Berbeda dengan Kaisar yang sudah mantap hatinya, Baron Rio malah mengumpulkan tua-muda untuk berdiskusi serius. Mereka mengemukakan fakta dan penalaran, menebak segala kemungkinan namun tetap tak bisa menebak tujuan sebenarnya Kaisar.
Secara logika, hubungan mereka paling banter adalah lawan sekalipun bukan musuh bebuyutan. Seharusnya Kaisar menghindari mereka, kenapa malah mencari? Ada maksud lain? Tapi apa sebenarnya?
Meski bingung, kencan tetap harus dijalani. Justru hal yang tak dipahami harus digali – inilah sifat dasar manusia.
Saat tiba, Kaisar terkejut melihat Baron Rio sudah lebih dulu ada. "Hehe, Baron, aku yang terlambat."
"Ah tidak, saya yang datang terlalu awal."
Pelayan sangat paham posisi kedua tokoh penting ini. Teh segera dihidangkan. Segala detail diatur khusus demi dua orang ini, takut ada kesalahan kecil dalam penyelesaian detail yang membuat mereka tidak puas – mereka bukan pihak yang bisa disepelekan.
"Ada urusan apa yang ingin Kaisar bicarakan?" Rio langsung ke inti percakapan tanpa basa-basi. Memang tak ada gunanya bertele-tele di antara mereka.
"Begini, waktu pesta dulu Putri Julie bercerita tentang keindahan dan kejayaan Cagliari. Saya jadi ingin melihat langsung kerajaan agung ini."
Rio sempat terkejut, lalu tersenyum tipis, "Saudara Kaisar akan segera menjadi menantu raja, mana ada waktu untuk mengunjungi Cagliari kami!"
Harus diakui lelaki dalam situasi seperti ini pasti akan merasa sedikit cemberut, bagaimanapun juga sebagai pecundang, tentu tidak akan merasa nyaman.
Kaisar tersenyum kecut, "Apakah Baron sedang mengolokku? Mana mungkin Putri tertarik pada keluarga kerajaan yang sudah merosot. Jika tidak menuntutku saja sudah beruntung, bahkan Duke pun tidak berminat padaku. Belakangan ini bahkan tidak mau bertemu. Sejujurnya, aku terbiasa hidup bebas. Negara asalku sudah hancur oleh bencana alam di luar kendali manusia. Aku hanya berharap bisa mengembara ke Maya sebelum mati untuk memperluas wawasan. Apakah Baron bersedia menerimaku? Cagliari adalah salah satu dari dua negara kuat di Maya, orang kecil sepertiku sudah lama mendambakannya."
Ucapan ini membuat Rio sangat tersanjung, dan sesuai dengan data yang mereka miliki, meskipun masih ada beberapa kejanggalan.
"Hehe, tentu saja kami sambut! Aku akan menyambutmu dengan sangat antusias, Saudara Kaisar. Hanya ada beberapa pertanyaan kecil, semoga Raja Laut bisa menjawab keraguanku."
"Akan kujawab semua yang kutahu tanpa reservasi."
"Bagaimana Saudara Kaisar bisa mengenal Magister Sihir Markus dan Pendeta Wanita Karinina? Hubungan kalian tampak sangat khusus." Rio menyipitkan matanya yang kecil, saat ini benar-benar mirip dengan Pangeran Martie... versi kurus Martie.
Kaisar tertawa lepas: "Hehe, pertemuanku dengan Magister Sihir Markus sangat tidak disengaja. Awalnya gara-gara dua muridku itu, kami hampir berkelahi. Tapi akhirnya malah jadi akrab. Cuma tak kusangka bisa bertemu di sini. Soal Yang Mulia Pendeta Wanita, itu karena magic seri malaikat-ku. Dia terus ingin merekrutku ke Sekte Bulan Suci, tapi aku orangnya santai, tidak terbiasa dengan kehidupan gereja."
