Karena terus mengalami kegagalan dalam serangan berturut-turut, semangat Zhebie langsung kalah. Berbagai teknik memanah terus dilancarkannya, namun langsung kelihatan kalah telak di hadapan Coppfield yang merupakan ahli pasukan pemanah.
Melihat Zhebie yang menyerangnya, Coppfield tersenyum kecut. Rupanya ini pemuda yang sangat percaya diri akan kelincahannya. Tapi apakah dia meremehkanku?
Di bawah sorotan mata semua orang, mereka mempertunjukkan duel panah dalam jarak sangat dekat. Serangan balasan kilat yang nyaris tanpa celah. Jika berdiam di posisi yang sama sesaat saja... bukan sekadar diam, bahkan jika hanya berhenti sejenak, panah akan langsung menembus jantung. Di jarak sedekat itu mustahil menghindar.
Memang Zhebie sangat yakin dengan refleks jarak dekatnya, bahkan saat menghadapi Prajurit Naga pun dia tak gentar.
Ini benar, tapi David Coppfield jauh lebih kuat daripada Roye!
Sebagai Dewa Panah, mustahil pengetahuan David Coppfield tentang pemanah lebih buruk dari Zhebie.
Gerakan meluncur Zhebie tiba-tiba melambat. Sebuah panah cahaya sudah tak bisa dihindari. Meski berhasil menghindari titik vital, dalam serangan sesak ini luka sekecil apapun bisa mematikan.
Caesar dan yang lain sama sekali tak khawatir. Sekalipun Caesar mungkin ceroboh, situasi seperti ini takkan terjadi pada Zhebie. Zhebie adalah orang yang kejam bahkan pada dirinya sendiri, mana mungkin melakukan kesalahan di saat genting begini.
Ini adalah satu-satunya cara bagi Zhebie. Orang itu ternyata lebih tenang dan berpengalaman dari yang dia duga. Tapi bahkan orang paling tenang sekalipun akan merasa antusias saat serangannya berhasil. Cukup dengan sedikit kesempatan, itu sudah cukup baginya.
Benar saja, dalam sekejap mata anak panah sudah menembus kulit Zhebie, meninggalkan garis merah. David Copperfield tentu tak akan melewatkan kesempatan jelas seperti ini. Dengan panah berat ini, nyawa kecil Zhebie bisa tamat.
Bahkan Dewa Panah sekalipun membutuhkan waktu lebih lama saat meluncurkan panah berat. Saat itu, otot Zhebie tiba-tiba bergetar aneh, membuat kulitnya licin seperti kulit ular. Panah itu hanya menggores garis merah lalu meleset.
Gerakan tubuh sama sekali tidak mengganggu serangan Zhebie. Ini adalah kemampuan menggerakkan bagian tubuh tertentu yang tidak dimiliki manusia, tapi ada pada beberapa klan laut tertentu.
Syuut syuut...
Zhebie menggunakan panah penusuk jantung yang mengutamakan kecepatan, jangan beri kesempatan pada lawan!
Tapi perubahan aneh terjadi. David Copperfield yang sedang bersiap seolah sudah tahu rencana Zhebie. Posisi panah berat hanyalah tipuan, seolah dia tahu serangan itu tak akan mempan. Saat Zhebie bergerak, tubuhnya sudah berpindah posisi, menghindari serangan lalu membalas dengan tiga panah cepat.
Zhebie kewalahan dan terkena serangan diam-diam. Berkat sistem klan pengabdi jalan, ototnya terus bergetar membuat tiga panah itu hanya menyebabkan luka luar. Tapi dia sadar, trik kecilnya sudah terbaca semua.
Bayangan manusia tiba-tiba terpisah.
"Kecuali Zhebie yang mendapat sedikit luka, keduanya tampak tidak apa-apa. Melihat dinding batu raksasa di sekeliling yang sudah bolong-bolong akibat panah 'cepat ringan' mereka... Jika ini mengenai orang biasa, sembilan nyawa pun sudah habis! Tak ada yang berani meremehkan panah cepat mereka - kekuatan yang bisa membunuh prajurit perak level 10 dalam hitungan detik, ini bukan main-main!"
