Kaisar terus-menerus menciptakan legenda tingkat okupansi akademi. Tanpa alasan lain, hanya karena reputasinya saja sudah ada banyak pelajar yang ingin menghadiri kuliahnya, termasuk pelajar dari akademi sihir... Tentu ini murni bentuk kekaguman pribadi.
Kini ketika direnungkan, orang mungkin bisa memahami hubungan akrab antara Kepala Sekolah dengan Kaisar. Konon di antara master tingkat tertinggi terdapat kerja tim misterius, hanya prajurit Saint Domain dan Magister Sihir yang memenuhi kualifikasi untuk berkomunikasi. Kabarnya Kepala Sekolah juga ahli tingkat tinggi, tapi tak ada yang pernah menyaksikannya. Rupanya orang tua ini tidak sederhana.
Kelas Kaisar sepenuhnya dipindahkan ke lapangan latihan, ini juga atas alasan keamanan publik sekaligus meredakan kemarahan siswa lain, akhirnya semua puas. Sejujurnya materi yang diajarkan Kaisar kebanyakan adalah teori Yang Jingyi, ditambah beberapa yang dipelajari buru-buru di perpustakaan. Hanya saja setelah melalui otaknya, dia memilih hal-hal yang lebih berguna.
Latihan wajib di setiap kelas adalah konsumsi qi tempur. Menurut Kaisar, jurus sehebat apapun tanpa dasar qi tempur intensif hanyalah pertunjukan kosong. Diam-diam Kaisar mengamati, hanya seperempat siswa yang benar-benar menguras qi mereka setiap kali. Jujur saja, rasa asam dan pegal setelah qi terkuras habis sangat tidak nyaman. Semakin dalam level qi, sensasinya semakin kuat setelah terkuras. Tapi cara ini masih lebih baik daripada metode main nyawa. Banyak siswa yang bertahan merasakan peningkatan qi mereka, beberapa yang berbakat bahkan naik level. Ini semakin mengukuhkan legenda Kaisar.
Latihan kali ini berakhir seperti biasa, tapi para siswa tidak bubar malah semakin banyak berkumpul. Jelas ada sesuatu yang akan terjadi. Kaisar sudah mengantisipasi ini. Setelah satu minggu tenang, dia sudah familiar dengan sekolah ini. Kaum muda itu sombong, dia sendiri juga masih muda. Jika ada orang seperti ini di Akademi Karang, pasti sudah segera dia tantang.
Dibandingkan, manusia memang lebih konservatif. Mereka membuatnya menunggu seminggu. Seorang pemuda yang dikelilingi banyak orang menghampiri Kaisar.
“Guru Kaisar, halo! Saya Rijkaard, ingin meminta petunjuk beberapa jurus dari Anda.”
Pemuda itu menatap Kaisar tanpa berkedip, pandangannya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut malah dipenuhi antusiasme yang luar biasa. Ekspresi seperti ini sangat disukai Kaisar.
Rijkaard juga mengamati guru legenda ini. Begitu kembali ke sekolah, dia langsung mendengar kabar tentang guru yang telah mencapai Saint Domain. Tak disangka guru ini memang muda seperti cerita rakyat, bahkan beberapa tahun lebih muda darinya.
“Astaga, senior benar-benar kembali! Apakah dia sudah menyelesaikan latihan di tempat kematian rahasia?”
“Katanya baru kembali. Senior jauh lebih hebat daripada guru, penasaran apakah dia bisa menjadi lawan Guru Kaisar!”
“Omong kosong! Sehebat apapun dia tak mungkin mencapai tingkat Saint Domain. Mana mungkin bisa menyaingi Guru Kaisar.”
“Belum tentu. Senior Rijkaard sudah berpengalaman dalam puluhan pertempuran. Meski belum masuk Saint Domain mungkin sudah mendekati. Ditambah latihan di tempat rahasia level A ini, pasti kemampuannya meningkat drastis.”
“Menurutku ini akan seru. Senior adalah Bintang Eiffel, salah satu dari Sepuluh Bintang Baru yang diakui Maya! Waktu menantang Jawara Pedang Anumenon pun hanya kalah tipis!”