Rio mengangguk, "Hehe, kita semua kan pemuda. Diam-diam, aku juga tidak suka peraturan gereja yang ketat. Tapi... Di mana Kaisar belajar magic seri malaikat itu? Sepertinya selain Sekte Bulan Suci tidak ada yang bisa menggunakannya. Dan tingkat kesadarannya sepertinya lebih tinggi daripada Pendeta Wanita."
Kaisar menggerutu dalam hati tentang rubah kecil itu - di permukaan terkesan kagum, tapi sebenarnya masih tidak percaya.
Kaisar menunjukkan pandangan sedih yang tak ingin diingat lagi, menghela napas, "Jika benar ada dewa, aku lebih memilih tidak memiliki kemampuan seperti sekarang. Saat bencana langit terjadi, aku juga ada di sana... Itu bagaikan neraka, di luar kekuatan manusia. Aku terkena petir dan mengira pasti mati, tapi tak disangka diselamatkan oleh pengawalku - lima orang yang kamu lihat tadi. Mungkin karena selamat dari marabahaya pasti ada keberuntungan, kemampuanku tiba-tiba berkembang pesat. Aku sendiri heran. Tentang sihir elemen cahaya, aku hanya tahu Sayap Serafim. Namanya saja kuketahui dari Magister Sihir. Sihir cahaya lainnya sama sekali tidak kuketahui. Bahkan yang ini hanya kugunakan secara insting tubuh, jadi tak perlu mantra. Andai bukan karena kejadian itu, mungkin aku masih hidup tenang di kampung halaman."
"Saudara Kaisar, tabahlah menghadapi kesedihan."
"Baron, kau tak mengerti perasaan sepi seperti itu... Sekarang aku bukan lagi pangeran. Kao dan yang lain masih mengikutiku, tapi ini hanya membuang nyawa mereka. Jika memungkinkan, kuharap mereka bisa membangun karir sendiri."
Mata Rio berkedip-kedip cepat... Jika bisa merekrut beberapa orang ini, rencana kita bukan saja tidak gagal malah untung besar. Dengan mereka, kekuatan kita akan semakin kuat. Ribuan pasukan mudah didapat, seorang jenderal sulit dicari. Kaisar yang di depan mata dan bawahannya itu adalah ahli langka. Jika dimanfaatkan dengan baik, ck ck, membayangkannya saja sudah bikin antusiasme.
"Saudara Kaisar, saya rasa Anda harus semangat kembali. Tidak heran dulu setiap bertemu selalu terasa aura kesedihan. Sejak dahulu pahlawan lahir dari generasi muda, seperti kata Anda 'setelah lolos maut pasti datang keberuntungan'. Bukan hanya anak buah Anda, tapi Anda sendiri juga. Bagaimana bisa menyia-nyiakan bakat sehebat ini? Sejujurnya, saya tidak meremehkan Kepangeranan Swiss. Tempat ini terlalu kecil, tidak cukup untuk menampung sosok sebesar Anda. Mari ke Cagliari kami! Selain indah dan makmur, kami bisa berikan ruang untuk performansi bakat Anda. Mari bersama-sama menaklukkan langit!"
"Ini... tidak akan merepotkan Baron ya?"
"Haha, kata-kata apa itu Saudara Kaisar. Jangan panggil Baron-baron, panggil saja Rio. Kita bisa dibilang 'berteman setelah bertempur'. Kehormatan bagi saya bisa berteman dengan orang seperti Anda. Cagliari sedang berkembang pesat, sangat membutuhkan talenta seperti Anda. Dan bukan omong kosong, di seluruh Maya Daratan tidak ada kerajaan yang lebih pandai memanfaatkan bakat daripada kami."
