Santo yang didampingi sejumlah Pendeta Wanita menerima kedatangan Kaisar dan ketiga rekannya. Semua prosesi berjalan sesuai protokol yang dibayangkan Kaisar - serangkaian pujian kepada Dewa Laut. Mungkin menyadari kelelahan mereka, upacara tidak terlalu bertele-tele. Mengenai kesan terhadap Pendeta Wanita, Kaisar merasa mereka terlihat biasa-biasa saja. Mungkin karena terbiasa melihat kecantikan luar biasa Elina dan Clarisse. Tak terasa aura ahli maupun tekanan apapun, bahkan kewibawaan pemimpin tinggi pun minim. Satu-satunya yang istimewa adalah sorot mata mereka - pandangan paling tajam yang pernah Kaisar saksikan. Bahkan sorotan mata Styralia maupun Raja Naga Laut Carasso tak bisa menyaingi Santo ini. Kilatan cahaya sesaat yang tak disengaja seakan menusuk jiwa, membuat Kaisar merasa telanjang. Kekuatan spiritual seperti ini benar-benar di luar imajinasi.
Tampaknya gelar Santo memang bukan sekadar omong kosong.
Keempat mereka diinapkan terpisah untuk istirahat. Setelahnya, Santo akan memanggil mereka secara pribadi. Tentu saja magang Pendeta Wanita yang melayani mereka selama perjalanan akan menjelaskan beberapa aturan. Elina yang pernah menjadi Pendeta Wanita dianggap sebagai kenalan, sementara yang lain pertama kali datang.
Dua magang Pendeta Wanita yang mendampingi Kaisar berasal dari Suku Hiu dan suku Doth. Kedua gadis kecil itu memandangi Kaisar penuh rasa ingin tahu, sampai Kaisar tak enak hati: "Apa ada yang tidak beres dengan penampilanku?"
“Dua murid Pendeta Wanita kecil tertawa pfft, mungkin merasa tidak sopan, buru-buru berpura-pura serius. Tapi anak-anak sulit menyembunyikan ekspresi aslinya,”Yang Mulia Pendeta, Anda adalah pendeta pria pertama dalam bertahun-tahun,” kata gadis hiu kecil sambil tersenyum. Sifat terbuka Suku Hiu tetap tak terhapus meski telah menjadi Pendeta Wanita.
Murid Pendeta Wanita dari suku Doth juga mengangguk.
Kaisar tiba-tiba menyadari masalah serius,”...Jangan-jangan aku satu-satunya pria di sini?”
Dua murid kecil itu tak bisa menahan tawa sambil mengangguk.
Aduh, jatuh! Ini membuat Kaisar merasa sangat tidak nyaman, persis seperti pengalamannya di suku peri laut dulu yang semuanya perempuan... Seandainya dia mengajak Baptista untuk berbagi sengsara.
“Yang Mulia, izinkan kami memandikan dan mengganti pakaian Anda agar bisa istirahat dengan nyaman.”
Dingin... “Hmm, tidak perlu. Aku bisa mandi sendiri.”
(Ritual pembersihan klan laut menggunakan elemen air berkonsentrasi rendah untuk menghilangkan kotoran sekaligus melembabkan tubuh.)
Dua murid itu buru-buru minta maaf mengira telah melakukan kesalahan. Di kalangan bangsawan atau kerajaan, ini hal biasa. Tapi Kaisar belum terbiasa - dia selalu mandiri, bahkan setelah Xiao Yao datang.
“Bukan, kalian tidak salah. Aku hanya malu.”
Tak ada pilihan. Untuk menenangkan dua Pendeta Wanita kecil itu, Kaisar harus mengorbankan reputasinya.
Dua murid itu tertawa pfft lalu membiarkan Kaisar pergi. Namun insiden kecil ini segera tersebar ke seluruh Kuil Suci: telah datang seorang Pendeta pria pemalu.
"Setelah membersihkan diri sejenak, Kaisar langsung merebahkan diri. Tempat tidur masih menyisakan wang samar, kenyamanan stabil ini membuatnya yang telah menaiki kereta kuda selama N lama cepat terlelap."
"Saat terbangun, dua hari telah berlalu. Mungkin karena benar-benar rileks, pikiran mendapat ketenangan cukup. Setelah bangun, Kaisar merasakan kekuatan mengalir dalam tubuhnya... selain lapar yang amat sangat. Terutama magic terang, meski kini dia hanya bisa mengeluarkan cahaya suci dan sayap Serafim, durasi pemakaiannya bertambah lama."
