Hujan anak panah makin cepat. Serangan Zhebie semakin ganas namun semakin melenceng. Satu anak panah bahkan melesat lurus ke arah Bisi Wang.
Kapak perang raksasa Bisi Wang langsung muncul di dada. Emas meledak mengeluarkan kilauan emas yang pecah berkeping-keping. Kesalahan seperti ini tak pantas dilakukan Zhebie!
Di lapangan, Zhebie berusaha keras untuk tetap tenang, namun tekanan taktik lawan membuatnya tidak bisa berhenti. Anak panah sihir es terus menembak, jarak antara mereka semakin dekat dan semakin berbahaya.
"Goblok, apa yang dilakukan Zhebie ini, salah total!" Kao ingin berlari keluar lagi, tapi ditekan keras oleh Bati dan Rijkaard di sampingnya. Si tukang impulsif ini benar-benar sulit diatasi.
Secara permukaan, Zhebie menguasai pertarungan, terus memukul lawan. Tapi semua tahu ini adalah puncak kekuatannya. Dia semakin panik, sementara Coppfield hanya menunggu kesempatan pasti menang yang akan segera tiba!
Mata Kaisar menatap tajam kedua pihak yang bertarung. Clarisse gemetar menggenggam lengan Kaisar. Untungnya Putri Ikan Duyung adalah penyihir, tenaganya tidak terlalu besar, kalau tidak lengan Kaisar pasti bengkak.
Panik!
Hal seperti ini seharusnya tidak terjadi pada Zhebie. Jika ini adalah jebakan Zhebie pun tidak mungkin, karena segala sesuatu bisa disamarkan kecuali ritme permainan. Serangan Zhebie terus meningkat, bahkan Kaisar pun tidak bisa sengaja terjebak dalam ritme pasif. Begitu terperangkap, itu akan mematikan. Bisa mengurangi kekuatan jurus untuk mengecoh lawan, tapi tidak mungkin melepaskan kendali ritme. Tidak ada yang bisa!
Bruuum...
Kemampuan memanah penghancur massal yang ditunjukkan Zhebie memang luar biasa. Kekuatan ledakannya meningkat beberapa kali lipat dibanding sebelumnya, bahkan Coppfield terkesima. Kemajuan pemuda ini juga mengerikan. Sayang, mentalnya belum cukup tangguh. Takdir tidak berpihak padanya. Tepat saat dia belum sepenuhnya berkembang, inilah saatnya menghabisi dia!
Bahkan kemampuan yang ditunjukkannya sekarang masih sedikit di bawah batas bawah kemampuan Coppfield.
Mustahil menyembunyikan hal ini dari yang hadir. Hasil akhirnya sudah tidak ada ketegangan lagi.
"Yang Mulia Yasabranka, mohon bersiap-siaplah. Pertarungan hampir berakhir." Tetua menghela napas. Meski Zhebie termasuk kelompok pemberontak, tapi dia tetap bagian dari klan laut. Dalam hati, tetua masih berharap pasukan pemanah klan laut bisa membuktikan diri. Dalam profesi ini, manusia selalu menindas klan laut dengan kejam.
Sayang, semakin besar harapan semakin besar kekecewaan. Tapi tak apa. Selama Busur Bakuretsu Monaluo masih ada, mencari klan pengabdi jalan Fei Shi tinggal masalah waktu.
Siluet Raja Ubur-ubur Yasabranka benar-benar larut dalam udara. Dengan kemampuannya, dia berhasil menghilang. Selama tidak menyerang, hampir tak ada yang bisa mendeteksinya.
Semua tinggal menunggu momen terbaik.
Tapi tidak semua orang menganggap kekalahan Zhebie sebagai kepastian. Kaisar masih percaya pada Zhebie. Dia yakin Zhebie pasti punya rencana tersendiri. Bagi dia dan saudara seperjuangannya, tidak ada yang mustahil!
