Pertarungan antara mereka berlanjut. Kali ini Roye yang mengambil inisiatif menyerang. Sebagai anggota Suku Naga Laut, mana mungkin dia membiarkan seorang pemanah bertindak semaunya? Entah itu Dewa Panah atau Iblis Panah, Roye tidak pernah peduli pada siapapun.
Aura berwibawa yang ditunjukkan Roye sebagai penyerang jauh lebih kuat daripada Zhebie. Qi tempur yang menyelimuti langit mengurung Zhebie, namun Zhebie mengingat pesan terakhir gurunya: Jangan pernah berhenti menyerang!
Benar, begitu seorang pemanah menghentikan serangan, waktu yang tersisa baginya tidak akan lama.
Menghadapi semangat tak terkalahkan seperti itu, kebanyakan orang akan menghindari puncak kekuatannya. Tapi Zhebie tidak. Siluetnya bergerak gesit, langsung meluncurkan dua formasi segitiga penghadang.
Serangan biasa bisa diabaikan begitu saja oleh pertahanan qi tempur Roye. Andai saja dia bisa menghadang serangan Zhebie, pertandingan ini sudah bisa diakhiri dengan mudah. Masalahnya, Roye pun tidak yakin bisa menahan anak panah emas penghancur jantung yang meledak gila-gilaan itu - kesan dari panah itu terlalu mendalam.
Jika tidak bisa menghadapi serangan seperti ini, situasi akan segera berbalik. Semangat Roye sebagai penyerang melemah, langsung memberi keunggulan taktis pada Zhebie. Zhebie kini telah menambahkan sihir ledakan beku dalam serangannya, membuat Roye terjebak dalam pertahanan tanpa akhir yang sangat pasif.
Meskipun saat ini panah Zhebie tidak bisa mengalahkan Roye, semua orang tahu bahwa begitu Roye menunjukkan sedikit celah dalam pertahanan, anak panah mematikan itu akan segera dilepaskan.
Roye sendiri juga frustasi. Meski tahu ini pertandingan sulit, tak disangka akan separah ini. Keraguan muncul dalam hatinya - haruskah menyerang atau bertahan dan melakukan serangan balik? Serangan lawan terlalu tajam!
Roye terjebak dalam perangkap mentalnya sendiri. Keinginan terlalu kuat untuk menang membuatnya takut mengambil risiko, menjadi plin-plan. Dinamika seperti ini membuatnya terus tertekan.
Ketika semangatnya sepenuhnya terjepit oleh ahli seperti Zhebie, ditambah kekacauan yang berlarut-larut, masalah internal dalam dirinya langsung terpapar. Saat itulah dia melihat sepasang mata.
Sepasang mata itu juga menatapnya, penuh belas kasihan. Sayangnya pandangan itu hanya menyapu sekilas.
Belas kasihan?
Untuknya? Roye?
Elina tidak bermaksud apa-apa, hanya merasa sedikit sedih. Roye sebagai komandan pengawalnya memang telah banyak berkorban. Masalah asmara bukanlah hitung-hitungan matematis. Kepada Roye, dia takkan mengucapkan maaf - dia tak punya kesalahan, juga tak meninggalkan bayangan harapan palsu. Sebagai sesama klan, dia berharap Roye bisa melepaskan diri dan mencari cintanya sendiri. Begitu hati perempuan terpaut pada seorang lelaki, terutama perempuan seperti Elina, dia akan mengorbankan segalanya untuk cinta. Jika diberi pilihan, dia pasti berharap Zhebie menang, semata karena persahabatannya dengan Kaisar.
Tapi Roye di saat seperti ini mana bisa berpikir rasional? Mungkin berpikir terlalu dalam justru akan lebih menyakitkan. Yang dia tahu hanyalah tatapan sekilas itu menusuk hatinya dalam-dalam. Dia mengakui kekalahannya. Kaisar memang luar biasa, sampai-sampai membuatnya iri. Karena itu dia menyerah dengan lapang dada. Tapi tatapan itu... dia tak sanggup menahannya.
Dia adalah Prajurit Naga Roye!
Bagaimana bisa terpuruk sampai seperti ini?