Dibandingkan dengan ekspresi serius Zhebie yang tetap sama, David Copperfield justru terlihat santai. Namun di balik kenyamanannya terselip sedikit kekecewaan. "Pemuda ini memang punya keunikan, sayangnya dia berhadapan dengan David Copperfield. Sebagai Dewa Panah, aku tetap merasa ini tidak menantang."
Banyak ahli yang hadir menyadari Zhebie memang jenius panah langka. Dengan waktu yang cukup, bukan tidak mungkin dia menyusul David. Tapi dia terlalu terburu-buru. Dunia nyata kejam - ketergesaan bisa menghapus kesempatan masa depan. Copperfield sebenarnya memberi kesempatan, sayangnya dia menyerah.
Styralia, Lucio, Anumenon dan lainnya menggelengkan kepala. Rasa penyesalan mereka jelas terlihat. Sungguh disayangkan bakat seperti ini.
"Kepala, Zhebie belum kalah. Menurutmu berapa persen peluang menangnya?"
Seperti Kao yang kemampuan penglihatannya sudah cukup baik, kekhawatirannya pun jelas terlihat. Belum pernah ada pemanah yang bisa melakukan serangan balik seperti Zhebie sambil menguasai posisi atas.
Sayangnya dia masih belum memahami esensi, inilah kesenjangan kemampuan. Jalan menuju Saint Domain seolah di depan mata, tetapi mereka yang belum masuk tetap tidak bisa.
Kondisi Diddy dan Kao hampir sama, Bati lebih buruk. Di mata mereka, Zhebie masih memiliki peluang menang.
Tapi hati Kaisar hampir tenggelam ke lembah kekalahan. Dia tahu peluang Zhebie kurang dari 1%, hampir nol. Orang itu sampai sekarang belum menggunakan kemampuan penuh, sementara Zhebie sudah mengeluarkan 80-90% kemampuannya. Yang paling menakutkannya, orang itu benar-benar bisa membaca maksud Zhebie - inilah yang paling berbahaya, menghancurkan kesempatan kemenangan tak terduga Zhebie.
Yang terlibat bingung, yang menonton jelas.
Ini pertama kalinya Kaisar tidak menjawab Kao. Hati Kao juga tenggelam ke lembah kekalahan. Mereka 100% percaya pada insting Kaisar, tapi untuk pertama kalinya, Kao berharap Kaisar salah. Semua terdiam.
Di tengah lapangan, Zhebie pertama kali merasakan ketidakberdayaan. Lawan sebelumnya bukan pasukan pemanah seprofesi, pengalamannya nol. Tapi David Copperfield berbeda - sejak muda sudah menantang berbagai profesi: prajurit, penyihir, hingga pemanah. Sekarang di masa keemasannya, bukan hanya Zhebie, jika benar-benar meledak, membunuh Jian Sheng mungkin berlebihan, tapi menghabisi pemula Saint Domain bukan tidak mungkin.
“Tunjukkan semua jurus andalanmu. Kalau tidak, panah suci di tanganmu ini akan punah.” David Copperfield berkata dengan tenang.
Bahkan muncul sedikit penyesalan dalam hatinya. Andai saja dia memberi Zhebie waktu dua tahun lagi. Sekarang hanya ada satu pilihan: membunuhnya. Seorang yang terjepit total takkan punya masa depan yang menjanjikan.
Zhebie tidak berdebat. Anak panah emas Monaro Bakuretsu berpencar menghujani lawan. Mayoritas adalah ilusi, diselipi beberapa serangan nyata. Namun Copperfield hanya memicingkan mata sedikit. Bagi pemanah level ini, penglihatan penting, namun insting juga tak kalah vital.
Panah Surya melesat bertubi-tubi. Copperfield bahkan tak repot menghindar. Setiap serangan ditangkis dengan sempurna, memperlihatkan keyakinan mutlak pada kemampuannya.
