Meskipun klan raksasa suka bertempur, hierarki mereka sangat ketat. Pemain ditentukan sepenuhnya oleh Baxter. Sementara di Pasukan Naga lebih demokratis - diundi.
Ini kesempatan emas untuk bersinar. Kecuali Zhebie dan Roque, yang lain hampir berantakan.
Tapi Mida Blasuo tetap cool. Saat yang lain ribut, pria ini berdiri dingin di sudut. “Aku mau maju!”
Segera suasana hening. Para Dragon Rider tertegun sebentar sebelum menggeleng pasrah dan melanjutkan suit. Tinggal empat slot tersisa. Mida memang keras kepala, menolak suit tapi kemampuannya tak terbantahkan.
Tak lama Kao sudah menang dengan sombong. “Wahaha! Mau lawan gue main suit? Kalian masih jauh panggang dari api! Hahaha, asyik!”
Yang lain terdiam, Kao si kelinci ini benar-benar beruntung. Yang lain berkecamuk, teriakan perang menggema. Pasukan Ksatria Naga memandang ke arah tenda komandan dengan tatapan kosong. Sudah lama tak segemuruh ini. Ini pertama kalinya para kapten bisa seantusias ini.
Ternyata ketiganya adalah Bati. Awalnya mereka ingin mengesampingkan Bati, tapi demi prinsip keadilan dan objektivitas, mereka membiarkannya ikut. Siapa sangka orang bodoh punya keberuntungan.
Orang keempat adalah Engano. Untuk yang kelima, Kaisar secara khusus menunjuk Roque Santa Cruz. Setidaknya untuk menjaga martabat Pasukan Ksatria Naga. Kemampuan para raksasa ini tidak bisa diremehkan, dan Kaisar lah yang paling memahami hal ini.
Jika Bister ingin bertarung, mungkin hanya Zhebie yang bisa menandinginya. Tapi Zhebie dan Bister mungkin harus bertarung sampai hidup-matikan baru bisa ketahuan hasilnya. Bahkan Kaisar pun tak bisa memprediksi hasilnya. Bister unggul mutlak dalam kekuatan serangan dan pertahanan, tapi Zhebie adalah pemanah yang takkan pernah bertarung jarak dekat. Ditambah kemampuannya menggunakan Mata Mikroskopis yang luar biasa, bahkan Titan pun sulit bertahan. Terkadang Kaisar ingin melihat mereka mencoba, tapi godaan ini lebih baik diredam. Pertarungan di level mereka hampir pasti berakhir hidup-mati kecuali salah satu pihak benar-benar mendominasi.
Begitu kedua tim yang akan bertarung ditetapkan, badai langsung melanda Pasukan Ksatria Naga dan para raksasa. Para petarung yang haus perang ini tak bisa diam, bersama-sama bergerak menuju markas raksasa tempat pertarungan akan digelar.
Latihan sparring semacam ini bukan untuk tontonan. Cukup dengan lapangan kosong: separuh kiri untuk raksasa, separuh kanan untuk Pasukan Ksatria Naga. Pertarungan antar kapten selalu menjadi favorit para prajurit!
Duel ini tidak terbuka untuk umum. Hanya anggota Pasukan Ksatria Naga dan Legiun Raksasa yang boleh menonton. Mereka bebas memilih posisi: duduk, jongkok, bahkan merangkak ke pohon.
Sungguh menggemaskan kebiasaan para raksasa ini. Mungkin karena tinggi badan mereka, mereka semua duduk bersila sambil mengacungkan kepalan tangan memberi sorakan untuk kapten. Sementara sisi Pasukan Ksatria Naga riuh dengan yel-yel khas manusia - inilah perbedaan ras!
Kaisar melangkah ke tengah arena. Seketika sunyi menyergap. Bagi Pasukan Ksatria Naga, mantan kapten mereka sang Pangeran adalah dewa. Sekadar memandangnya memberi kepercayaan diri tak terbatas - senjata paling menakutkan di medan perang. Di saat tersulit sekalipun, harapan tetap hidup selama mental bertahan. Pertarungan sering kali ditentukan oleh siapa yang pertama ambruk.
