Kecepatan Kaisar dan Baihu benar-benar luar biasa. Kaisar sendiri pun tidak yakin, tapi yang harus dilakukan sekarang adalah mengalihkan perhatian Baihu. Urusan selanjutnya belum ia ketahui.
Pasukan Ksatria Naga lainnya adalah yang tercepat. Jelas kecepatan ahli sihir dan legiun biasa takkan bisa menyaingi mereka. Di dalam kota pun banyak ahli yang kini mengejar Kaisar dengan cepat. Baru saat ini mereka benar-benar menyadari jurang kemampuan yang lebar - kecepatan Kaisar dan Baihu benar-benar tidak manusiawi.
Empat Belas Ksatria Naga adalah yang paling mencolok. Di bawah pimpinan Zhebie dan Mardon, mereka melaju kencang. Harus diakui beberapa anggota kelompok magi juga cukup mumpuni - enam ahli sihir yang bisa mengikuti mereka jelas adalah anak buah dekat hasil binaan Mardon. Mardon agak mirip dengan Romário, tidak menerima murid tapi membina ahli sihir. Tujuannya sederhana: untuk kekuasaan raja Kaisar. Beberapa ahli sihir ini dari atas sampai bawah memancarkan prinsip magic Mardon - Grand Magus dengan kemampuan yang tak boleh diremehkan.
Di belakang mereka, pasukan besar bergerak dalam barisan panjang. Saat ini orang-orang sudah tidak takut mati. Sebagai perbandingan, Yang Jingyi yang tenang justru tidak ikut, meski sangat ingin. Dia malah mengeluarkan serangkaian perintah untuk menempatkan seluruh kota kerajaan dalam status siaga satu, mencegah kekacauan. Ini adalah krisis terbesar yang dialami Kota Kerajaan Elina pasca perang, bahkan dua kudeta sebelumnya tidak seberbahaya ini. Sebenarnya hati Yang Jingyi berdebar-debar, tapi di permukaan dia harus tetap tenang secara paksa. Jika pemimpinnya panik, apalagi bawahan.
Kaisar yang sedang terbang tiba-tiba berhenti. Baihu yang sudah sejajar dengannya juga berhenti tanpa alasan jelas. Meski cerdas, pola pikir Baihu berbeda. Bagi makhluk ini, menghapuskan Kaisar dari dunia ini adalah prioritas utama sekarang. Makhluk rendahan lainnya bahkan tidak layak diperhatikan karena tidak berarti baginya.
Hanya aura ahli sejati yang bisa menarik perhatiannya. Makhluk seperti Mardon pun tidak cukup menarik perhatian Baihu. Namun Baihu juga heran, mengapa kekuatan manusia di depannya begitu lemah? Kekuatannya sendiri memang sudah jauh berkurang, tapi roh intinya masih utuh. Baihu sangat paham: meski dirinya menderita, manusia sialan itu pasti juga kesakitan. Tapi kekuatan manusia ini sekarang terlalu rapuh. Namun makhluk biologis seperti manusia tak bisa dipercaya - merekalah yang paling pandai menyembunyikan kemampuan dan paling fluktuatif di dunia Maya.
Kaisar perlahan-lahan mengeluarkan Pedang Kemenangan, pedang yang paling memuaskannya hingga saat ini. Pedang berjiwa ini memberinya rasa identitas yang kuat. Pertarungan pertama Pedang Kemenangan ini langsung menghadapi lawan sekuat ini, membuat senjata legendaris tersebut penuh antusiasme namun juga sedikit tertekan - sebuah sensasi yang sangat jelas terasa.
Kaisar menjilat bibirnya perlahan, tatapannya semakin tajam. Macan Putih mendengus rendah, jelas memperlakukan manusia ini sebagai rival sepadan meski dalam kedalaman pikirannya masih ada sikap merendahkan.