Rio terlalu bersemangat. Karena kegagalan rencana ini, Pangeran Martie juga menahan tekanan besar. Faksi Penasihat Kerajaan tidak akan membiarkan mereka begitu saja. Pasti akan ada serangan verbal. Tapi jika bisa merekrut talenta seperti Kaisar, bisa dibayangkan dalam persaingan hak di masa depan pasti akan mendominasi.
"Tentu saja kesetiaan mereka masih perlu diteliti lebih lanjut, tapi poin ini tidak terlalu mengkhawatirkan. Begitu tiba di kandang sendiri Cagliari, Kaisar dan kawan-kawan ibarat kura-kura dalam tempurung, semuanya berada dalam kendali kami. Selain itu, bisa dilihat bahwa Kaisar ini tidak terlalu ambisius akan wewenang. Jika tidak, dengan Sayap Serafim miliknya, pasti bisa meraih posisi tinggi di Sekte Bulan Suci. ... Ciri khasnya ini juga bisa dimanfaatkan, hmph! Untuk posisi kapten Pasukan Naga, keluarga Marti dan faksi Guru Kerajaan sudah bertengkar sampai muka merah telinga panas, tapi belum ada kesimpulan. Dengan menguasai Kaisar dkk, mereka sama saja memegang kartu mati yang mematikan!"
Rio tidak bisa menyembunyikan antusiasmenya, Kaisar juga senang. Keduanya seolah merasa kenal terlambat. Kaisar agak bingung, awalnya mengira ini akan jadi masalah besar, ternyata orang itu lebih aktif, malah menghemat banyak masalah baginya.
"Kalau begitu, ke depannya harus banyak merepotkan Kakak Rio ya."
"Hehe, mudah-mudahan saja. Kami akan berangkat dalam beberapa hari ini. Kira-kira Kaisar mau bagaimana?"
Kaisar menjawab dengan agak canggung, "Jujur saja Rio, di berbagai aspek kami mengalami halangan. Jika bisa pergi bersama Kakak Rio, itu akan sangat membantu."
"Mendengar perkataan Kaisar, Rio akhirnya menghilangkan sedikit keraguannya. Tampaknya beberapa orang ini benar-benar tak berdaya, kalau tidak mereka tidak akan sampai seperti ini. Lagipula, sikap Kaisar sama sekali tidak terlihat dibuat-buat. Di zaman sekarang ini, kecuali sudah benar-benar terjepit, semua orang menganggap martabat lebih penting daripada nyawa. Yang membuat Rio nyaman adalah meskipun kemampuan Kaisar luar biasa, dia tidak memiliki kesombongan yang menjengkelkan. Kalau tidak, dia pasti tidak akan bisa bertahan."
Keduanya berpisah dalam suasana yang sangat bersahabat. Baron Rio segera kembali, cepat-cepat memanggil ayahnya untuk mengadakan rapat darurat. Benar-benar rejeki nomplok dari langit.
Suasana rapat kali ini luar biasa baik, bahkan wajah gemuk Marti pun menampakkan senyum. Tentu saja Anumemon menjadi pengecualian. Muridnya satu tewas dan satu terluka, mana mungkin dia bisa melupakan begitu saja.
"Yang Mulia, menurut saya pemuda Kaisar ini sangat mencurigakan. Mengapa tiba-tiba mau bergabung dengan kita? Jangan-jangan ini konspirasi dari pihak Ottoman?"
"Guru Anumemon, tenang saja soal ini. Kami sudah menyelidiki dan bisa memastikan tidak ada hubungannya dengan Ottoman. Lagipula Kerajaan Ottoman menentang Sekte Bulan Suci, sedangkan Kaisar justru memiliki hubungan baik dengan mereka. Ini sangat menguntungkan bagi kita," ujar Rio sambil tersenyum.