Raksasa lebih polos. Bagi mereka, pria di depan mata adalah juru selamat klan raksasa. Bahkan Batistuta yang kalah pun mengaku kagum. Raksasa berpikiran lurus - mereka bersedia mengikuti sosok seperti ini dengan sepenuh hati.
"Untuk para prajurit, kita harus menggunakan cara penyambutan ala prajurit! Dengan kekuatan terhebat dan pertempuran paling sengit untuk menyambut kedatangan saudara-saudara raksasa! Aku umumkan, pertandingan pertama dimulai: Aroyo dari Klan Raksasa vs Mida Blasuo dari Pasukan Ksatria Naga!"
Roar... Aooo...
Darah para prajurit sudah lama mendidih menunggu. Tapi kedua belah pihak tak menyangka pertarungan sengit langsung terjadi di awal. Anggota Pasukan Ksatria Naga tahu selain Kapten Zhebie, saat ini yang terkuat di antara para kapten adalah Mida Blasuo yang dijuluki "Kapten Gila" meskipun kemampuannya tak diragukan.
Raksasa-raksasa itu juga melolong keras. Karena Aroyo bukan sekadar Saban Level 5 biasa, dia adalah Saban Stamina yang hanya berada di bawah Baiste - petarung kedua terkuat dalam Legiun Raksasa kali ini.
Raksasa memiliki keyakinan mutlak pada kapten pertama mereka, sementara Pasukan Naga juga percaya penuh pada Kapten Mida Blasuo.
Aroyo berdiri di tengah arena, Mida Blasuo pun maju. Banyak raksasa tidak menggunakan senjata, termasuk Aroyo - tinjanya sudah merupakan senjata. Kecuali Baiste tentunya, bahkan orang bodoh pun tahu Pedang Dewa Titan lebih efektif daripada tinju. Mida Blasuo tak sungkan menarik pedang raksasanya yang diseret santai di tanah.
Pandangan mata keduanya bertemu, seketika memercikkan bunga api. Mida Blasuo awalnya mengira lawannya adalah Beast, tak menyangka yang muncul adalah raksasa lain. Awalnya agak kecewa, tapi saat melihat Arroyo, kekecewaannya berkurang. Bukan berarti Mida lebih kuat dari Beast, sebenarnya ia masih belum selevel Beast. Tapi Mida sudah terbiasa menantang orang yang lebih kuat darinya - semakin kuat semakin baik. Bisa dibilang dialah orang yang paling tidak takut KALAH di dunia ini! Asal bisa mendapatkan kekuatan, dia tidak takut apapun!
"Mulai!" Begitu kata-kata itu meluncur, siluet Kaisar sudah menghilang.
Keduanya tidak langsung bertindak. Dalam keheningan, pandangan mereka tak sekalipun lepas dari lawan. Kemampuan khusus Mida Blasuo sudah menyapu tubuh Arroyo, tapi ia menemukan kekuatan lawannya begitu seimbang tanpa kelemahan langsung.
Beberapa helai daun beterbangan memutus kontak pandangan mereka. Seketika aura pembunuh menembus langit.
Tanpa disadari, pedang berat Mida Blasuo sudah terangkat tinggi muncul di hadapan Arroyo. Arroyo tanpa ragu menyampingkan badan sembari melesatkan pukulan mematikan.
Dang... Dang... Dang...
Dalam sekejap, keduanya sudah saling bertukar puluhan jurus mematikan. Tubuh "kurus" Mida sama sekali tidak gentar. Pedang berat dan kepalan tangannya terus-menerus berbenturan tanpa tanda-talah mundur. Pertarungan ini langsung membakar semangat para prajurit. Sorakan bergemuruh ribuan mil. Teriakan para prajurit semakin memacu kedua petarung.
Mida Blasuo mengeluarkan dengusan rendah, energi emas menyembur ke langit, seketika seluruh tubuhnya berubah menjadi sangat perkasa. Energi emas ini adalah tingkat kesadaran yang diimpikan setiap prajurit manusia - bukan hanya kekuatan... tapi juga super... keren!