Untuk pertama kalinya, keraguan menyelinap di hati Zhebie. Sejujurnya, tantangan ini terlalu gegabah. Di klan laut mungkin tak ada tandingan, tapi jangan pernah meremehkan pahlawan dunia manusia. Sejarah pemanah manusia jauh lebih panjang daripada klan laut. Ahli sejati yang terlahir dari tradisi panjang ini mustahil dipandang sebelah mata.
David Copperfield mewakili puncak seni memanah umat manusia. Jika dia bisa dikalahkan dengan mudah, berarti manusia memang tak berdaya.
Anak panah beku Zhebie memberi kejutan kecil pada Copperfield. Sayangnya, tak mampu menimbulkan kerusakan berarti. Seluruh serangan Zhebie gagal menyentuhnya. Lebih fatal lagi: pola serangannya sudah terbaca seluruhnya.
Anak panah hawa beku, anak panah penusuk jantung, anak panah Bakuretsu, anak panah induk-anak, berbagai jurus campuran telah digunakan semua, namun tidak ada yang bisa melukai orang itu. Bahkan Zhebie menyadari ancamannya semakin berkurang - lawan sedang memahami dirinya. Ini mematikan bagi pemanah, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.
Busur Bakuretsu Monaluo memang luar biasa. Selama ini kesuksesan Zhebie tak lepas dari kontribusinya. Tapi Panah Surya Copphale sama sekali tidak kalah, bahkan dalam beberapa aspek lebih unggul dari Busur Bakuretsu Monaluo.
Zhebie telah kehilangan semua modal untuk melawan.
Copphale yang sudah kehilangan minat akhirnya menunjukkan kemampuan sebenarnya. Dalam hal kecepatan murni dan kekuatan, Panah Surya memang lebih unggul dari Busur Bakuretsu. Anak panah emas beruntun melesat, meledakkan panah Zhebie namun tetap melanjutkan gerakannya.
Memanfaatkan kesempatan ini, teknik andalan David Copperfield yang membuatnya terkenal akhirnya muncul.
Copphale menghilang dari permukaan tanah, muncul di udara. Menghadapi mentari terik, Panah Surya memancarkan kilau menyilaukan bagai matahari. Bahkan Zhebie dan penonton di tribun bawah tanah tidak bisa melihat apa-apa, hanya orang Kerajaan Ottoman yang bereaksi cukup cepat.
Mata yang silau akan mengganggu otak, memperlambat keputusan. Berpengalaman, Zhebie langsung bergerak - diam di tempat berarti menunggu maut. Tapi David Copphale sama sekali tidak peduli dengan pergerakannya.
Itu adalah anak panah yang terbuat dari kristal iblis murni, kekuatan emas yang pekat memancar ribuan meter, sebesar panah dewa. David Copperfield mengaum dengan kemarahan lalu melepaskannya dengan dahsyat.
——Panah Penentuan Langit Houyi Yang Gemilang!
(Houyi, pemanah legendaris dalam mitologi manusia yang dikatakan telah mencapai level Dewa Panah, pahlawan tragis yang bunuh diri setelah dicampakkan oleh wanita yang dicintainya)
Kekuatan panah ini setara mantra terlarang, tapi kecepatannya jauh melampaui mantra terlarang. Jangkauan daya hancurnya juga pasti tepat sasaran. Ini adalah salah satu teknik andalan Copperfield yang membuatnya terkenal.
Teknik Bertarung Tanpa Diskriminasi!
Tanpa kemampuan ini, mana mungkin ia menjadi Dewa Panah? Ahli Saint Domain biasa pun bisa dengan mudah mengalahkannya.
Orang-orang hanya melihat kilauan emas, disusul dentuman menggegerkan yang membuat seluruh permukaan tanah meledak. Gelombang energi berbentuk setengah bola meledak, angin puyuh menyapu hampir menerbangkan penonton.