Masih ada satu lagi yaitu Pangeran Ottoman, pria ini menatap dengan ekspresi datar ke Zhebie dan David Copperfield di lapangan, jangan sampai terjadi kekalahan memalukan di tangan lawan yang dianggap lemah. Meremehkan lawan mana pun biasanya berakhir buruk. Jelas terlihat dari kewaspadaan Pangeran Ottoman, dia sudah menyadari bahwa Copperfield yang saat ini "terlalu yakin diri, merasa sudah mengendalikan permainan" mulai kehilangan sense of crisis. Seorang ahli seharusnya tidak memiliki celah untuk kesalahan atau kecerobohan, tetapi kehilangan kewaspadaan bisa sangat fatal.
Shakespeare di sisi lain sedang asyik melahap makanan. Hanya dia yang bisa tetap makan dalam situasi seperti ini, itu pun sebuah kemampuan yang membuat orang tidak bisa tidak mengakui.
Tapi bahkan makanan tidak bisa membuatnya diam. Dia menempelkan tangan ke mulut membentuk corong, berteriak keras: "Wah serangan Tuan Zhebie sangat tajam! Beberapa taktik lagi dan Anda akan jadi pemanah terbaik di dunia! Semangat! Aku mendukungmu!"
Delegasi dari berbagai negara di dekatnya tertawa kecut, membuat lima pakar Paviliun Chenxiang melirik ke arahnya. Shakespeare langsung mengeluarkan kipas usangnya dan berpose POSE. Bisa menarik perhatian sang dewi juga sebuah keahlian!
Tapi dua orang tidak sependapat. Satu adalah Zhebie, satunya lagi David Copperfield.
Pukulan mematikan Zhebie dengan Anak Panah Emas Penghancur Jantung Monaro ternyata meleset. Di saat yang sama, Panah Surya Coppfield sedang murka. Entah bagaimana, suara serak Shakespeare berhasil menembus medan energi kedua petarung. Coppfield menghentikan serangannya sejenak, lalu terjadi perubahan aneh - mata Zhebie tiba-tiba memancarkan kilau perak yang tidak manusiawi.
Warna perak logam!
Hanya dengan kilatan itu, Coppfield yang berpengalaman langsung waspada. Jurus Maut Panah Penembus Matahari-nya segera diubah menjadi panah cepat.
Syuut...
Kilauan dingin menyambar dekat telinga Coppfield, menyisakan goresan darah. Panah Penembus Matahari-nya meleset, sementara Zhebie melangkah besar mendekatinya.
Hanya karena ketenangan Zhebie-lah dia tidak langsung mencaci. Shakespeare sialan itu telah merusak seluruh strategi yang telah dipersiapkannya lama!
Zhebie sebenarnya yakin bisa mengalahkan Coppfield, tapi dia tak ingin memperlihatkan terlalu banyak kemampuan, apalagi di tempat seperti ini. Namun gangguan Shakespeare memaksanya bertarung total. Coppfield sudah mulai curiga.
Syuut syuut syuut syuut...
Rangkaian Panah Penembus Matahari menghujani Zhebie, mencoba menghentikan langkah majunya yang aneh. Menghadapi serangan bertubi-tubi seperti hujan ini, Zhebie pun terpaksa menghindar sebentar.
Panah berhenti.
David Copperfield tidak bisa menahan tawa yang meledak ke langit: "Bagus, bagus, bagus! Gelombang baru menggeser yang lama, hampir saja kalah memalukan. Tapi rencana manusia tak bisa lawan takdir. Kalau kau mau kalahkan aku, tunjukkan kemampuan sejatimu!"
Tawa David Coppfield dipenuhi kemarahan yang mengguncang. Jelas-jelas orang itu meremehkannya!
Ucapan ini membuat para Magister Sihir Jian Sheng terkejut setengah mati. Pangeran Ottoman dan Kaisar secara spontan menoleh ke Shakespeare.
Keduanya sedang meragukan... Apakah si pemilik rumah ini benar-benar bodoh, atau sekadar pura-pura bodoh?