Udara terasa semakin padat seolah hendak membeku. Saat itu Mardon, Zhebie, dan para Dragon Rider telah tiba dengan wajah pucat akibat kecepatan ekstrim yang tak terduga. Pertarungan di langit telah dimulai. Di bawah tekanan dahsyat yang memengaruhi area sekitar, bebatuan terangkat ke udara oleh kekuatan tak kasat mata membentuk pemandangan spektakuler. Awan-awan telah tercerai berai meninggalkan langit biru jernih yang justru membuat dada sesak.
Kota Kerajaan Elina benar-benar menyimpan banyak talenta tersembunyi. Tak lama setelah kedatangan para Dragon Rider, banyak pihak lain berdatangan - mulai dari Kapten Pasukan Ksatria Naga hingga berbagai profesi lain. Di saat seperti ini, semua strata sosial lenyap. Yang ada hanyalah Kaisar dan Macan Putih di arena.
Jelas terlihat, Kaisar terjatuh ke posisi inferior. Semangat besar Baihu bergulung-gulung seperti ombak. Qi tempur Kaisar yang luar biasa bagi manusia, kini sepenuhnya berada dalam posisi bertahan.
Baihu sebenarnya bingung. Sudah sampai titik ini, mengapa manusia ini belum juga menunjukkan kemampuan sejati? Pedang emas di tangannya cukup mengancam, namun jauh berbeda dengan pedang yang melukainya. Apakah manusia hendak memainkan konspirasi lagi?
Asal-usul Makhluk Suci dari Empat Penjuru tak bisa dijelaskan. Baihu ini jelas bukan yang pertama. Meskipun makhluk suci ini kuat, mereka tidak abadi. Dalam sejarah Baihu, tercatat pernah punah oleh makhluk lain, termasuk manusia. Bagi Baihu yang baru muncul ini, semua catatan itu tidak berarti. Namun setelah mengalami kekalahan pahit, ingatan akan manusia yang hina, kurang ajar, lemah tapi licik, ahli menjebak, mampu melukai makhluk mulia secara mematikan - semua itu muncul kembali.
Kini Baihu menganggap kegagalan sebelumnya sebagai jebakan yang dikomandoi Kaisar. Meski mendominasi, Baihu tak berani menyerang sembarangan seperti dulu. Andai sejak awal ia menyerang dengan gaya Baihu sejati, nyaris pasti Kaisar akan mati.
Melihat Baihu tidak menyerang, Kaisar tidak bisa menunggu lagi. Jika terus menunggu, bahkan semangatnya saja sudah cukup untuk menelannya. Meski Baihu telah melemah jauh, bagi mereka makhluk ini tetap terlihat menakutkannya.
Serang lebih dulu sebelum diserang!
Kaisar melesat menuju Baihu dengan kecepatan tertinggi yang bisa dicapainya. Pedang Kemenangan meninggalkan kilau emas dan suara mencekam yang mengguncang jiwa. Kecepatan ini sudah cukup membuat seluruh manusia di bawahnya terkejut. Kebanyakan hanya bisa melihat seberkas cahaya yang melintas cepat, tapi Baihu justru semakin bingung: Mengapa manusia ini "berlambat-lambat" dalam menyerangnya, apalagi kekuatannya begitu lemah hingga tak bisa melukainya?
Manusia itu licik dan penuh tipu daya. Setiap gerak-geriknya menyimpan makna tersembunyi, seperti kekalahan sebelumnya yang semuanya sudah diplot rapi. Jangan percaya pada penampilan luar!
Baihu ragu. Serangan Kaisar sudah di depan mata. Pedang keras itu menyambar turun dengan Bruuum! Hampir tak ada reaksi dari Baihu, tapi saat hampir kena, makhluk itu tiba-tiba menghilang. Biasanya, begitu masuk jangkauan serangan seperti ini, tarikan kekuatan akan membuat mustahil untuk menghindar sepenuhnya. Tapi Baihu lenyap begitu saja. Kaisar sama sekali tidak ragu – dia memang tak mengira bisa melukai Baihu dengan cara sederhana begini. Seorang ahli memiliki tingkat kesadaran tertentu, setidaknya motivasi bertanding tak akan berubah entah lawan kuat atau lemah.
