Kekalahan datang tanpa disadari.
Edmund bahkan tak tahu harus berpikir apa, mulutnya komat-kamit tak bersuara. Tapi ada satu hal yang bisa dilakukannya - ambruk.
Seperti biasa, Zhebie tak menunjukkan ekspresi. Dia turun sambil membawa busurnya.
Shakespeare tahu waktunya tiba. Buru-buru dia maju merawat yang sudah pingsan di tanah. Zhebie sebenarnya tak berniat membunuhnya - jika tidak, panah tadi akan menembus jantung, bukan dada. Serangan keras ini hanya pelajaran. Boleh-boleh saja mengkritik Zhebie, tapi jangan pernah berani menjelekkan Kaisar di hadapannya!
Kaisar menepuk-nepuk bahu Zhebie tanpa ucapan selamat, "Ayo, kita perlu cepat selesaikan ini. Masih harus menghibur si Kao."
Zhebie mengangguk, bersama Bati mengikuti Kaisar yang membelah kerumunan. Siapa pun yang melihat trio gahar ini pasti akan merasa segan.
"Manusia aneh, semua orang di sekitar Kaisar tidak normal! Xiumi, kau harus berhati-hati!" Roradman menenggak minuman dengan rakus, bayang-bayang kekalahan masih membekas. Lebih tepat disebut penyesalan daripada kekalahan - sebagai anggota Suku Hiu yang tak takut mati, dia justru ketakutan di momen krusial. Pukulan ini benar-benar berat. Senyum murni Diddy yang bagaikan kematian di detik itu, sungguh mengerikan seperti dewa kematian.
Prometheus mengangguk, "Kelincahan Zhebie ini hanya di bawah Kaisar. Satu-satunya cara mengalahkannya adalah dengan tubuh super kuat yang bisa menghadang serangannya!"
Dalam hal kecepatan serang, Zhebie memang yang pertama tak terbantahkan. Tak ada yang bisa mengimbangi anak panah emasnya. Kelemahannya jelas: ketahanan tubuh yang kurang. Tapi masalahnya, siapa yang bisa menghindari anak panah mematikan sambil melancarkan serangan efektif?
Apalagi yang ditunjukkan tadi belum seluruh kemampuannya. Orang ini benar-benar dalam dan menakutkannya.
Sejujurnya, jika ada pilihan, yang pertama tidak ingin dihadapi adalah Kaisar, kedua Zhebie ini, ketiga Diddy yang tak takut mati itu. Selama masih ingin hidup, tak ada yang mau bertemu orang-orang jenis ini.
Dibandingkan kebanggaan klan laut, perasaan manusia hanya bisa tercengang. Maxi dan Raikkonen saling bertukar pandang penuh tanya. Klan laut ternyata punya pemanah mengerikan seperti ini. Padahal pasukan pemanah selalu menjadi profesi kebanggaan manusia yang menyerang banyak ahli sihir dalam Perang Bulan Suci.
“Aduh, kalau pemuda ini dilihat Bismarck, pasti dia akan sangat tertarik mencari bakat. Jauh lebih baik daripada Putra Mahkota Kerajaan Ottoman itu, benar-benar pemanah alamiah.”
“Benar, pemanah hebat memang langka. Yang bisa mencapai Saint Domain hanya Bismarck. Dia selalu berharap punya penerus, pemuda ini sangat berpotensi, sayangnya dia dari klan laut, aduh.”
“Bukan musuh tidak akan bertemu. Senjata suci klan laut dan Panah Surya milik manusia pasti akan bertemu nanti, pasti jadi pemandangan yang menarik.”
Dua pak senior tertawa terkekeh tidak karuan, tapi murid-murid mereka tidak senang. Terutama dua penyihir kocak, sejak melihat panah Zhebie, wajah mereka terus bermuram durja. Mereka merasa seperti domba putih yang sudah dicuci bersih di hadapan pembunuh bayaran seperti ini – sungguh menakutkan! Sihir apa yang bisa menangkalnya?
Melihat ekspresi dua muridnya, Mark semakin senang. Dua bocah yang tidak tahu langit tinggi bumi rendah ini akhirnya belajar introspeksi.
