Setelah mendengar hasil akhir, Cang Yue diam-diam berbalik pergi, seolah segala hal di dalam maupun di luar lapangan tak lagi penting.
"Tak menyangka KALAH sebegitu parah." Elina juga terlihat sedih. Sebagai putri Suku Naga Laut, kekalahan telak seperti ini tentu bukan hal menyenangkan.
"Nana, tak perlu terlalu dipikirkan. Orang ini bermasalah." Baru saja dalam jarak dekat tadi, Kaisar semakin yakin ada aura bahaya yang terpancar dari tubuh Cang Yue.
"Bermasalah?"
Elina dan Clarisse sama-sama terkejut. Mereka tahu Kaisar pasti punya alasan jelas.
"Aku belum pasti, tapi jika ada kesempatan bertemu, pasti akan kurengkus wajah aslinya. Sekalian membalaskan kekalahan sang putri cantik kita."
"Hmph, cuma tahu membela Nana. Kenapa tak mau membalas dendam untukku?"
Clarisse berkata dengan nada cemburu.
"Ini... Kan kamu yang KALAH dariku. Masak harus bunuh diri?" Kaisar pasrah mengibaskan tangan.
Clarisse baru teringat hal itu. Dengan malu-malu ia menarik lengan Elina. Si nona kecil ini panik karena terlalu khawatir.
Kemenangan Cang Yue juga dianggap wajar oleh kebanyakan orang. Di periode penuh kemenangan tak terduga ini, pemain licik seperti Cang Yue justru menang secara normal. Ia telah menunjukkan kemampuan bertahan mutlak, didukung kuat oleh klan Zirah dan ras Sheo. Bagaimanapun, menurut kriteria estetika mereka, semakin keras baju zirah semakin tinggi nilai simbolisnya.
“Orang ini bermasalah, Mida, salah satunya pasti dia.” Maxi mengerutkan alis. Dari perspektif manusia, dia tak punya pantangan. Magister Sihir paling sensitif terhadap gelombang magic. Di dalam tubuh Cang Yue jelas tersembunyi kekuatan magis ofensif yang sangat kuat, tapi selama ini selalu bertahan dengan cangkang luarnya. Menyembunyikan kemampuan tim?
“Benar, Tuan Maxi. Indera perasaku mengatakan, kekuatannya seperti bayangan dari kekuatan yang lebih perkasa. Fenomena unik seperti ini baru pertama kali kujumpai. Tapi energi ini sangat dahsyat.”
Midabraso menjelaskan dengan teliti.
“Rupanya bukan cuma kita yang mau ikut campur. Mari bagi tugas. Alexis jadi jatahku. Rafael dan Carasso, kalian berdua silakan pilih.”
Senyum Maxi licik sekali, ... lawannya relatif yang terlemah. Satu-satunya hasil pasti dari pertarungan dua Magister Sihir adalah kerusakan lingkungan.
Raikkonen dan Styralia saling bertukar pandang penuh tanya. Mereka sama-sama ingin mencoba melawan Raja Naga Laut Carasso. Kesempatan bertarung dengan ahli top 3 Maya Daratan tentu bisa meningkatkan kemampuan praktisi Saint Domain.
Keduanya saling tatap tak berkedip, membuat tiga murid minggir jauh-jauh. Maxi hanya tersenyum-senyum gembira di samping.
“Guru, apa mereka benar-benar akan bertindak cepat?”
“Tentu harus bertindak! Kalau tidak, bagaimana memutuskan?”
“...Aduh, belum duel sama orang malah saling lukai dulu. Pantas orang bilang para ahli itu manusia aneh.”
Maxi: ......
Suasana antara Raikkonen dan Styralia semakin mencekam, apakah dua ahli Saint Domain ini akan bertarung? Tekanan yang begitu kuat! Bahkan Midabraso sudah lama tidak melihat gurunya begitu serius. Wajar saja, lawannya adalah Styralia, ahli baru yang baru memasuki Saint Domain.
Tangan kedua orang itu perlahan meraih. Meskipun murid kembar Maxi adalah penyihir, mereka merasa agak sesak napas. Inikah pertarungan legenda antar ahli yang selama ini didengar?
Tiba-tiba, mereka bergerak! Secepat kilat!
"Gunting, Batu, Kertas!"
"Gunting, Batu, Kertas!"
"Wa haha, jahe tua tetap lebih pedas! Aku menang!" Raikkonen memandang kepalan tangannya dengan bangga, sedangkan Styralia menatap guntingnya dengan putus asa.
Jian Sheng yang pandai menyimpulkan memahami satu kebenaran: Lelaki seharusnya tetap menggunakan kepalan tangan.
