Bruuum...
Awan merah tiba-tiba menyembul di langit, tekanan dahsyat langsung menyelimuti seluruh kawasan vulkanik Sumilun.
Tekanan Ilahi!
Kemampuan eksklusif makhluk tingkat tinggi, kekuatan puluhan kali lebih dahsyat dari klan naga. Dalam hal ini Baihu adalah yang terkuat di antara Makhluk Suci Empat Penjuru, tapi soal kekuatan serangan, makhluk inilah rajanya!
Penguasa Api dari Makhluk Suci Empat Penjuru - Fenghuang!
Ini sudah ketiga kalinya Kaisar bertemu dengannya, bisa dibilang teman lama.
Tentu saja, apakah Phoenix mengakuinya masih jadi pertanyaan.
Phoenix mengabaikan makhluk di bawahnya, mengembangkan sayap api yang menutupi langit. Angkasa pun berubah merah.
Sempurna, perkasa!
Inilah Phoenix.
Monster di kawasan vulkanik Toronto, apapun levelnya, semua mengkerut ketakutan. Bahkan monster kelas super pun menjepit ekor, yang tak berekor bisa menjepit kepala.
Perbedaan level yang begitu besar, sama sekali tidak perlu melawan, karena monster-monster sangat tahu, itu sepenuhnya sia-sia, mereka bukan makhluk berakal, tidak memiliki kualitas tinggi untuk bertarung demi harga diri.
Menghadapi Fenghuang, mereka hanya bisa tunduk, sekalipun Fenghuang membunuh mereka, mereka akan menerimanya dengan rela, untungnya Fenghuang tidak memangsa makhluk biologis.
Bast pertama kali melihat Fenghuang, sang legenda tertinggi, kebanggaan raksasa membuatnya menegakkan dada menghadapi tekanan dahsyat ini, keturunan klan Titan Dewa yang sombong tidak boleh menunduk dalam kondisi apapun!
Tapi semakin dilawan tekanan semakin besar, Fenghuang bahkan belum bergerak, keringat Bast sudah mengucur deras, tubuhnya mulai gemetar tak tertahankan, tapi dia tak punya cara, benar-benar bukan level yang sama, perbedaannya terlalu jauh!
Sejak pencerahan di usia sepuluh tahun, mengetahui dirinya keturunan klan Titan Dewa, dia paham kekuatan dan tanggung jawabnya. Seiring bertambahnya usia, kekuatan mencapai tingkat tertentu, setelah mewarisi Pedang Dewa Titan, tidak pernah menemui lawan sepadan. Meski kalah dari Kaisar, tapi sejujurnya kalau bukan karena kekuatan wilayah, selisihnya tidak terlalu jauh.
Tapi di hadapan Fenghuang, dia kembali menjadi raksasa kecil yang lemah seperti sebelum pencerahan.
Bahkan Pedang Dewa Titan hampir tak bisa diangkat, Kaisar terpaksa menggerakkan kekuatan wilayahnya, menghadang tekanan dahsyat tak bertepi ini, sama sekali tak ada cara lain.
Tak peduli berapa banyak kepalsuan sehari-hari, saat benar-benar berhadapan dengan Fenghuang, barulah tersadar betapa menakutkannya kekuatan itu. Persis seperti menghadapi Baihu di puncak kemenangan penuhnya, manusia hanyalah makhluk kecil tak berdaya.
Tentu saja Kaisar sekarang berbeda dengan dulu. Keagungan yang lahir dari mengalahkan Baihu membuatnya mampu menatap langsung Fenghuang.
Tapi perhatian Phoenix tidak tertuju pada mereka. Semburan api putih menghujam dari langit, menembus masuk ke dalam gunung berapi.
Gelombang panas yang menyengat menggelegak. Bertahan terlalu lama dalam jarak seperti ini pasti akan membuat tubuh hangus terbakar. Energi dahsyat menerjang wilayah Kaisar, namun tak bisa menembus. Tingkat kesadaran seperti ini memang luar biasa mulia dan misterius.
Akhirnya tiba momen yang ditunggu-tunggu teman sekelas Shakespeare. Ekspresi genitnya lenyap diganti tatapan tajam yang tak berkedip mengikuti gerakan api yang menyapu sekelilingnya. Tangannya bergetar gemetar - makhluk sempurna nan menakjubkan! Nuansa puitis Shakespeare membanjir tak terbendung, bahkan air matanya meleleh. Kesempurnaan yang begitu mengharukan, hanya Dewa Tertinggi yang sanggup menciptakan mahakarya seperti ini.