Dalam kondisi linglung, Roye akhirnya terkena tembakan tepat. Anak panah tembus Zhebie bukan main-main. Meski aura naga bawaan Roye sangat kuat, anak panah emas Zhebie memiliki efek penetrasi khusus terhadap qi tempur. Anak panah itu menembus pertahanan energinya, menghujam tepat di bahu kiri Roye. Tubuhnya terlempar oleh gaya dorong dahsyat itu.
Anak panah emas menembus bahu kiri Roye, bahkan Zhebie sendiri agak terkejut. Dia sama sekali tidak menyangka panahan ini akan berhasil, sehingga tidak menambahkan kekuatan Bakuretsu atau gelombang magic. Kalau tidak, pasti akan sangat menyiksa Roye.
Roye yang terjatuh ternyata tidak segera bangkit. Keheningan!
Apakah ini akan berakhir begitu saja? Pertanyaan ini berkecamuk di benak semua orang, mana mungkin?
Kemenangan Zhebie akan membuat banyak orang kesal, terutama Chisato Nagashima. Perempuan dalam dekapan ini sudah terbiasa memalingkan pandangan darinya, bahkan kadang refleks menoleh ke Zhebie terkutuk itu. Sedangkan lelaki itu bahkan tidak mau meliriknya.
Chisato Nagashima memang playboy sejati. Pemula main tubuh, ahli main asmara - itu hiburan untuk variasi permainan. Tapi pertama kalinya dia merasakan cemburu. Dia tahu tak mungkin melawan, tapi seorang bajingan rendahan dari klan Feishi ini tiba-tiba menjadi pusat perhatian. Entah sejak kapan, dia bahkan tidak pantas dibandingkan lagi. Tanyakan anggota klan laut mana pun, pasti tahu pemanah magis Zhebie - kini ditambah gelar pewaris legenda dewa panah. Sedangkan dirinya? Hampir tak ada yang mengenal.
Nina kembali menatap lelaki yang berdiri tegak bagai karang itu. Di tengah ribuan pasang mata, tetap menjadi diri sendiri. Baru saja menghadapi harapan massa yang begitu besar, tetap dingin tanpa ampun. Inikah Zhebie yang dulu pemalu sampai tak bisa bicara lancar?
Begitu lama hatinya terus disiksa, sungguh menyakitkan. Apakah yang terjadi antara dirinya dengan Chisato Nagashima adalah cinta? Jawabannya jelas tidak! Satu-satunya cintanya telah dihancurkan oleh tangannya sendiri. Sekarang, bagaimana mungkin dia pantas menyebut kata suci itu?
Tapi orang hidup tak bisa mengendalikan segalanya. Dia tak mau melihat lagi. Bahkan dia berharap Zhebie kalah, menghilang seperti dulu. Dengan begitu, dia tak perlu lagi dihadapkan pada konflik. Namun Dewa Laut seolah menghukumnya. Zhebie tidak hanya tidak kalah, malah semakin mulia. Di jalan, semua orang membicarakan forum pertukaran. Zhebie adalah salah satu dari sedikit pemeran utamanya. Dia petarung paling dingin, tapi sikap dingin ini justru memberi daya tarik unik pada pemanah seperti dirinya. Ketika para gadis Putri Duyung berbicara penuh kekaguman padanya, Nina merasa cemburu. Dulu, dialah yang seharusnya berdiri di samping Zhebie yang mulia. Sekarang, apa jadinya dirinya?
Tangan Chisato Nagashima menggenggam erat, giginya mengatup kencang. Tapi dia tidak menunjukkan reaksi.
Zhebie menunggu. Lebih dari siapa pun, dia tahu panah ini tidak sehebat yang dibayangkan. Yang dia butuhkan bukan kemenangan. Kemenangan tak berarti banyak baginya. Lawan yang seimbanglah yang dia rindukan. Roye selalu menjadi musuh imajinasinya. Dia pasti punya kemampuan lebih. Mengalahkan lawan level ini adalah penghinaan bagi dirinya sendiri.
“Aduh, Zhebie ini mulai berlagak keren lagi. Kalau aku, enggak peduli langsung menebaskan kapak beberapa kali dulu!”
Kao lebih panik daripada Zhebie di lapangan, hampir tak tahan ingin mengangkat kapaknya membantu Zhebie menebas beberapa kali.