Serangan Kaisar terus menerus dilancarkan, namun di mata orang-orang justru terlihat situasi sebaliknya. Kaisar bergerak begitu cepat hingga bayangannya tak jelas, sementara Baihu nyaris tidak bergerak. Tapi sebenarnya Kaisar sadar, meski tubuh Baihu besar, kecepatannya jauh melampaui dirinya. Dia harus tetap tenang dan fokus. Soal Pedang Iblis itu, dia tak bisa mengendalikannya maupun mengetahui cara menggunakannya. Kaisar tak pernah mengandalkan kekuatan semacam itu.
Manusia harus mengandalkan diri sendiri!
Nyatanya, Pedang Iblis sekarang dalam keadaan sial luar biasa. Pedang Kemenangan dalam arti tertentu mampu menahan diri Pedang Iblis. Biasanya mereka tak sebanding, sayangnya Pedang Iblis kini terjepit ditambah tekanan barrier. Setelah dihajar Pedang Kemenangan, dia sama sekali tak bereaksi. Bisa mempertahankan kesadarannya saja sudah bagus, mana sempat memperhatikan Kaisar.
Seperti kata pepatah, karma pasti datang bagi yang bermain kotor. Kekuatan yang bukan milik sendiri pasti bermasalah. Untungnya Kaisar tak pernah berharap padanya. Sebenarnya seperti Mardon dulu sudah tahu, jadi tak perlu mengkhawatirkan Kaisar. Pedang Iblis itu memang makhluk jahat. Meski berkali-kali menyelamatkan nyawa, tetap mencurigakan. Tapi ibarat minum racun untuk menghilangkan haus, bedanya mati cepat atau lambat.
Serangan bertubi-tubi Kaisar membuat Baihu kesulitan. Apakah kekuatannya melemah sehingga orang itu berani menghinanya secara telanjang?
Ini adalah pemikiran pertama Baihu,... Mungkin bagi manusia itu terlihat terlalu pintar, tapi begitulah pola pikir makhluk suci.
Setelah menghindari ratusan serangan kilat Kaisar, Baihu meneriakkan amarahnya. Wilayahnya langsung mengembang, cakar super cepatnya menyambar. Kaisar sudah mempersiapkan diri. Meski tak tahu mengapa Baihu terus bertahan, setelah lama menyerang tanpa hasil, pasti serangan balik akan datang. Namun saat benar-benar datang, tetap membuatnya kaget. Dragon Ball berkedip, wilayah kecilnya segera mulai menahan pengaruh wilayah Baihu. Jika orang lain, wilayah mereka pasti langsung terbakar. Tapi meski bisa menahan pengaruh wilayah, tetap tak sempat menghindar dari cengkraman Baihu.
Bruuum...
Titik terkuat sekaligus terlemah. Seketika seluruh kekuatan Kaisar terkonsentrasi di Pedang Kemenangan. Pedang biasa pasti sudah hancur hingga debu tak tersisa menahan kekuatan sebesar ini, tapi Pedang Kemenangan justru memancarkan kilau emas, tanpa ragu menyambutnya.
Saat ini, hanya ada satu pilihan: menyerang dengan mempertaruhkan nyawa!
Getaran riak qi tempur sangat mengerikan. Serangan kedua orang itu terkonsentrasi pada satu titik, gelombang kekuatan menyebar ke segala arah. Saat bersentuhan dengan titik pusat, Kaisar langsung muntah darah yang segera terurai lenyap oleh gelombang kekuatan. Tubuh Kaisar kini menerima serangan bertubi-tubi. Satu-satunya pikiran yang tersisa di otaknya adalah mengerahkan seluruh tenaga. Sirkulasi Qi Tempur Laut dalam tubuhnya telah mencapai kecepatan ekstrim, pembuluh energi membengkak menakutkan.