"Entah ada departemen administrasi macam apa di sini, begitu Kaisar bangun, dua Pendeta Wanita muda langsung masuk. Tanpa basa-basi mereka membantu Kaisar berpakaian, membuatnya gemetaran hingga akhirnya selesai."
"Yang Mulia Pendeta, Sang Santo mempersilakan Anda untuk makan bersama."
"Saat Kaisar tiba, Elina dan yang lain sudah menunggu. Melihat Kaisar yang bersinar wajahnya, mereka gembira. Sepiring makanan terlihat mewah, meski agak hambar. Saat ini dia sangat ingin melahap habis, tapi sepertikan ini bukan tempatnya."
"Selama makan, Kaisar berusaha menjaga etiket semampunya, mesun kecepatan makannya sangat tinggi mengingat perut lapar. Sang Santo tak mempermasalahkan, hanya sesekali memperhatikan Kaisar."
"Urusan kalian selanjutnya adalah: pertama mengenal Kuil, lalu pelajaran etiket. Belajarlah dengan sungguh-sungguh. Elina, karena kamu lebih familiar, bawa mereka berkeliling."
"Baik, Sang Santo."
Setelah berkata demikian, Santo pun pergi. Ia harus memimpin kelas pagi yang melibatkan Pendeta Wanita, magang Pendeta Wanita, melakukan meditasi, berdoa, dan menyanyikan pujian untuk Dewa Laut.
Tak lama kemudian Kaisar juga memahami pola kehidupan kuil. Selain dua sesi kelas besar pagi dan sore, para Pendeta Wanita memiliki banyak waktu luang untuk mempelajari etiket atau magic, skill prajurit. Semua fasilitas tersedia di sini, termasuk perpustakaan besar. Tentu berbeda dengan Akademi Karang tempat Lao Jiao yang menerima semua jenis buku, koleksi di sini lebih ortodoks. Bahkan puisi perjalanan pun bertema pujian yang sama sekali tidak menarik bagi orang seperti Kaisar.
Beberapa teknik bertarung Kaisar bisa pelajari, namun cara bertarung di sini terlalu konvensional. Pertarungan sebenarnya adalah menggunakan semua bagian tubuh yang bisa menyerang untuk mengalahkan lawan. Dalam hal latihan sihir memang cukup baik, sayangnya kebanyakan sihir air yang kurang bermanfaat baginya. Untunglah Kaisar pintar, tetap menghafal semua materi baik yang berguna maupun tidak. Sisa waktunya selain mengikuti kelas, digunakan untuk merangkum pemahaman pribadi termasuk mengamati skill para ahli - Suku Naga Laut, suku Doth, Suku Hiu, paus. Banyak cara menyerang yang bisa dipelajari. Perkembangan qi tempur sejak mencapai Saint Domain sangat melambat. Yang bisa dilakukannya hanyalah terus melakukan Sirkulasi Zhou Tian Besar, meski perkembangannya jauh lebih kecil dari sebelumnya. Tapi ini wajar mengingat kemampuannya sudah meningkat drastis. Untuk sihir, sesekali masih berlatih meski di sini kurang cocok menggunakan sihir api. Lebih banyak melakukan meditasi. Sihir elemen cahaya menurut Kaisar hampir tidak memiliki kekuatan serangan kecuali saat menghadapi arwah. Sungguh aneh, sihir ini mematikan bagi arwah tapi menjadi kekuatan penyelamat bagi klan kehidupan. Mungkin inilah hukum saling mengalahkan.
Perenungan ini sangat bermanfaat bagi Kaisar. Ia juga berhasil mengembangkan Ilmu Pedang Ekstremnya dengan menciptakan satu jurusan baru. Meski hanya satu jurus, ini merupakan pencapaian besar - Jurus Kesembilan Belas.
Dalam magic campuran belum ada terobosan, elemen cahaya tidak bisa dicampur dengan magic lain. Kadang Kaisar sangat ingin mencoba menekan elemen air dan api bersama-sama, tapi dia sendiri tahu betapa berbahayanya ide gila ini. Semua orang tahu konsekuensi jika dua elemen ini bersentuhan - benar-benar tak terbayangkan. Namun Kaisar justru tipe orang yang berdarah petualang. Andai saja lokasinya tepat, belum tentu dia tidak mencoba.