Permukaan keras arena pertarungan kini memiliki cekungan raksasa. Copperfield mendarat dengan anggun seolah tak terjadi apa-apa.
Pendukung Cagliari tercekat. Inilah kekuatan Dewa Panah - kekuatan absolut adalah tangan iblis penghancur keajaiban. Meski sedikit yang percaya Zhebie akan menang, saat pertandingan sesungguhnya, semua tetap berharap dia bisa berjuang keras untuk Cagliari.
Tapi David Copperfield tidak berniat meninggalkan arena gladiator, Panah Surya masih menggenggam di tangan, tiba-tiba beberapa cahaya putih menembus tanah langsung mengarah ke Copperfield. Dewa Panah dengan tenang menembak habis semua anak panah yang mendekat.
Zhebie merangkak keluar dari tumpukan batu dan tanah, seluruh tubuh berlumuran darah, fisiknya juga sedikit goyah. Satu-satunya yang tetap tenang adalah pandangannya. Jika bukan karena fisik klan pengabdi jalan ditambah penghindaran tepat waktu, nyawa kecilnya pasti sudah melayang.
Copperfield mengangguk puas. Bisa bertahan dari jurusnya patut dibanggakan. Tapi semakin besar harapan, semakin dalam kekecewaan. Dia tetap belum membawa sesuatu yang lebih.
Zhebie merasakan tangannya gemetar, tak bisa menahan senyum kecut. "Guru... Muridmu sepertinya akan menyusul jalan kalian." Dia manusia biasa, bukan baja. Tekanan dari orang itu terlalu besar, semuanya terbaca jelas. Bagaimana pertarungan ini bisa dilanjutkan?
Melihat Zhebie yang terlihat bingung, Kao tak tahan. Tak peduli ini tempat kerajaan mana, dia langsung melompat sambil mengibas-ngibaskan kapak di tangannya, berteriak keras: "Zhebie! Habisi orang tua itu! Gue traktir minuman, mau berapa pun!"
Orang-orang Ottoman langsung melotot marah. Andai ini bukan Cagliari, perkataan Kao pasti sudah membuatnya dipenggal. Kao sama sekali tak peduli: "Liat apa? Tidak menerima? Nanti kita berduel satu lawan satu, gue temani!"
Pasukan Ottoman awalnya ingin terus mencaci, tiba-tiba pandangan dingin menyelimuti mereka seperti katak yang diawasi ular. Tapi Lucio hanya tertawa hehe, langsung menetralkan aura intimidasi Kaisar.
"Perdebatan mulut tak ada artinya."
Ucapan Jian Sheng seketika menghentikan keributan tak bermakna itu. Pandangan Kaisar dan Lucio saling berbenturan sepersekian detik, lalu cepat-cepat ditarik kembali. Jelas tak ada yang unggul.
Tapi tujuan Kao telah tercapai. Zhebie mendengar suaranya: Manusia butuh tekad, pertarungan butuh mental. Siapa yang lebih berhasrat, dialah yang punya harapan.
Dewa Panah bukanlah dewa. Dia juga manusia biasa.
Memandang Busur Bakuretsu Monaluo di tangannya, senjata suci pun punya jiwa. Kilau emas terus berpendar, memanggil tuannya, memanggil semangat bertarung sang tuan. Menyerah bukanlah sifat tuannya!
Tempur!
Bagaimana bisa ada pikiran untuk menyerah? Tidak! Hanya mati berkalang tanah, tak ada kata menyerah!
Zhebie meneriakkan sumpah ke langit: Sekalipun mati, haruslah mati dengan kemuliaan! Ini bukan cuma pertarungannya, tapi pertarungan sang Guru, kehormatan pemanang klan laut, dukungan saudara-saudara.
Potensi Zhebie benar-benar terbakar. Hanya dalam situasi hidup-mati, kekuatan terhebat bisa bangkit. Dia telah siap berjuang mati-matian.