Pedang seberat ribuan kilogram menghujam. Menghadapi Mida Blasuo yang menggunakan energi emas, Arroyo sama sekali tidak gentar. Kedua lengannya bergetar, gelombang kekuatan meledak, tanpa ragu ia tetap melancarkan pukulan.
Braak...
Pasukan naga tertegun memandang raksasa di depan mereka,... bisa menghadang pedang prajurit emas? Betapa hebatnya kekuatan itu!
Di sisi lain sang raksasa juga terkejut. Manusia pandai berubah warna, makhluk berubah warna ini ternyata bisa menahan Staung Saiban yang meledak kekuatannya. Setelah jeda singkat, kedua tim segera melontarkan teriakan yang mengguncang langit dan bumi.
Arroyo dengan sikap superior menekan pedang berat Mida Blasuo menggunakan kepalan tangan. Tubuh mereka hampir bersentuhan. Suara rendah terdengar di antara mereka, diselingi gesekan gigi. Keduanya berusaha mati-matian mempertahankan posisi.
Hah!
Hampir bersamaan mereka melepaskan tenaga, terlempar. Mida Blasuo mendarat dengan ujung kaki, tubuhnya melayang. Jika ada satu hal di mana raksasa kalah dari manusia, meski kekuatan mereka besar, mereka tak bisa terbang. Tapi qi tempur bisa membantu manusia mengendalikan udara.
Saat posisi berganti ke Mida Blasuo yang berada di atas, pedang beratnya menghantam dengan dahsyat. Namun Arroyo justru melakukan gerakan mengejutkan - alih-alih menggunakan tinju, tubuhnya berputar dengan aneh disusul tendangan sapuan yang menghalau pedang berat, lalu langsung disusul tendangan bagian tengah.
……Tendangan dua tingkat!
Engano yang ahli serangan kaki memandangi si raksasa seperti melihat monster... Postur tubuh sebesar itu tapi mahir menyerang dengan seluruh badan, masa tidak memberi kesempatan orang lain?
Kaisar sama sekali tidak terkejut. Klan raksasa yang telah berjuang dengan tekad baja selama ini mustahil hanya yang bisa. Memang raksasa punya teknik kaki, ini akan menjadi kejutan tak terduga bagi semua lawan.
Mida Blasuo pun tak luput, seluruh tubuhnya tersapu. Tapi prajurit emas mana mungkin mudah dikalahkan? Alih-alih mundur, dia melesat maju membalas tendangan Arroyo dengan ribuan bayangan pedang.
Setelah serangan bagai badai, keduanya mulai memahami kekuatan lawan. Arroyo sedikit lebih kuat dalam hal kekuatan murni dibanding Mida Blasuo yang memiliki energi emas, tapi ini hanya jika Mida sengaja berlaga kekuatan dengannya.
Raksasa ini sangat lincah, sama sekali tidak kikuk seperti raksasa pada umumnya. Yang paling menakutkan, mereka bisa menutupi kecepatan gerak dengan kecepatan serang tinggi. Mida Blasuo benar-benar menemui batu sandungan yang sulit dihancurkan.
“Kepala, Mida ini suka berlama-lama, aku tidak sabar!” Kao terus menggosok kapaknya, ingin sekali menebas. Sejak Kaisar kembali, Kao menjadi sangat aktif, seolah melepaskan semua energi yang tertahan sebelumnya. Sebenarnya karakter ini agak kekanak-kanakan.
“Jangan remehkan raksasa ini. Jika Mida lengah sedikit, mungkin dia yang akan roboh!”
“Hihi, orang lain mungkin lengah, tapi Mida ini sejak lahir tidak punya konsep 'kelengahan'!”
Kali ini ucapan Kao mendapat persetujuan semua. Di antara Dragon Rider termasuk Kaisar dan Zhebie, mereka mungkin bisa lengah, tapi Mida Blasuo dan Diddy pasti tidak akan lengah, karena kedua orang ini terlalu..."suram".