Marti melototi Rio, lalu berkata dengan wajah ramah, "Pendapat Tuan Anumenon masuk akal. Tentu kita tidak akan mudah percaya pada bocah ini. Tapi entah dia musuh atau sekutu, selama sudah mengeluarkan jurus, aku akan menangkapnya. Dengan mengikutkan mereka di samping kita, sama seperti menempatkan mereka di bibir kita. Kapan pun kita mau 'makan', bisa langsung disantap. Lebih baik daripada mereka mengendalikan kita diam-diam. Lagipula dengan Tuan yang mengambil kendali, mustahil mereka bisa membuat variasi tak terduga."
Anumenon mengangguk dengan angkuh.
Sebentar lagi yang lain pergi untuk diatur pembentukannya, lagipula ada beberapa tamu tambahan, bukan pengawal, persiapan yang diperlukan juga tidak sedikit.
Di dalam rumah hanya tersisa Rio dan Julie.
"Ayahanda, aku memang pernah memperkenalkan sorotan Cagliari kami kepada Kaisar, dan saat itu ia juga menunjukkan ketertarikan yang mendalam, hal ini seharusnya tidak palsu." Julie berkata, mood-nya terus membaik sejak mendengar Kaisar akan ikut bersama mereka ke Cagliari, bahkan bersedia berkontribusi untuk Cagliari.
"Benar, Ayah, Guru Anumennon jelas-jelas pendendam, Kaisar pasti bukan orang yang dikirim Kerajaan Ottoman!"
Marti memicingkan mata sambil tersenyum: "Kapan aku mengatakan dia adalah mata-mata Ottoman?"
Kedua orang saling bertukar pandang penuh tanya, wajah penuh ketidaktahuan menatap Pangeran Martie.
"Kalian berdua masih terlalu hijau, tapi ini bukan salah kalian. Sudah tahu Anumenon itu pendendam, tapi masih berani memuji Kaisar di hadapannya. Bukankah ini cari masalah sendiri?"
“Baru sekarang keduanya tersadar, Rio memberi hormat dengan sopan, \"Ayah memang lebih berpengalaman, ini kesalahan anakmu.\""
Marti mengangguk, \"Ini bukan salahmu. Meski Kaisar masih terlihat mencurigakan, secara umum sudah bisa diterima. Menurut informasi terpercaya, orang Ottoman juga sedang menyelidikinya. Bisa dipastikan dia bukan bagian dari Ottoman. Kekuatan lain juga takkan mengirim talenta sehebat ini jadi mata-mata – karakter mereka terlalu mencolok untuk pekerjaan seperti ini. Jadi kita bisa percaya. Singkatnya, jika kita bisa membina mereka jadi bagian dari kita, mengatasi kelompok Tukang Ramal itu tinggal masalah waktu.\""
Pangeran Marti juga senang. Dia tak mudah percaya pada siapa pun dan jarang tertarik merekrut talenta. Tapi Kaisar dan bawahannya terlalu menarik. Jika mereka tak direkrut, pasti akan direbut pihak lain. Secara permukaan, Duke Swiss tak tertarik pada Kaisar. Tapi kalau benar-benar tak peduli, mana mungkin dia membiarkan orang hina dekat dengan putrinya? Mungkin takut menyinggung Cagliari. Sayang, negara kecil memang begini – kuil kecil mana bisa menampung Buddha besar? Ini benar-benar keuntungan bagi kita.
\"Ayah, kalau begitu...\"
\"Kalian berdua jangan ragu menjalin hubungan baik dengannya, terutama Julie. Pion ini harus kita kendali ketat. Untuk Anumemon, biar aku yang urus. Kalian juga harus lebih cerdik.\"
"Marti tersenyum sumringang. Sudah lama menunggu akhirnya mendengar kabar yang menyenangkan. Terlihat jelas Kaisar dan bawahannya agak urakan, jelas-jelas berasal dari pedesaan terpencil. Mereka memancarkan aura qi yang kasar. Meskipun Kaisar sedikit lebih baik, tetap tidak bisa menyembunyikan aura itu. Orang lain mungkin tidak melihat, tapi aku sebagai bangsawan tua sangat paham. Aku tidak akan sepenuhnya percaya pada intel, lebih percaya apa yang mata lihat. Detail kecil beginilah yang tidak akan bohong."