“Aduh, ini benar-benar tontonan spektakuler! Untung tidak pergi.”
Ratusan pelajar menatap tajam ke arah Kaisar. Bagaimana reaksi guru menghadapi tantangan murid? Sejak demonstrasi di kelas pertama, Guru Kaisar selalu bersikap rendah hati.
"Saat ini, Kepala Sekolah sedang menikmati teh sore dengan santai. Belakangan ini, berkat anak ini Kaisar, dia mendapat banyak keuntungan. Si tua Markus akhirnya bisa mengenal beberapa orang yang benar-benar kompeten."
"Ke-Kepala Sekolah, tidak baik! Rijkaard sudah kembali."
"Sudah kembali? Bagus, anak ini hebat. Bisa selamat keluar dari tempat rahasia level A tanpa kehilangan tangan atau kaki?"
"Kepala Sekolah, tolong serius! Sekarang dia sedang menantang Guru Kaisar!" kata guru itu dengan panik.
"Tantangan? Bagus... Katamu lawan siapa?"
"Lawan Guru Kaisar!"
"Goblok, si bangsat kecil ini, benar-benar tidak tahu diri... Mau main sandiwara bagus begini tidak bilang duluan. Cepat, ambil bangku cadanganku! Aku duluan kejar posisi bagus."
Setelah berkata begitu, dia melesat keluar seperti kilat. Guru yang tertinggal hanya bisa terdiam konyol beberapa saat sebelum mengangkat kursi Kepala Sekolah dan ikut berlari.
Bukan cuma Kepala Sekolah, guru-guru lain juga sudah berdatangan lebih antusias dari murid. Mereka menggunakan hak istimewa guru untuk merebut posisi depan. Yang Jingyi juga ada di sana. Berbeda dengan guru wanita cantik, para murid langsung membuka jalan untuknya.
Rijkaard menyambut Yang Jingyi dengan senyum cerah, "Guru Yang, aku sudah kembali."
Yang Jingyi memandangi Rijkaard sambil mengangguk puas. Ini salah satu murid favoritnya yang tidak hanya fokus pada latihan pribadi, tapi juga sangat serius dengan mata pelajaran taktik. Bakat pemimpin sejati.
"Kudengar kau menantang Guru Kaisar?"
“Seharusnya meminta Guru Kaisar untuk membimbing, hanya tidak menyangka Guru Kaisar masih sangat muda.”
“Kamu juga tidak tua. Kalau mau bertarung, lakukan dengan serius. Jangan mempermalukan diri, paham?”
“Siap, Guru!”
Setelah berkata demikian, ia menatap Kaisar. “Guru, lalu apa?”
“Tidak masalah. Tapi kita perlu pindah ke tempat yang lebih luas.” Kaisar sendiri juga sudah gatal tangan belakangan ini. Orang ini cukup baik, ternyata ahli-ahli muda di kalangan manusia juga tidak sedikit. Matanya terus mengamati orang-orang di kampus, ada belasan yang cukup berbakat. Dan yang di depannya ini jelas yang terbaik di antara mereka. Dia menyukai orang yang berani dan tegas.
“Semua mengikuti arahan Guru.”
“Minggir! Minggir! Yang Mulia Kepala Sekolah memerintahkan semua pindah ke Lapangan Latihan Besar No.10. Beliau sudah menunggu di sana!” Seorang guru berteriak hingga urat lehernya menegang.
Begitu kabar tersiar, kerumunan orang langsung berhamburan menuju Lapangan Latihan No.10. Para pelajar di kampus berduyun-duyun mengalir ke sana. Berita besar! Rijkaard, ahli terbaik Akademi Fürth yang baru kembali dari latihan, menantang Guru Kaisar. Selama ini ahli-ahli lain di akademi juga merencanakan tantangan, namun belum yakin akan kemenangan. Begitu Rijkaard kembali, langsung mengambil tindakan tegas. Meski banyak yang tidak menerima posisinya, tapi keberaniannya saja sudah membuatnya unggul.