Babak Delapan Besar akhirnya berakhir. Delapan ahli yang berjaya di klan laut.
Kaisar Agung: Tak tertandingi, siapa berani menantang? Cang Yue Tak Bernama: Bertahan tak terkalahkan; Zhebie Panah Sakti: Menghancurkan segalanya; Roye Naga Laut: Berwibawa menyapu langit; Diddy Sang Maut: Mencabut nyawa bagai mengait; Putri Klan Naga: Simbol kesempurnaan; Prajurit Paus Raksasa: Kekuatan mengangkat gunung; Penyihir Ikan Duyung: Serangan dahsyat bagai ombak.
Yang paling membahagiakan adalah kedua Yang Mulia Kepala Sekolah Akademi Putri Duyung. Belakangan ini tidur selalu sambil tersenyum lebar. Dari Delapan Besar, lima orang lolos. Sungguh menggembirakan. Seluruh pelajar dari dua akademi juga diliburkan untuk menonton pertandingan dan memberi semangat pada peserta mereka. Kemungkinan menjadi juara kali ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah. Putri Duyung sudah tidak tahu berapa tahun tidak merasakan dominasi. Kini kedua kepala sekolah bahkan bisa tertawa dalam mimpi. Para pelajar dari dua akademi besar juga menunjukkan kekompakan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Mengantar Kao yang mabuk kembali ke rumahnya sudah larut malam. Meski terlihat sembrono, sebenarnya harga dirinya sangat tinggi. Hanya saja sebelumnya tidak bertemu guru yang baik. Metode latihannya salah, dan usaha yang dikeluarkan juga kurang. Kaisar bukan hanya berbakat, tapi juga punya guru hebat sehingga tidak tersesat. Pengalaman menghadapi hidup dan mati memberinya pengalaman yang sangat kaya dan ketenangan.
Orang lain melihat kemunculan genius sebagai sesuatu yang instan. Tapi siapa yang tahu pengorbanan mereka?
Kaisar kembali ke kamar sendirian, namun menemukan surat di atas meja. Tulisan di atasnya langsung dikenali sebagai milik Elina. Ada apa hingga terburu-buru seperti ini?
Setelah membaca suratnya, dia merasa agak aneh... Isinya seolah penuh kasih sayang. Tapi untuk menghindari perhatian orang, hari ini tidak ada janji temu kan?
“Tapi panggilan putri adalah gunung berapi dan lautan api, Kaisar pun harus memberanikan diri. Tempat pertemuan mereka adalah sebuah gua kecil di pulau yang bersih, tersembunyi di antara pepohonan. Ditemukan secara tak sengaja, tempat ini menjadi markas rahasia untuk kencan mereka.”
“Saat Kaisar tiba, Elina seolah telah menunggu lama. Gua batu kecil itu dihias baru, dilapisi karpet tebal. Di meja kecil terdapat anggur merah kelas premium dari dunia manusia dan dua gelas kristal besar. Tapi semua ini tak membuat Kaisar terkejut – ia sudah sepenuhnya terpikat oleh kecantikan Elina.”
“Hari ini Elina mengenakan gaun panjang bergaya putri dengan lipatan elegan yang seksi. Di lehernya tergantung kalung mutiara warna-warni. Leher jenjangnya memancarkan pesona yang menggoda, sementara betis rampingnya terlihat sebagian. Saat ini Elina bukan lagi prajurit, melainkan seorang putri yang lembut.”
“Melihat Kaisar, Elina tersenyum manis: 'Beibei bodoh, lihat apa lagi?'”
“Kaisar bukan dewa, ia juga lelaki. Melihat wanita tercintanya begitu cantik, bagaimana mungkin ia tidak terbuai?”
“Anggur tidak memabukkan, oranglah yang memabukkan diri. Putri, kecantikanmu membuatku mabuk kepayang.”
“Benarkah? Masuklah cepat.”
Pada saat melangkah masuk, Kaisar tiba-tiba menyadari bahwa sesuatu akan terjadi malam ini. Setelah Kaisar masuk, Elina menatap Bulan Suci yang bersinar terang di langit malam, berdoa dalam hati. Bulan Suci seolah terpesona oleh kecantikannya, malu-malu bersembunyi di balik awan.