Di sisi lain, Kaisar dan kawan-kawannya juga sangat gembira. Semuanya berjalan mulus, urusan Karinina juga sudah terselesaikan. Sekarang tinggal menunggu untuk menghadapi tantangan dari Cagliari.
Semua kondisi ini dilaporkan dengan teliti ke Kerajaan Ottoman. Sang Pangeran secara mengejutkan sangat memperhatikan urusan kecil ini, memerintahkan para mata-mata untuk terus memantau perkembangannya.
Rolin memandangi Putri Jingyue dengan tenang. Dia sudah mulai menyesuaikan mentalitasnya. Seiring perkembangan situasi, dia paham bahwa Kaisar yang terlihat biasa ini sebenarnya sangat luar biasa. Cara terbaik untuk tidak terluka terlalu dalam adalah segera menarik diri. Dia sedang mengatur diri, tapi sang Putri sepertinya belum menyadari hal ini. Kaisar yang terlihat berbaik hati ini terkadang berhati baja. Saat melihat ahli sihir yang luar biasa cantik itu, harapannya pun pupus.
"Paduka Putri, kabarnya Kaisar akan pergi ke Cagliari bersama Baron Rio... Paduka Putri."
"Rolin, aku dengar. Aku juga paham, seharusnya tidak seperti ini. Tapi di sini (menunjuk dada) tidak mau menurut..." Putri menjawab dengan sedih sambil memegangi dadanya.
Wajar saja jika perempuan dengan seperti ini jarang memiliki kesempatan untuk menjalin . Hidup mereka umumnya sudah diatur, namun Jingyue nekat membuat masalah besar ini, dan kebetulan sedang mengalami cinta yang benar-benar miliknya sendiri. Perasaan pertama selalu membekas dalam hati, di mana dan sedang bertarung sengit. Andai saja tidak ada perempuan lain di sisi Kaisar, mungkin dia akan meninggalkan segalanya untuk ikut dengannya. Namun masalahnya justru bukan itu - Kaisar sama sekali tidak memiliki perasaan padanya, inilah yang paling menyakitkan bagi Sang .
Setelah sekian lama bersama, masakan benar-benar tidak ada sedikit pun ? Haruskah berpisah begitu saja?
Beberapa hari terakhir, Jingyue selalu mengingat kenangan indah masa lalu. Saat itu meskipun Kaisar dingin, tapi selalu ada di sisinya. Sesekali senyuman samarnya bagai musim semi yang mekar. Kini meski Kaisar semakin ber, namun juga semakin menjauh darinya. Mana yang lebih baik? Dia sendiri tak bisa menjawab.
Ayahnya sudah melarangnya untuk tidak lagi Baron Rio dan Kaisar. Rupanya keputusan sudah dibuat. Apapun latar belakang Kaisar, kehadirannya memang membantu menyelesaikan besar bagi . Sang Adipati pun memaafkan hal ini. Sedangkan antara Jingyue dengan keduanya harus berakhir di sini. Orang-orang yang garis nya seharusnya tidak bersinggungan, pada akhirnya harus berpisah.
Hari-hari ini Jingyue mengurung diri di kamar. Dia tidak ingin keluar, juga tidak punya mood untuk keluar. Begitu keluar, dia takut tak bisa mengendalikan diri. Luo Lin menemani dengan diam, memandangi saudari perempuannya dengan perasaan sama pedihnya. Satu-satunya hal di dunia tanpa benar salah adalah cinta, ini bukan soal pengorbanan lalu bisa didapat.
Tapi dia tetap memutuskan melakukan sesuatu untuk Jingyue, meski hanya sebagai seorang perempuan.