“Lapangan Latihan Nomor 10 Akademi Aifei dipadati ribuan orang, dalam sekejap menjadi tak bisa bergerak. Guru Yang tak lupa menyemangati Rijkaard, "Semangat, jangan terlalu kaku. Meski dia mencapai level Saint Domain, pengalaman bertarungnya mungkin jauh di bawahmu. Walau tak tahu metode apa yang digunakannya masuk Saint Domain, kukira ini pasti semacam keajaiban. Peningkatan instan seperti ini belum tentu langsung terlihat di hasil akhir. Gunakan otakmu!"
Rijkaard tersenyum cerah: "Dorongan Guru sangat membantu, sekarang seluruh tubuhku dipenuhi kekuatan!"
"Ayo, beri dia pelajaran!" Yang Jingyi juga antusias mengepalkan tinjunya kecil.
Rijkaard berjalan ke tengah arena, perlahan menghunus pedang panjangnya. "Mohon bimbingan Guru!"
Kaisar menyilangkan kedua tangan di punggung tanpa basa-basi. Rijkaard menarik pedangnya membentuk formasi serang lurus, qi perak menyembur ke langit.
"Astaga! Qi perak level 12! Keren banget! Setelah kembali dari tempat rahasia, qi tempurnya naik dua level. Sekarang dia pasti ahli terbaik di akademi kita!"
"Iya, kupikir senior jadi lebih tenang. Ada aura pembunuh yang tak terlihat!"
Rijkaard menatap Kaisar seperti elang. Dia memiliki pengalaman melawan ahli Saint Domain, jadi tidak cemas. Namun Kaisar yang menyilangkan tangan dengan senyum tenang itu, meski terlihat santai, memberi kesan sulit diserang. Aura yang dilepaskannya menyebar namun menghilang di jarak tertentu. Hatinya bergetar - bahkan saat menghadapi Anumenon pun tak pernah merasa sepasif ini. Secara logika, kemampuannya telah meningkat seharusnya lebih yakin menang.
Saat ini tak boleh ragu. Harus mempertahankan ritme permainan. Dengan mengerahkan seluruh tenaga, Rijkaard berubah menjadi garis lurus yang menusuk Kaisar! Serangan lurus tanpa hiasan di jarak terdekat!
Qi Tempur Laut Kaisar segera membentuk pertahanan. Kecepatan orang itu memang luar biasa. Dari caranya bergerak terlihat pengalaman bertarung yang kaya dan pemikiran taktis. Pembunuhan Nol - pernah dia baca di buku sebagai pembuka permainan yang mengoptimalkan kemampuan manusia.
Saat...
Kaisar langsung menyerang dengan jari Bakuretsu ke ujung pedang. Dua lapis tenaga tak membuahkan hasil. Pedang biasa pasti hancur, namun pedang lawan tak hanya bertahan tapi juga menetralisir sebagian besar tenaga ganda. Menarik! Tak kalah dengan senjata suci klan laut.
“Guncangan dalam hati Rijkaard jauh lebih besar dibanding Kaisar. Senjata suci di tangannya ternyata benar-benar dihadapi lawan dengan tangan kosong, bahkan tanpa luka sedikitpun. Tapi di tengah pertarungan, tak ada waktu untuk berpikir panjang. Satu jurus gagal, serangan beruntun yang tajam langsung dilancarkan secara serbaguna. Ini bukanlah pengetahuan yang bisa dipelajari dari buku, melainkan jurus-jurus yang dipahami saat bertarung melawan monster, dirangkum sendiri melalui pengalaman.
Ahli Saint Domain? Sulit membayangkan bagaimana dia berlatih. Tapi soal pengalaman bertarung, dia tak kalah dari siapa pun!”
Pandangan Rijkaard yang keras kepala dan penuh percaya diri menular ke Kaisar. Lawan yang bagus.
“Ah, Guru Zhebie juga datang. Silakan duduk.”
Seorang guru segera menarik Zhebie masuk. Zhebie belakangan juga populer, tingkat okupansi kelas pasukan pemanahnya melonjak tajam, meski masih tertutupi kecemerlangan Kaisar.