Tapi ekspresi Shakespeare sendiri justru bingung tak karuan, "Lho, kenapa berhenti berkelahi? Padahal sedang mendominasi. Berkelahi tidak perlu menghormati yang lebih tua dan menghargai yang berbakat!"
Semua orang terdiam... Dari mana asal si kelinci ini? Dari mana pun dilihat, wajahnya benar-benar bikin kesel.
Tapi melihat dia sebelumnya punya hubungan dengan Kekaisaran Ottoman, Kerajaan Cagliari, bahkan klan laut, tak ada yang berani macam-macam. Tak seorang pun tahu di pihak mana dia sebenarnya.
Zhebie sama sekali tidak marah, juga tidak tersenyum. Tenang, tenang seperti air. Ketenangan yang membuat merinding. Tawa Coppfield justru menyoroti kegelisahannya.
Bagaimana mungkin pasukan pemanah gelisah?
Tentu saja Coppfield mungkin sengaja melakukannya. Dia juga si rubah tua yang sudah jadi siluman.
Sayangnya, biarkan angin dan hujan menerpa, aku tetap tak tergoyahkan. Inilah tingkat kesadaran Zhebie saat ini.
Coppfield mengerahkan seluruh kekuatannya dengan inisiatif menyerang, kini gilirannya untuk menjepit lawan. Mata perak tadi memberinya pertanda buruk.
Menghadapi hujan panah ganas dari Panah Surya, Zhebie tak membalas serangan. Ia justru melangkah mantap mendekati Coppfield, mata perak-nya kembali menyala dalam-dalam.
Perubahan aneh terjadi!
Seluruh panah menembus tubuh Zhebie bagai hantu, seolah wujudnya tak nyata. Ia terus maju lurus ke arah Coppfield.
Ekspresi Coppfield tak mampu menggambarkan gejolak hatinya. Mustahil! Ia yakin 100% lawannya berwujud nyata, tak mungkin ini hanya bayangan semu akibat kecepatan ekstrim!
Kali ini semua terpana, termasuk kelas kakap seperti Kaisar, Romário, Carasso. Mereka hanya bisa melihat mata perak itu. Saat panah dan tubuh bersentuhan, tak ada yang tahu apa yang terjadi. Jika ingin tahu jawabannya, harus bertarung langsung.
Sebagai Dewa Panah, Zhebie tetap tenang meski dalam situasi sulit. Pengalaman puluhan tahun menyelamatkannya dari maut berkali-kali. Seketika senyum antusias mengembang di wajahnya.
Bukankah ini yang ia dambakan?!
Cahaya emas berpusat di Panah Surya yang mendengung kencang. Inilah jurus pamungks yang pernah mengalahkan Zhebie - Houyi Anak Panah Pengunci Bumi Berantai!
Para ahli sudah merasakan qi dahsyat jurus maut Dewa Panah ini. Raja Yaksa yang berada di garis tembak pun menggeser posisi, menghindari imbas serangan mematikan.
Coppfield tidak terganggu sedikit pun. Satu-satunya yang ada di matanya hanyalah anak panah. Perlahan dia menutup mata. Saat ini dia tak lagi membutuhkan penglihatan. Qi-nya, qi lawan. Dengan cepat, Coppfield mengunci posisi Zhebie. Orang itu masih berjalan lurus mendekatinya dengan tenang.
Panah Surya segera mencapai tarikan penuh yang gemilang. Coppfield bagaikan mentari kecil. Kekuatan Panah Surya dimanfaatkan sempurna. Seorang pemanah kelas atas tak kalah jauh dengan ahli Saint Domain. Serangan penuh kekuatannya bahkan melampaui daya bunuh fokus mantra terlarang.
Hou~Yi~Lian~Huan~Ding~Kun~Jian!
Bruuum...
Cahaya emas meledak. Sebuah panah raksasa berwarna emas seolah hendak membelah ruang, bagai naga emas yang menganga siap menelan Zhebie!
Biarpun lawan mengerti, tetap harus dihancurkan secara telak dan tuntas!
Seorang pemanah membutuhkan kepercayaan diri mutlak saat melepas panah. Coppfield memilikinya!