Pertarungan ketiga untuk memperebutkan slot semifinal berlangsung antara Kolorissio dan Diddy. Harus diakui, serangan mematikan Roradman telah menyebabkan kerusakan besar pada tubuhnya. Meski kini bisa bergerak normal, daya tempurnya paling-paling pulih 50%. Sebelum pertandingan, Kolorissio sama sekali tidak diunggulkan. Meski berasal dari keluarga kerajaan... Tapi terlalu banyak keluarga kerajaan. Kebetulan dia berasal dari klan yang kurang terkenal. Namun penyihir putri duyung ini berhasil mengeliminasi Xiao Bote - ahli sihir muda generasi muda yang diakui dari klannya, mengalahkan Yishahel yang dipersenjatai perlengkapan top. Dalam arti tertentu, lawannya memang tidak terlalu kuat. Namun dengan perjuangan gigih, dia berhasil mencapai babak ini. Mungkin Dewa Laut memang memberkahinya, sehingga di pertandingan sepenting ini dia bertemu Diddy yang belum pulih dari cedera parah.
Diddy yang tidak bisa menampilkan performa maksimal sama sekali tidak bisa membalas serangan sihir gila Kolorissio. Akhirnya dia terpaksa mengundurkan diri dari kompetisi. Jelas bahwa memaksakan diri dalam kondisi seperti ini sama sekali tidak ada artinya. Tak ada yang bisa mengalahkan cedera.
Kolorissio bisa dibilang yang paling diragukan di antara tiga orang yang berhasil naik level. Tapi dia juga satu-satunya tunas terakhir dari klan putri duyung. Jika di pertandingan terakhir Roye tidak bisa masuk semifinal, maka dialah satu-satunya perwakilan keluarga kerajaan. Bahkan jika Roye lolos ke babak empat besar, dalam sejarah forum pertukaran beberapa dekade terakhir, ini adalah pertama kalinya dua rakyat jelata berhasil menembus semifinal, itupun dengan cara yang begitu dominan.
Bagi Diddy, kekalahan bukan masalah. Bertanding atau tidak, sama saja. Yang paling kesal adalah Roradman. Dia bertarung mati-matian, tapi malah ada pria tampan yang mengambil untung lagi. Kenapa keberuntungan seperti ini tidak jatuh padanya?
Pertandingan terakhir untuk memperebutkan satu slot semifinal kembali menjadi pusat perhatian. Sejak forum pertukaran dimulai, klan Naga Laut tak pernah absen dari semifinal. Ini standar minimal mereka. Tapi kali ini, hanya Roye yang tersisa.
Lawannya adalah ahli dari rakyat jelata - Zhebie si pemanah magis. Pemanah langka di klan laut ini, pemilik senjata suci, telah melaju dengan gemilang termasuk mengalahkan petarung klan Naga Laut dalam hitungan detik. Zhebie dinobatkan sebagai peserta paling dingin di turnamen ini.
Dalam promosi sebelum pertandingan, gambar besar dirinya membusurkan panah ke langit sangat mencolok. Klan laut ingin bersaing dengan manusia dari berbagai aspek. Di bidang prajurit dan penyihir mereka tidak kalah, tapi di bidang pemanah belum ada terobosan. Kemunculan tiba-tiba Zhebie menjadi sorotan. Publik selalu memberi perhatian lebih pada profesi unik, sekaligus menunjukkan pada manusia: Klan laut punya pemanah hebat!
Tidak berlebihan, bahkan di dunia manusia, pemanah seperti Zhebie bisa dihitung jari. Ketenangannya luar biasa, tatapannya tajam, gerakannya secepat kilat, bakat magis, ditambah senjata suci - apa lagi yang dibutuhkan?
Lawan adalah Roye, yang sebelumnya diakui sebagai petarung terbaik generasi muda klan laut. Meski sekarang bukan lagi, kemampuannya tetap tak diragukan. Setidaknya di Suku Naga Laut, dia masih yang terkuat. Kini dia tak hanya membela harga dirinya, tapi juga sisa kehormatan terakhir Suku Naga Laut.
Kemuliaan ras mulia ini tak boleh hancur di tangannya. Sebelum pertandingan, Roye telah mencapai kesadaran penuh. Dia memahami banyak hal, sehingga saat Xiao Bote mendatanginya, dia tak menghiraukan. Dia sadar telah melewati jalan berliku - beberapa hal tak bisa dipaksakan. Setidaknya dia masih punya mimpi: menjadi Prajurit Naga terkuat klan laut. Keberadaan banyak petarung hebat justru hal positif baginya. Kesepianlah yang paling menakutkan.
Terjebak dalam konspirasi dan intrik sepanjang hari akan membuat jiwanya jatuh ke neraka. Roye yang telah tercerahkan justru lebih menakutkan dari sebelumnya. Melepaskan Elina membuatnya semakin fokus.
Cinta yang mendalam bisa mencapai puncak, melupakan cinta pun lebih ekstrem. Lupa atau tidak, semuanya tak berarti.
Roye lebih tenang dari sebelumnya. Dia telah kembali menjadi dirinya yang dulu.
Dibanding tingkat kesadaran Roye, Zhebie mencapainya lebih awal. Asmara adalah emosi yang mengerikan - mengubah Feishi yang lemah menjadi pemanah yang disegani semua orang.
Dalam beberapa hal, mereka punya kesamaan. Tapi dalam pertempuran besok, hanya satu yang akan terus melangkah!