Yang dicari Luo Lin bukan Kaisar, melainkan ahli sihir misterius itu. Setelah mudah layu seperti bunga yang hanya mekar sekali, sang ahli sihir kembali menyembunyikan kecantikannya. Tapi para bangsawan masih sesekali membicarakan kecantikan yang menggoncang dunia itu. Pantas saja Kaisar begitu terpukau, bahkan perempuan pun takluk pada daya tarik Clarisse.
Elina agak heran dengan undangan Luo Lin, tapi tetap pergi. Samar-samar merasakan sesuatu, di tempat kecil yang elegan dan tenang.
Luo Lin tak berkedip memandangi Elina, akhirnya tak kuasa berkomentar: "Kecantikan Nona Elina sudah mencapai puncaknya, pantas dia meremehkan kami."
Luo Lin sangat langsung. Menurutnya sudah sampai tahap ini tak perlu lagi menyembunyikan. Dalam hati dia juga butuh curhat, meski identitas Elina kurang cocok, tapi objek yang bagus.
Elina tersenyum halus, "Kamu salah."
"Aku salah?" Luo Lin terkejut, tak paham maksud Elina.
"Dia mencintaiku bukan hanya karena kecantikanku. Di antara wanita yang menyukainya dan rela berkorban untuknya, ada yang lebih cantik, lebih pintar, dan lebih memikat dariku. Semua ini karena dia adalah Kaisar."
Luo Lin agak setengah mengerti, namun masih meragukan kalimat tertentu, "...Bagaimana mungkin di dunia ini ada wanita yang lebih cantik darimu? Cheng Xiang pun tak bisa menandingimu."
Elina teringat pada Clarisse, putri kecil klan putri duyung yang mungkin merupakan perempuan tercantik di dunia. Kesetiaannya yang membabi buta membuat haru, kadang Kakak Kedua memang terkesan keras hati. Di satu sisi, ia bersyukur dialah yang pertama bertemu Kaisar - kisah pelarian sang putri justru menghadiahkannya cinta.
Elina menggelengkan kepala tanpa memberi penjelasan, memang tak perlu dijelaskan, "Ada keperluan apa kau mencariku?"
Dari interaksi jarak dekat dan percakapan ini, Luo Lin menyadari wanita ini sama sekali bukan sekadar pengawal ahli sihir... Keanggunannya begitu mencolok, aura keputrihan yang terpancar seolah telah terpahat oleh sejarah, meski bersikap ramah namun tetap memancarkan kemuliaan sejati.
"...Kondisi Putri Jingyue sangat memprihatinkan. Menurutku mungkin dia perlu menemui sang putri... Aku tidak bermaksud lain, hanya ingin menyemangatinya."
"Boleh saja." Jawaban Elina begitu spontan hingga membuat Luo Lin terkejut, "Kami minta maaf telah menyebabkan banyak masalah. Apa pun yang bisa kami lakukan pasti akan kami penuhi."
Hati Elina jauh lebih lembut dibanding Kaisar, dan lebih mampu memahami orang lain. Hal inilah yang disukai Kaisar - menjadi pribadi yang peka perasaan bukanlah hal mudah.
Dialog singkat itu berakhir. Elina berdiri untuk berpamitan. Saat hampir mencapai pintu, Rolin tiba-tiba bertanya, "Sebenarnya kalian ini siapa?"
Elina menoleh sambil tersenyum manis: "Mungkin tak lama lagi, seluruh Maya akan bergetar ketakutan karena dirinya. Untuk saat ini, kami hanyalah pengembara."
Wajahnya yang memesona itu terselubung jubah magic setelah mengucapkan kata-kata mengguncang itu.
Rolin mengulangi perkataan Elina dengan setengah mengerti. Hatinya terasa sedikit perih, sensasi aneh yang mungkin merupakan campuran kepedihan dan harapan. Manusia bisa terus hidup karena selalu ada harapan baru dalam kehidupan, dan manusia tak pernah berhenti mencari harapan.