Panah kedua dari Lianhuan Dingkun Jian-nya bersifat mematikan dan penjejak. Tak peduli bagaimana Zhebie menghindari panah pertama, mustahil lolos dari yang kedua. Kini panah kedua ini telah ditambahkan gaya getar, sama sekali tak memberi kesempatan hidup pada Zhebie!
Tapi tabrakan keras dan penghindaran yang dibayangkan tidak terjadi. Zhebie sepenuhnya mengabaikan serangan orang itu, tetap melangkah maju dengan ritme permainan. Houyi Anak Panah Pengunci Bumi Berantai justru kembali menembus, hanya dalam sekejap mata perak Zhebie telah meledak ke titik beku. Houyi langsung menghantam tribun. Untung otak Yang Mulia Yaksa cukup jernih, kalau tidak jurus ini akan dimakan habis olehnya.
Syuut...
Tusuk...
Baik raja atau ahli sekalipun, ada satu hal yang setara: kematian!
Orang-orang di sekitar bisa dibilang mewakili separuh ahli Terminal Maya, tapi tak ada yang benar-benar melihat apa yang terjadi. Beberapa taktik hanya bisa diketahui kelemahannya saat dialami langsung. Pasukan pemanah juga profesi yang kurang familiar, seolah di benak orang profesi ini hanya melepaskan anak panah diam-diam atau menyerang Legiun Penyihir saat peperangan skala legiun. Satu-satunya yang terkenal hanyalah Dewa Panah Coppfield, tapi di atasnya masih ada Magister Sihir dan Jian Sheng. Coppfield memang kuat, tapi semua tahu dia tak bisa mengalahkan Jian Sheng dan Magister Sihir dalam pertarungan frontal.
Tapi Zhebie mengubah semua pemikiran itu.
Misi penyeberangan aneh itu bagaimana?!
Ini yang sedang dispekulasikan semua orang.
Coppfield memandangi anak panah emas yang menembus dadanya dengan tak percaya. Inikah akhirnya?
"Dia tak pernah menyangka akan ada hari seperti ini. Jelas orang itu belum mengeluarkan senjata pamungkas asli, sementara bahkan langkah anehnya pun tak bisa ditembusnya."
Coppfield menunjukkan senyum kecut di wajahnya. Rasa asam-pahit-manis-pedas dalam senyuman itu mungkin hanya akan dimengerti oleh mereka yang sudah sampai pada waktunya.
Coppfield tak meminta pertolongan medis. Percuma. Orang itu menggunakan anak panah Bakuretsu. Dari luar mungkin tak terlihat apa-apa, tapi bagian internalnya sudah direbut.
Saat itu Zhejie berhenti dua langkah darinya. Mata peraknya perlahan kembali normal, memandang Coppfield dengan tenang.
"Terima kasih."
Ini adalah kalimat pertama yang diucapkan Zhebie dalam beberapa hari terakhir.
"Haha, ha, haha, hmm." Coppfield tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Darah yang terus mengalir dari tenggorokannya membuat Dewa Panah ini terlihat sangat menyedihkan.
Dulu, dia juga pernah menjadi sosok legendaris yang menggegerkan dunia. Begitu perkasa, tapi ketika menghadapi kematian tetap sama rapuhnya.
"Taktik apa ini?!"
"Mata Mikroskopis!"
"Mata Mikroskopis, Mata Mikroskopis! Ha, haha! Kau benar-benar memiliki Mata Mikroskopis!"
Tiba-tiba Dewa Panah Coppfield menitikkan air mata. Zhebie menggunakan nada bicara biasa, sementara suara Coppfield sekarang hanya keluar dari tenggorokan yang rusak - tak terdengar jelas, hanya terlihat sang Dewa Panah ini menangis!
"Karena itu, terima kasih banyak!"
"Baik, baik... Akhirnya mati tanpa penyesalan, tidak..."
Coppfield tersenyum, namun wajahnya basah oleh air mata. Panah Surya berdentam di tanah, tali busur putus berkeping-keping.