“Makanya, nasibmu cuma KALAH!” Clarisse tanpa ragu memberikan pukulan ke hati kecil teman sekelas Kao yang rapuh.
Roye berdiri, sosok yang sama sekali berbeda. Aura naga laut dalam tubuhnya seolah mendidih, sepenuhnya berubah menjadi orang lain.
Meledak dalam diam, atau binasa dalam diam!
Roye meledak!
Zhebie merasakan tekanan, tekanan yang sangat besar.
Carasso akhirnya menyandarkan punggungnya ke kursi. Baru saja menertawakan kegagalan total klan paus Rafael, kalau Roye juga ambruk, bukankah itu tamparan untuknya sendiri? Hanya saja tak menyangka turnamen duel kali ini mencapai tingkat kekerasan seperti ini. Tapi dia masih punya kepercayaan diri cukup pada Roye. Bakatnya memang terbaik di antara pemuda klan laut, tapi dia kurang pengalaman tempur. Seperti pemuda bernama Kaisar itu, meski masih muda, Carasso mencium aroma pertempuran lama - mutiara sejati yang berkilau.
Roye melangkah mendekati Zhebie. Zhebie tidak goyah oleh sorak-sorai lawan, tetap tenang melancarkan serangan ke bagian bahu Roye yang cedera.
Di hati Roye hanya ada kepuasan, tidak ada sedikit pun rasa sakit. Ini adalah tingkat kesadaran seperti apa? Hanya mereka yang pernah mengalaminya yang tahu.
Anak panah menghujam, siluet Roye bergerak cepat dengan kecepatan tinggi. Adegan mengejutkan terungkap - Zhebie yang biasanya tak pernah meleset kini terus gagal... Benarkah kecepatan Roye sudah bisa menghindari panah Zhebie?
Bukan. Zhebie paham, setidaknya saat ini Roye belum memiliki kecepatan seperti itu. Yang berubah adalah daya observasi Roye. Dia telah memprediksi semua serangan Zhebie dengan akurasi sempurna.
Tapi Zhebie tak bisa menghentikan serangan. Tiga anak panah yang dilepaskan dengan hati-hati berturut-turut meleset!
Jika pemanah tak bisa memberikan tekanan cukup pada lawan, maka yang terpuruk adalah dirinya. Lawannya adalah Roye! Tombak naga menyapu bersih, Zhebie terpaksa melompat - ini satu-satunya pilihan, tapi ternyata ini hanyalah umpan.
——Mantra Aura Naga Bawaan.
Tepat sasaran!
Seluruh tubuh Zhebie terlempar. Tak semua orang bisa bergerak bebas di udara seperti Kaisar. Meski memiliki teknik menghindar di udara, mantra aura naga yang menyerang tanpa pandang bulu tak bisa dielakkan - kena sepenuhnya.
Zhebie terlempar jauh dan jatuh dengan keras ke tanah.
Plok! Sandaran tangan di depan Kaisar remuk seketika. Jelas tak ada yang menyangka Roye tiba-tiba "terbangun". Sebagai pemanah yang menerima mantra aura naga secara langsung, risikonya sangat tinggi bagi Zhebie.
"Tapi ini duel, hidup dan mati ada takdirnya, kemenangan atau kekalahan di tangan langit. Dia bisa menyelamatkan Elina, tapi tidak bisa membantu Zhebie. Itu bukan membantu, melainkan penghinaan bagi Zhebie. Ini menyangkut harga diri lelaki."
Kao yang biasanya genit kini gugup sampai tak bisa bicara, hanya Diddy yang tetap tersenyum khasnya, meski kali ini objeknya adalah Roye.
"Peserta Zhebie tetap tidak bisa menghindari serangan kilat dari peserta Roye. Tubuh Prajurit Naga memang luar biasa tangguh, di bidang ini Zhebie jauh tertinggal. Sepertinya pertandingan ini akan segera berakhir."
Para ahli menggelengkan kepala. Sebagai pemanah, serangan Zhebie memang sangat tajam, bahkan bisa menembus aura naga bawaan. Tapi tubuh lemahnya menjadi kelemahan mematikan. Seseorang dengan kekurangan jelas tak bisa menjadi ahli sejati - lawan bisa mengorbankan cedera untuk menaklukkannya.
Inikah takdir Zhebie?