Kesempurnaan adalah tingkat kesadaran yang selalu dikejarnya.
Tentu saja selera seni BT seperti ini hanya dimiliki orang sepertinya.
Bersamaan dengan api Phoenix, bola api dari Gunung Sumilun tiba-tiba melayang keluar. Menyerap energi api lalu tiba-tiba melesat ke tubuh Phoenix, melompat-lompat riang gembira. Tiga manusia yang menyaksikan ini hanya bisa tertegun bagai patung.
Astaga! Siapa sangka Phoenix bisa punya anak? Bertahan di sini sekarang jadi omong kosong belaka!
"Fenghuang tidak bisa mati. Saat energinya habis, feniks akan muncul. Tapi bola api ini anaknya?"
"Jika tersebar pasti jadi lelucon, tapi fakta ada di depan mata. Apakah Fenghuang vivipar?"
Kaisar juga bingung, tapi Bast tidak lagi ragu.
"Paduka, Elemen Api dari Lima Jenderal Elemental telah lahir!"
Bast yang baru saja tenang menatap bola api aktif di udara, "...Tapi bagaimana Elemen Api bisa berbentuk seperti ini?"
Ekspresi Kaisar penuh keraguan, ...Bagaimana mungkin ia membawa bola api besar ini?
"Paduka, ini seharusnya bentuk kelahiran Putri Phoenix."
"Putri Phoenix, sebelumnya kau pernah sebutkan statusnya sangat tinggi di antara ratusan klan?" Kaisar mengendalikan wilayah. Setelah bola api muncul, tekanan dari Fenghuang berkurang.
"Tepatnya, pemimpin ratusan klan. Dulu ras terkuat adalah klan naga dan Phoenix. Kebanggaan klan naga adalah Tiga Ksatria Naga Legendaris, sementara kebanggaan klan Phoenix adalah Putri Surga Phoenix yang dibesarkan Fenghuang."
"Jangan bilang dengan formasi hebat itu perang masih kalah?"
Kaisar pusing. Jika lawan sekuat itu, lebih baik bunuh diri massal saja.
"Menurut catatan sejarah, generasi itu memang memiliki Putri Surga Phoenix dan Ksatria Naga Emas. Benar-benar generasi mengerikan di Maya Daratan. Perang berakhir dengan kemenangan pahit, kerugian lawan pasti juga besar."
"Mendengar ini Kaisar juga lega, sebenarnya dia juga punya kepercayaan diri. Meski Zaman Ratusan Klan telah berlalu, manusia dan klan laut yang berkembang ternyata tidak lemah!"
Eksistensi adalah bukti dari keunggulan.
"Kalau begitu yang di depan pasti Gadis Phoenix?"
"Menurut catatan sejarah memang benar. Tampaknya ramalan sedang terwujud selangkah demi selangkah, Pangeran. Bahkan Gadis Phoenix terkuat telah muncul. Semula kami kira mereka sudah punah. Rupanya kemunculan Phoenix juga menjadi momentum." Bast mengangguk.
Aduh, dari manapun diliat, bola api raksasa ini tidak ada hubungannya dengan kata 'gadis' dalam sebutan Gadis Phoenix...
Kaisar tidak terlalu mempercayai legenda. Tapi jika bola api ini benar-benar mengikutinya, itu akan menjadi masalah pusing kepala. Di mana pun dia lewati pasti akan menjadi tanah gersang, Cagliari yang makmur hampir pasti akan dilanda kelaparan.
Tak lama kemudian bola api menyerap api dari Phoenix, lalu melayang di udara. Perhatian Phoenix akhirnya beralih ke Kaisar dan kelompoknya.
"Manusia..."
Kaisar merasakan Phoenix sedang berbicara dengannya. Orang biasa pasti sudah cemas setengah mati, tapi saraf besar Kaisar justru sepenuhnya bekerja.
"Haha, lama tak berjumpa, Saudara Phoenix."
...Apakah Phoenix termasuk pria atau wanita? Kaisar juga bingung membedakannya.
"Gender dalam pemahaman kalian tidak berarti bagiku. Mari kita lakukan transaksi."
Mendengar kata 'transaksi', otak Kaisar langsung berputar kencang. Harus diakui, setelah dididik oleh Yisha dan Yang Jingyi, dia jadi sangat sensitif terhadap dua kata itu.
"Arti transaksi adalah, seseorang ingin memberimu keuntungan. Dia sedang bingung bagaimana cara mendapatkan darah Fenghuang."