Sang Dewa Panah legendaris pun menghembuskan nafas terakhir.
Setiap prajurit, penyihir, pemanah - sehebat apapun dirimu - pasti akan mengalami hari seperti ini.
Zhebie membungkuk khidmat memberi penghormatan kepada Coppfield. Tanpa pria ini, mustahil ada Zhebie yang sekarang. Sejak lolos dari maut waktu itu, potensi klan pengabdi jalan dalam dirinya kembali menyala, mencapai ambang terobosan. Dalam hal pengalaman dan teknik memanah, mungkin Zhebie masih kalah dari kepiawaian Coppfield. Namun inilah pembeda: Zhebie berhasil menembus batas, memasuki dimensi baru para pemanah.
Guru Zhebie sampai akhir hayat tak pernah mencapai tingkat ini, namun beliau meramalkannya. Ia berada di ambang pintu namun tak punya kunci. Meski guru Coppfield berhasil masuk, segalanya sudah terlambat. Sebelum wafat, ia melakukan kesalahan fatal: menjelaskan terlalu rinci tentang Saint Domain pada muridnya. Bakat alam Coppfield yang luar biasa ditambah kerja keras, membuat kemampuannya melesat. Saat memasuki tingkat Saint Domain, hatinya mulai berubah. Ia terobsesi mengejar "Mata Mikroskopis" legenda, namun semakin dipaksakan justru semakin menjauh. Tingkat pencerahan ini mustahil diraih dengan ambisi semata.
Mungkin saat melihat mata perak itu seharusnya sudah timbul kesadaran, tapi semuanya sudah terlambat. Namun mati dalam mengejar target seumur hidup bisa dianggap kematian yang bermakna!
Hasil akhir pertandingan tidak terlalu mengejutkan. Meskipun Coppfield memiliki peluang kemenangan lebih besar, namun dalam level yang sama, kemenangan atau kekalahan baru bisa ditentukan di akhir. Prosesnya benar-benar di luar dugaan semua orang, Zhebie justru menang dengan dominasi mutlak. Jelas tingkat kesadarannya lebih tinggi dari Coppfield, mata perak itu menjadi kunci mematikan.
Jelas ini menunjukkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi dari pemanah tersebut, atau semacam skill khusus.
Setelah menyerahkan barang bawaan, Zhebie memandang lawannya dengan tenang. Meski kontak mereka singkat, arti Coppfield dalam hidup Zhebie tidak kalah penting dari mentornya. Mulai sekarang di jalan panjang sebagai pemanah, dia akan berjalan sendirian. Mungkin lingkungan seperti ini memang cocok untuk Zhebie.
Dua ksatria mengangkat tubuh Coppfield sambil menyerahkan Panah Surya kepada Pangeran Ottoman.
Wajah Ottoman muram, tak ada yang berbicara. Sisi Cagliari pun tidak bersorak, bahkan karakter "sombong" seperti Kao tetap tenang.
Kematian Dewa Panah Coppfield menandai kebangkitan raja pemanah baru. Namun kesedihan samar itu sulit dihapus, terutama saat Zhebie menunjukkan penghormatan, muncul rasa hormat dan penyesalan bahwa pemandangan ini tak akan terulang.
Mulai sekarang, Zhebie akan menunggu tantangan dari orang lain.
"Nama Dewa Panah adalah Zhebie!"
"Nama ini akan menggema di Maya, dan dialah pemanah pertama yang tak bisa ditembus oleh Magister Sihir maupun Jawara Pedang!"
Pak~pak~pak...
Pangeran Ottoman tersenyum sambil berdiri memberi tepuk tangan, di tengah heningnya Arena Neraka yang megah hanya terdengar gemuruh tangannya sendiri.
"Tuan Zhebie memang lebih unggul, kematian Coppfield memang layak. Kerajaan Ottoman selalu menjunjung keadilan. Namun di lain waktu, Tuan Zhebie juga harus siap menerima tantangan kami!"