Getaran ultrasonik melesatkan tubuh Kaisar terlempar jauh, sementara Baihu hanya terhuyung sedikit. Perbedaan level langsung terlihat. Meski Kaisar termasuk ahli tingkat atas di kalangan manusia, tetap tak bisa menahan serangan Baihu. Jarak kemampuan yang telanjang ini membuat penonton di bawah menjerit histeris tapi tak berdaya. Beberapa penyihir tak tahan dan mulai menyerang Baihu di udara. Meski kekuatan magis mereka biasa saja, untungnya jarak cukup jauh didukung pasukan pemanah yang menembakkan anak panah akurat, beberapa nyaris mengenai Baihu.
Baihu yang sedang dalam fase kebingungan. Setelah bertarung, kemampuan tim lawan memang lebih lemah dari perkiraan. Tapi seperti pepatah "trauma setelah sekali tertipu", ia masih curiga Kaisar sedang mengulangi trik licik. Apalagi manusia-manusia licik ini pernah menggunakan taktik serupa sebelumnya.
Tapi gangguan dari serangga kecil di bawah benar-benar membuat Baihu marah, tanpa ragu ia melepaskan gelombang cahaya. Wajah Mardon dan yang lain langsung berubah pucat tapi tak sempat mencegah. Bahkan jika ingin membantu bertahan pun mustahil, serangan semacam itu di luar kemampuan mereka. Harus diakui niat baik mereka justru berakibat buruk. Seandainya bisa, pasti sudah mereka bertindak lebih awal.
Menghadapi tekanan dahsyat yang turun dari langit, para penyerang terpaku. Bahkan lari pun terlupakan. Sejujurnya, tekanan sebesar itu memang tak mungkin mereka halangi.
Tiba-tiba bayangan manusia muncul di depan gelombang cahaya Baihu. Kilau emas menyambar, menghancurkan gelombang itu dengan paksa. Siluetnya terguncang di udara, nyaris tak stabil—ternyata itu Kaisar. Wajahnya pucat membiru. Dua serangan itu nyaris menguras habis kekuatannya. Aliran qi tempurnya sebenarnya termasuk tipe ketahanan super, tapi output sekarang jauh melampaui input.
Baihu tidak menyerang. Ia menggelengkan kepala sambil menatap Kaisar. "Manusia kecil ini menarik. Ngapain mengambil risiko menyelamatkan sekelompok sampah?" Tapi ini cukup menghibur. Boleh dicoba lagi. Gelombang cahaya berikutnya segera melesat ke arah kerumunan manusia di kejauhan.
Bukan cuma Kaisar, wajah semua orang lain juga bermasam-masam. Siapa sangka Baihu bisa securang ini? Kaisar tak punya pilihan. Jika dia tidak bertindak, tak ada yang bisa menghadang serangan Baihu. Kematian kali ini bukan sekadar cedera ringan. Dua pukulan berturut-turut itu sama sekali tidak memberi waktu bernapas. Dalam situasi terjepit, terpaksa memanggil Raja Naga Merah.
Raja Naga Merah benar-benar ingin menangis tapi tak keluar air mata. Sekarang dipikir-pikir, menjadi budak pedang iblis justru hal terbaik. Kaisar adalah tuan paling jahat dalam sejarah klan naga. Entah kenapa nasib malang menimpanya. Baru selamat dari cakar Baihu, langsung dijarah habis semua asetnya. Tapi tak apalah, yang penting masih hidup. Lebih baik hidup sengsara daripada mati terhormat.
Apa yang lebih membuat Panpas frustrasi daripada bertarung sekali dengan Baihu?
Yaitu bertarung dua kali!