Memandang perubahan pada Zhebie, mata David Copperfield memancarkan kilau tajam, senyum dan keseriusan terpancar di wajahnya. Apakah lawan seperti ini baru layak? Bagaimana mungkin pemilik Busur Bakuretsu bisa begitu lemah?
Zhebie mencium busur sakti miliknya dengan khidmat. Mungkin ini terakhir kalinya. Ia berharap dapat mengeluarkan kekuatan terhebatnya. David Copperfield juga menyembunyikan senyumannya. Lawan di hadapannya telah sepenuhnya meledak. Jika lengah, dialah yang akan ambruk. Antusiasme yang belum pernah ada sebelumnya merambat dari dasar hati. Akhirnya ia bisa merasakan sensasi yang pernah dialami gurunya dulu.
Panah Surya juga bergetar penuh semangat, seolah mengingat kenangan masa lalu. Tabrakan sengit itu begitu berkesan baginya.
Keduanya terpisah sepuluh zhang, dengan postur yang identik. Busur Bakuretsu Monaluo dan Panah Surya sama-sama dalam kondisi tarikan penuh. Dentang logam bergema dari kedua busur sakti, pancaran emas dan suara yang sama, bagaikan reuni sukacita atau saling unjuk kekuatan.
Mantra mengalir dari mulut Zhebie. Busur Bakuretsu Monaluo segera bereaksi antusias. Bayangan busur emas raksasa terentang. Dengan penuh kesungguhan, Zhebie memasang anak panah emas miliknya.
Copperfield juga sama sekali tidak berani lengah. Berbeda dengan kemilau Busur Bakuretsu, Panah Surya justru memusatkan cahaya emasnya yang semakin terang, bagaikan matahari kecil yang membara. Semangat kedua petarung terus terkumpul.
Zhebie menggigit giginya erat-erat, kekuatan—sekarang tidak ada lagi trik mewah, siapa yang kekuatan panahnya lebih kuat akan bertahan hidup. Serangan kedua orang ini tidak bisa dihindari, hanya dengan menghancurkan serangan orang itu lah peluang menang.
Kekuatan Panah Surya terus meningkat, sementara kekuatannya sudah mencapai batas. Di saat seperti ini, kemampuan tim sejati Coppelius terungkap. Tubuh Zhebie mulai retak, kekuatan dahsyat telah melampaui kemampuannya. Tapi sekalipun mati, dia ingin mati sebagai pahlawan.
Itu adalah teriakan jiwa yang sunyi. Cahaya Busur Bakuretsu bertambah terang—sudah mencapai batas maksimal.
——Monaro Anak Panah Emas Penghancur Jantung!
——Houyi Anak Panah Pengunci Bumi Berantai!
Dua anak panah emas raksasa dengan bentuk berbeda meluncur, perlahan meninggalkan busur, lalu tiba-tiba muncul di tengah. Gelombang kekuatan meledak, suara menderu yang memekakkan telinga mencabik gendang telinga penonton.
Panah adalah perpaduan kecepatan dan kekuatan—hal yang tidak dimiliki profesi lain. Saat kecepatan mencapai batas, kekuatan yang dihasilkan juga mengerikan. Dan kedua orang ini berhasil melakukannya.
Kao di kejauhan mengayunkan kapaknya, "Dasar sialan! Hasutanku memang sah! Bahkan kekuatan serangannya hampir seimbang!"
Meski penampilan Zhebie buruk rupa, senyuman tipis mengembang di wajahnya. Ini adalah anak panah paling memuaskan yang pernah dia lepaskan hingga saat ini.
Lucio dan yang lainnya juga sangat terkejut, ternyata benar-benar ada pemanah seperti ini. Panah yang baru saja dilepaskan jelas menunjukkan performansi di atas level biasa, bisa dikatakan setara dengan tingkat Saint Domain untuk pemanah. Jika pemuda ini dibiarkan hidup, pasti akan menjadi mimpi buruk bagi yang lain.
Namun tiba-tiba bayangan hitam muncul dari rangkaian panah Houwuyi Lianhuan Dingkun, Zhebie bahkan tidak sempat bereaksi. Panah She-Ri telah menancap di dada kiri Zhebie, bulu terakhirnya pun masuk seluruhnya.