“Guru Zhebie, ini teman sekelas kita Rijkaard, kebanggaan akademi kami. Guru Kaisar jangan sampai terjungkal di selokan ya.” Yang Jingyi tertawa, jelas sangat yakin pada muridnya.
“Zhebie tersenyum tipis tanpa bicara. Mengalahkan orang seperti Kaisar masih jauh panggang dari api. Semakin kita mengenal Kaisar, semakin kita merasakan betapa menakutkannya dia. Bakatnya tak tertandingi. Biasanya orang berbakat kurang dalam kerja keras, tapi perjuangan Kaisar sejak kecil jauh melebihi orang biasa. Kita semua tahu, orang biasa mungkin sudah mati berkali-kali dalam situasi seperti itu. Daya tahannya terhadap penderitaan melampaui manusia biasa. Seorang genius yang lebih gigih dari orang biasa - itulah yang paling menakutkan. Wawasan strategisnya juga tak tertandingi. Kaisar saat ini belum mencapai puncak kengeriannya. Hanya waktu yang bisa mengalahkannya. Dalam 3-5 tahun, Kaisar akan tak terkalahkan di Maya. Para Magister Sihir atau Jawara Pedang pasti bukan lawannya.”
Potensi yang menakutkan sampai tingkat ekstrem!
Mengalahkannya?
Sungguh lelucon.
Meski Zhebie diam, ekspresinya sudah menjawab. Ini membuat Yang Jingyi kesal. "Guru Zhebie, jangan tersinggung. Entah bagaimana dia bisa mencapai Saint Domain, tapi kekuatan saja tak cukup. Pengalaman dan reaksi di lapangan juga penting. Ini yang selalu kami tekankan ke pelajar."
"Guru Yang."
"Hmm?"
"Tolong perhatikan pertandingannya."
Zhebie tak suka berdebat dengan akademisi naif seperti ini.
Pertarungan di arena telah mencapai intensitas sepersekian detik. Rijkaard memaksimalkan keunggulan senjatanya. Ia tak percaya tubuh biologis bisa bertahan lama.
Kaisar tidak puas dengan sikap pelajar ini. Apakah dia hanya ingin mengandalkan keunggulan senjata untuk mengalahkannya? Sepertinya perlu memberi sedikit tekanan.
Keahlian Rijkaard adalah pedang cepat yang mengejar kecepatan ekstrem. Kilatan pedang tak terhitung mengelilingi Kaisar. Di mata orang biasa, posisi Kaisar terlihat genting. Tapi bagi Zhebie dan kawan-kawan, dia hanya menunggu orang itu mengeluarkan jurus. Sayangnya Rijkaard tidak peka situasi.
Seberkas sinar pedang menyambar leher Kaisar. Benar-benar ahli terlatih, serangannya lebih mematikan dibanding pelajar. Cepat, tepat, mematikan - mungkin ini prinsip ilmu pedangnya.
Sayangnya, justru inilah bidang keahlian Kaisar, dan penguasaannya jauh lebih tinggi.
Kaisar hanya sedikit menolehkan badan. Pedang panjang menyentuh lehernya. Tapi Rijkaard tak berhenti. Tangannya berputar ajaib menggenggam terbalik, lalu berubah menjadi gaya cambukan samping. Jika kekuatan penuh digunakan, kepala dan tubuh Kaisar akan terpisah.
"Lihatlah, ini..." kata Yang Jingyi terhenti di tengah. Pedang Rijkaard sudah terjepit tangan Kaisar. Qi tempur Rijkaard bergejolak, tapi pedangnya terkunci mati. Segala upaya tak bisa melepaskannya. Baru saat itu para pelajar penonton sadar - Kaisar tak pernah bergerak dari tempatnya. Yang bergerak cepat hanya Rijkaard sendiri.
Kaisar tersenyum tipis, Bodongong mengguncang keras, Rijkaard merasakan kekuatan dahsyat mengalir, tubuhnya terlempar ke belakang.
"Perlihatkan hasil latihanmu kepada semua orang!"
Dia sedikit berkesan seperti guru, orang ini baik, memiliki potensi.
