung. Pasukan arwah yang gelap gulita itu menyedot sisa-sisa kehidupan lembah, menyisakan kematian tak berujung. Jumlah arwah terus bertambah tak henti, sementara yang sudah ada terus berevolusi levelnya dalam kesunyian...