"Dengan senang hati, silakan bicara."
"Bantu aku merawat keturunan terakhir klan Phoenix dan melanjutkannya. Sebagai gantinya, aku akan membantumu suatu hari nanti."
Merawat keturunan klan Phoenix tentu tidak masalah. Bahkan jika itu bola api, Kaisar bisa mencari cara memeliharanya. Masalahnya, yang dia inginkan adalah darah Phoenix.
"Manusia, aku tahu pemikiranmu. Darah Putri Surga Phoenix adalah darah Phoenix. Jangan menolak, kau akan membutuhkan bantuanku. Aku akan mengakumulasi energi sekali - ini terakhir kali aku bergerak sebelum memasuki Nirwana ketiga. Jadi jangan sembarangan memanggilku!"
Mendengar ini, apa lagi yang dipikirkan Kaisar? "Kalau begitu Deal!"
"Bagus, kemampuan wilayahmu juga cukup baik. Tapi jangan mengira dirimu tak terkalahkan di dunia. Aku bisa merasakan, di dunia ini banyak yang bisa mengancam kelangsungan hidupmu. Pesan terakhir, waspadai kegelapan!"
Bahasa Phoenix terdengar di benak Kaisar. Bola api sepertinya enggan meninggalkan Phoenix, tapi keputusan Phoenix sudah bulat.
Shakespeare menatap Phoenix tanpa berkedip. Dia tahu pasti Phoenix sedang berkomunikasi dengan Kaisar. Bangsat, kenapa tidak langsung bertarung habis-habisan saja?
Jangan-jangan Kaisar ini lagi mendapat keuntungan?
"Orang Devir, setiap transaksi harus membayar mahal. Saat kau merasa telah menemukan cara terbaik, sebenarnya sedang mengulangi kekalahan. Berhentilah sekarang sebelum mengulangi kesalahan yang sama."
"Mendengar suara Fenghuang, Shakespeare langsung matanya berkilauan, sudut bibirnya tersungging senyum tak peduli, 'Merencanakan adalah urusan manusia, keberhasilan ada di tangan Tuhan, tidak mencoba bagaimana bisa tahu?'"
Ucapan Fenghuang tidak membuat Shakespeare terpancing emosi, mengulangi kesalahan yang sama? Berhenti?
Huh, bagaimana bisa berhenti, sekarang sudah tidak bisa dihentikan lagi!
Ini adalah permainan nyawa, entah menang atau kalah harus tetap dimainkan, hasil akhir akan seperti apa, dia tidak peduli, bahkan jika seluruh ras Maya punah, dalam ratusan, ribuan, bahkan puluhan ribu tahun, pasti akan muncul ras baru, apa hubungannya ini?
Shakespeare memiliki kepercayaan diri mutlak, meski berhadapan dengan Fenghuang dia tidak mundur sedikit pun, kalau berani bunuh saja aku, tidak ada gunanya, lagipula bukankah Makhluk Suci dari Empat Penjuru juga berarti keabadian!
Bukankah Baihu sudah mati.
Fenghuang tidak melanjutkan, ini memang bukan urusannya, dengan kicauan khas Fenghuang, ia membentangkan sayap dan berubah menjadi bola api yang menghilang.
Suhu sekitar tiba-tiba turun drastis, Kaisar akhirnya bisa lega, terus-menerus menggunakan wilayah memang beban berat baginya.
Di udara hanya tersisa bola api itu, tapi sepertinya sudah tidak membara lagi.
"Bast, ini kah gadis Fenghuang yang kau maksud? Jangan-jangan aku harus membawanya pulang dalam keadaan begini?"
Kaisar memandang bola api di udara dengan pusing, sementara bola api itu perlahan mendekatinya, jelas-jelas ingin menempel padanya.
“Hm, Putri Surga Phoenix ya, Kaisar. Kau mewakili kutub positif, maka aku akan mewakili kutub negatif. Permainan baru saja dimulai. Kali ini biarlah kau menang satu babak dulu. Siapa yang akan menang masih harus kita lihat perlahan.”
Setelah menenangkan diri, Shakespeare kembali ke sikap lamanya. Melemparkan kipas rusak di tangannya, ia berjalan terhuyung-huyung dan lenyap tanpa jejak meski terlihat lambat.
Kesalahan yang sama takkan terulang. Persatuan berbagai klan pun takkan pernah terwujud lagi. Kekalahan serupa takkan terjadi lagi. Fenghuang itu apa?!