Di hadapan banyak orang, Ottoman menahan amarahnya. Sebenarnya dia ingin tetap mempertahankan karakter arogannya, tapi adegan tadi menyentuh hatinya. "Baiklah, demi air mata seorang lelaki, kali ini kuberi dispensasi."
"Kami siap kapan saja." Zhebie menjawab singkat sebelum berbalik menuju tribun Cagliari.
"Goblok! Wakil kapten, hebat banget! Penyeberangan lurus seperti hantu itu gimana sih? Teleportasi spasial atau apa?" Serombongan orang langsung mengerumuni dengan berbagai pertanyaan.
Sayangnya mereka berhadapan dengan Zhebie, sekalipun mulut mereka berbusa, "Cuma trik kecil."
Keringat...
Mengalahkan Dewa Panah masih disebut trik kecil?!
Klan laut juga tertegun. Meski tak ingin membesarkan hati si pengkhianat Zhebie, ini menciptakan sejarah baru. Andaikata dia tak mengikuti Kaisar, pasti mereka akan gembar-gemborkan kabar ini ke seluruh klan. Tapi sekarang terpaksa diblokade.
"Tentu saja perhitungan mereka sangat matang, tapi mereka lupa satu hal: hal yang paling sulit diblokade di dunia ini adalah informasi."
Tak seorang pun di tempat itu langsung pergi, seolah urusan ini belum benar-benar berakhir.
Tiba-tiba seorang bangkit dari sisi Magister Sihir Markus, semua mata tertuju ke sini - inikah gelombang kedua?!
Jian Sheng Raikkonen bangkit berdiri, tersenyum pada muridnya Mida Blasuo, "Mida, perhatikan baik-baik. Ini merupakan taktik terakhir yang Guru ajarkan padamu."
Wajah dingin Mida Blasuo akhirnya menunjukkan secercah kerinduan, namun jawabannya tegas: "Ya, Guru!"
Raikkonen memandang muridnya dengan bangga. Sepanjang hidupnya, hanya inilah murid yang memuaskan hatinya.
Styralia berdiri, "Tuan Raikkonen, biarkan aku yang maju."
Raikkonen tersenyum tipis, "Jangan halangi aku, Tuan Styralia. Kau masih muda. Aku sudah tak bisa menunggu lagi."
Begitu bicara, energi emas menyembur ke langit saat tubuhnya muncul di pusat arena pertarungan.
"Yang Mulia Carasso sang Raja Naga Laut! Sudah lama kudengar gelarmu sebagai petarung terhebat klan laut. Aku, Raikkonen, datang khusus untuk meminta petunjuk!"
Meski semua hati telah menduga sesuatu, ketika momen itu benar-benar tiba, kegelisahan tetap menyelimuti.
Baik Ottoman, Cagliari, maupun pasukan utama delegasi dari kerajaan lain tidak akan sembarangan mengajak duel, karena tujuan utama perjalanan ini adalah Bab Naga Hijau. Namun berbeda dengan Raikkonen dan Markus - kedatangan mereka bukan untuk merebut Bab Naga Hijau, melainkan sekadar menyaksikan Naga Hijau sekaligus menantang target dalam hati mereka sendiri.
Jika Empat Raja Klan Laut tidak datang, kemungkinan Raikkonen akan menantang Jawara Pedang Kerajaan Ottoman. Pada tingkat kesadaran ini, latihan sparring biasa tidak cukup. Hanya di ujung pisau antara hidup dan mati seseorang bisa menikmati kesenangan sebagai prajurit. Raikkonen telah menanti hari ini sangat lama. Dengan kesempatan emas seperti ini, mana mungkin ia mau melepasnya.
Siapakah Raja Naga Laut Carasso itu?
Sang petarung tak terkalahkan yang mengarungi segala medan laga, petarung terhebat klan laut!
Swis.
Raja Naga Laut Carasso muncul di arena, tersenyum tipis: "Nama besar Jawara Pedang Raikkonen pun telah menggema di telinga. Keinginanku sejak lama, tak berani kuminta!"