Panpas pusing tujuh keliling, tapi perintah tetap harus dilaksanakan. Tiba-tiba muncul di depan gelombang cahaya, sayap dewa membentang lebar. Teriakan naganya menggema, hampir seluruh napas naga dalam perutnya dikeluarkan. Tapi napas naga hanya memperlambat gerakan gelombang cahaya. Tubuh besar Panpas seketika menjadi bantalan. Untung Yang Mulia Panpas cukup cerdik, tahu tak bisa menghindar, cepat-cepat berbalik mencondongkan pantatnya.
Bruuum...
Raja Naga Merah langsung terjatuh seperti burung patah sayap, berputar-putar terjungkal ke bawah. Sensasi terakhir yang dirasakan: pantatnya seperti matang dipanggang.
Kemunculan Panpas memberi Kaisar sedikit waktu. Dengan gigit gigi, wilayah energinya mengembang. Gerakan kilatnya menusuk mata Baihu. Namun sang Macan Putih tak mau beradu keras, bergerak dengan kecepatan setara. Bahkan dalam hal kecepatan, Baihu unggul. Meski bergerak belakangan, mereka masuk lapisan wilayah bersamaan. Manusia dan makhluk suci itu membentuk situasi diam yang aneh - suatu tingkat kesadaran yang mistis. Tapi Kaisar sama sekali tak punya waktu atau mood untuk merenunginya. Cakar Baihu sudah menyambar ke arahnya. Kaisar tak tahu apakah tubuhnya masih sanggup menahan. Pedang Kemenangan di tangannya segera melesat - satu-satunya cara.
Baihu tak terburu-buru menyerang. Satu kibasan cakar menjatuhkan Pedang Kemenangan. Ia mendapatkan kepuasan dari mempermainkan manusia, terutama musuh bebuyutannya. Ingin ia habisi manusia kecil ini perlahan. Tampaknya kekuatannya sudah habis. Wajar, kemampuan pemulihan manusia mana bisa dibandingkan dengan makhluk suci?
Saat Kaisar dan Baihu kembali muncul dari wilayah energi, hati semua orang tercekat. Perasaan tak berdaya seperti ini pertama kali mereka alami. Alih-alih membantu, mereka malah menjadi beban.
Apakah ini tanda Tuhan ingin menghancurkan Cagliari?
Bisa dibayangkan, jika Kaisar tewas dan Kota Kerajaan Elina runtuh, kerajaan-kerajaan lain yang sedang mengincar akan tanpa ragu membagi-bagi daging gemuk ini.
Kondisi Panpas lebih baik dari yang dibayangkan. Orang-orang berhasil menangkapnya, meski ukuran tubuhnya agak besar, tapi lebih banyak orang yang menopang. Menangkap tunggangan Pangeran yang hebat itu masih memungkinkan. Pantat mulia Yang Mulia Panpas sudah hampir tidak tersisa dagingnya, seluruhnya hancur. Setelah ditangkap orang banyak, dia terbaring di tanah dalam kondisi koma dengan patuh. Sekalipun sadar pasti akan pura-pura pingsan. Lelucon! Jika dipukul lagi 200% pasti langsung melapor ke Dewa Naga. Padahal Yang Mulia Panpas masih naga perjaka, ini tidak boleh terjadi!
Terkadang Panpas benar-benar tidak mengerti manusia. Jelas-jelas tidak cukup kuat, mengapa selalu suka menantang makhluk yang lebih kuat dengan risiko nyawa? Seperti kebiasaan manusia membunuh naga, benar-benar kekenyangan. Kaisar bahkan lebih keterlaluan. Setelah berhasil membunuh naga, dia malah cari masalah dengan Makhluk Suci dari Empat Penjuru. Lain kali mau cari siapa lagi? Setiap kali memikirkan masalah ini, kepala naga Panpas langsung pusing tujuh keliling.