Berbeda dengan pendeta biasa, Kaisar sangat santai dan suka bercanda. Dalam waktu singkat, semua Pendeta Wanita kecil di Kuil Suci menyukainya. Hal ini membuat Alena, Clarisse, dan Xiao Yao kadang harus menahan cemburu. Namun periode ini justru yang paling membahagiakan bagi keempatnya. Di sini mereka tidak perlu menyembunyikan apa pun atau khawatir dengan protokol. Mereka bisa berbicara bebas. Kadang Kaisar dan Alena bertemu berdua secara diam-diam, lalu berpelukan dan berciuman singkat. Di bawah saksi Dewa Laut, mereka bertekad mempertahankan asmara mereka. Tentu saja seringkali Kaisar yang memaksa Putri Alena, tapi sang putri justru menyukai paksaan ini. Mengingat ini wilayah kuil, mereka harus berhati-hati agar tidak ketahuan. Sensasi "bermain api" inilah yang membuat mereka merasa benar-benar hidup.
Tapi masa bahagia selalu berlalu cepat. Akhirnya ritual Pemilihan Raja Laut pun tiba.
Keagungan Kuil Suci semakin memancar kuat, sementara wilayah sekitar Gunung Dewa Laut dipadati klan laut. Keluarga kerajaan dan bangsawan telah lama menetap di sekitar sini menanti kedatangan ritual Pemilihan Raja Laut. Pejabat utama dan pedagang dari berbagai daerah juga berdatangan ke sini, sedangkan rakyat biasa klan laut telah menetap di sekitar Gunung Dewa Laut untuk merasakan keagungan sang Dewa Laut.
Seluruh Kuil Suci sibuk bergerak, mereka sedang melakukan persiapan terakhir. Clarisse dan Xiao Yao tengah berlatih dengan susah payah. Kaisar pernah sekali menyaksikan gladi mereka - hanya bisa digambarkan sebagai "menyentuh jiwa dan merebut jiwa". Keduanya sudah mencapai batas tertinggi kesempurnaan, tapi mereka masih merasa ada masalah internal, terus membahas kemungkinan yang lebih baik. Sementara Elina membantu Santo mempersiapkan pekerjaan terkait. Hanya Kaisar yang menganggur, ia tidak tahu harus melakukan apa. Dia dan Elina bertindak sebagai Pendeta tempur, berperan dalam perlindungan, hanya mengikuti Santo dalam berdoa. Semua hanya pola klise yang sangat sederhana. Setelah dilakukan sekali, Kaisar tidak akan melupakan.
Sebelum ritual Pemilihan Raja Laut, Kuil Suci akan mengirimkan tim-tim Pendeta Wanita untuk menyebarkan ajaran Dewa Laut. Secara bersamaan, hal ini juga memungkinkan penduduk pesisir yang menunggu untuk merasakan keagungan sang dewa. Setelah sekian lama, Kaisar merasa bahwa ajaran Dewa Laut memang masih cukup baik. Di saat yang sama, pemandu spiritual semacam ini benar-benar dapat membuat klan laut tetap menyimpan harapan dan panduan, sekaligus menjaga stabilitas seluruh klan laut. Sebagai pendeta, Kaisar juga bersedia memberikan kontribusi.
Tahun ini, Ritual Pemilihan Raja Laut berbeda dari biasanya. Jika sebelumnya pusat perhatian selalu pada Santo, tahun ini ada seorang Pendeta yang berpengaruh. Klan laut menyebutnya Pendeta Dewa Perang. Banyak klan laut berkumpul bukan hanya untuk ritual, tapi juga berharap mendapat restu dari pendeta yang bisa menghidupkan kembali orang mati ini. Memang banyak yang menunggu dengan cedera parah, mereka tak berani meminta, hanya bisa menanti.
Ini didengar Kaisar secara tak sengaja dari seorang Pendeta Wanita. Begitu mendengar kabar ini, Kaisar langsung tak bisa diam. Bagaimanapun dia juga seorang pendeta, turun ke bawah untuk menyebarkan cahaya Dewa Laut tentu baik. Entah dia yang menikmati kemuliaan Dewa Laut, atau Dewa Laut yang ikut terkenal karena dirinya.
Saat Pendeta Wanita yang pertama turun mengumumkan bahwa Pendeta Kaisar akan menyebarkan cahaya Dewa Laut, kerumunan klan laut yang sudah menunggu langsung mendidih. Adegan penuh air mata itu hampir membuat para Pendeta Wanita ketakutan, seolah ritual sudah dimulai. Beberapa Pendeta Wanita senior juga baru pertama kali melihat pendeta memiliki pengaruh sebesar ini.