Seketika waktu seakan berhenti. Kaisar dan yang lain tidak percaya dengan apa yang mereka lihat - anak panah itu tertancap di dada Zhebie.
Berapa malam dan siang mereka telah berjuang bersama, melewati bahaya apapun dengan keyakinan bisa bertahan.
Tapi sekarang, sebuah anak panah mematikan tertancap di dada Zhebie.
Ekspresi Kobefil juga menunjukkan penyesalan, tapi tak ada yang bisa lolos dari anak panah pembunuh yang tersembunyi di balik kekuatan dahsyat ini.
Tubuh Zhebie oleng beberapa langkah. Memandang anak panah di dadanya, ia hanya bisa tersenyum kecut. Akhirnya KALAH. Pandangannya mulai gelap, ia akan meninggalkan dunia ini. Tapi betapa ia ingin melihat Kao mengoceh lagi, senyum Diddy, amarah Yisa, wajah bodoh Bati, dan masa depan Kaisar.
Hanya di detik-detik kematian ini ia baru sadar betapa banyak kerinduan yang tersimpan, tapi semuanya kini begitu jauh.
Ia ingin berbalik memandang mereka untuk terakhir kali, tapi yang terlihat hanya kabut. Rupanya bagi seorang yang sekarat, ini pun menjadi keinginan yang mewah.
“Puk... Bruk...”
Tubuh Zhebie ambruk dengan keras.
Kaisar, Kao, Diddy, Bati sama sekali tidak bereaksi.
Kao menjerit aneh sambil mengangkat kapak hendak menerjang, tapi seseorang lebih cepat meninju tengkuknya. Kao langsung ambruk bersama kapaknya. Senyum Diddy akhirnya menghilang - mereka klan laut, bukan manusia, tak peduli etika.
Wajah Kaisar berubah masam, kursi di sampingnya tiba-tiba hancur berantakan. Ia menahan diri, tapi gagal.
“Awasi dia.”
Dibanding Kao yang impulsif, Diddy dan Bati masih lebih terkendali. Kemarahan Kaisar melampaui mereka. Ini pertandingan adil, tapi utang darah ini pasti akan ditagih.
Kekuatan mengalir deras dari tubuh Kaisar. Kematian Zhebie menyulut qi tempurnya berputar kencang, elemen api di sekitarnya mulai mengamuk.
Penonton hening. Kemampuan Zhebie sudah kuat, tapi Coppfield lebih unggul. Hanya pendukung Kerajaan Ottoman yang bersorak.
Markus dan dua muridnya sudah mendekati kota kerajaan. Orang tua itu panik setengah mati: “Goblok! Siapa yang memprovokasi anak itu? Gangguan elemen api sampai terasa di sini! Cepetan, kuda bodoh ini terlalu lambat!”
"Saat ini Kaisar bagaikan badai yang siap meledak kapan saja, para ahli di arena langsung merasakan tekanan, satu per satu memandangi ahli Saint Domain muda ini sambil serentak mengerutkan alis."
"Siluet Kaisar perlahan melayang naik ke tengah arena, Zhebie telah diangkat keluar sementara Copperville kembali ke kursi Ottoman."
"Semoga nanti bisa belajar teknik panahan Anda!"
"Copperville tentu tak mau kalah, dengan santai mengangguk, namun Anumenon jelas tak senang. Perkataan Kaisar jelas-jelas mengabaikannya."
"Energi emas menyembur ke langit, Anumenon pun melayang ke udara. Sementara itu, tim-tim ahli sihir segera mengambil posisi, membentangkan penghalang yang lebih kuat. Pertarungan antar Jawara Pedang bukan main-main."
"Kaisar terus menahan kekuatan yang hampir tak terkendali. Ah, nasib sial Anumenon. Kaisar jarang marah, tapi sekali kemarahannya meledak, konsekuensinya sangat serius!"
