Lilyth tidak ikut menyerang. Tiga San You bekerja sama, mengabaikan kabut hitam dan membentuk jaring raksasa. Mereka menyapu habis pasukan arwah hingga menjadi tulang-tulang remuk. Makhluk undead dari kolam darah lava memang merepotkan, tapi tetap tak mampu menghalangi serangan San You, meski sedikit mengganggu sapuan bersih mereka.
Bagi Lilyth ini biasa saja. Saat serangan ultrasonik dilancarkan, arwah-arwah pun berjatuhan seperti daun.
Para necromancer tak bisa tinggal diam. Gelombang kematian skala besar bergulung-gulung menyerang kelima orang. Arwah di tanah bangkit kembali, menyerbu tanpa takut.
“Bunuh necromancer dulu!”
San You menghilang. Mereka memang kuat, tapi lupa satu hal: arwah tak peduli pada yang kasat mata. Aura kehidupan mereka yang pekat tak bisa disembunyikan. Harus bertarung dengan kompetensi sejati.
Lilyth sebagai penyerang utama. Putri Dausu menunjukkan kemampuan timnya yang gahar. Sarung Tangan Penghancur Xing Minluo meledakkan apapun yang disentuh. Edmund berusaha memulihkan kekuatan sambil membantu sekadarnya menghadapi lawan yang sulit ini.
"Sihir para Necromancer tidak boleh diremehkan, apalagi ada tiga Grand Magus level di antara mereka. Kematian para antek tidak mereka pedulikan, tapi mereka sangat antusias dengan kekuatan yang ditunjukkan klan laut ini. Jika bisa menghajar mereka hidup-hidup, pasti akan jadi prajurit kelas atas!"
Rombongan arwah menerjang Lilyth dan kawanan, namun Tiga Hantu justru bersukacita. Ini bagaikan santapan yang dihidangkan!
Tubuh mereka membentang seperti jaring di hadapan arwah. Dalam hal kemampuan absorpsi, arwah-arwah ini masih jauh kalah.
Raungan mematikan dari neraka menggema - ini adalah sihir arwah: Panggilan Dewa Kematian.
Lilyth segera melepaskan ultrasoniknya, serangan psikis yang sama. Kini mereka juga merasakan betapa sulitnya lawan ini. Bagaimanapun, tiga Necromancer Grand Magus dengan pasukan penyihir dan bala tentara arwah jelas mendominasi, inilah keunggulan taktik arwah.
"Medan di sini kurang strategis, giring mereka ke permukaan tanah untuk dihabisi!" Edmund melepaskan jaring listrik sambil menghadang arwah yang menerjang.
Lilyth dan yang lain segera mengangguk. Jelas mereka bukan lagi pemuda kikuk yang hanya bisa menerjang buta. Hadapi lawan seperti ini dengan ceroboh, kemungkinan terjungkal memalukan sangat besar. Tambahan lagi, kolam darah lava bisa menyuplai energi ke arwah. Ruang sempit membatasi aksi mereka.
Tiga Hantu menghadang arwah, sementara Lilyth dan Edmund membuka celah lalu melesat ke permukaan tanah.
Lima orang langsung menyerbu keluar, arwah-arwah pun berhamburan keluar bagai air pasang. Necromancer jelas mengabaikan hal ini. Saat menyadarinya, sudah terlambat. Bertarung di luar jelas tidak seuntung di bawah tanah. Tapi dengan kekuatan superior yang mereka miliki, mustahil melewatkan kesempatan ini.
Menghirup udara segar di luar, suasana hati Lilyth dan yang lain membaik. Arwah sialan, bersiaplah menerima penghakiman Dewa Laut!
Mereka masih penuh keyakinan bisa menghabisi arwah-arwah ini!
Mereka tidak menghabiskan tenaga melawan arwah, tapi memusatkan perhatian penuh pada necromancer. Selama necromancer tidak mati, arwah yang mati akan terus hidup kembali. Pulau ini menyediakan ruang gerak luas. Dua necromancer yang baru muncul langsung merasakan Bodongong misterius Lilyth yang ada di mana-mana, kepala mereka meledak di tempat!
Ini membuat necromancer di dalam terkejut. Setelah satu necromancer tewas saat baru muncul, mereka tidak berani keluar lagi. Meski makhluk undead, berbeda dengan prajurit arwah tak berkesadaran, mereka tidak ingin sirna. Jika sirna, semuanya akan lenyap.
Arwah tidak keluar, mereka pun tak berani masuk sembarangan. Edmund tersenyum kecut, "Dunia macam apa ini? Arwah saja takut mati!"
Lilyth mengerutkan alis, "Arwah-arwah ini tidak biasa. Tampaknya kabar pasukan arwah yang sebelumnya ramai dibicarakan itu benar. Setelah kembali, aku harus melaporkan pada Ibu. Lagipula arwah-arwah ini sangat terorganisasi, bawah tanah ternyata membangun senjata, bahkan menciptakan makhluk undead yang aneh. Ini sangat tidak biasa!"
"Bagaimana cara memancing mereka keluar?"
Kelima orang itu tidak ingin membuang tenaga terlalu banyak menghadapi arwah yang terus-menerus mengalir. Tapi necromancer sepertinya bertekad tidak akan muncul, membiarkan arwah menguras tenaga mereka sampai mati.
"Jika tidak bisa, hancurkan saja tempat ini! Tidak percaya mereka tidak terkubur hidup-hidup!"
Saat mereka bersiap memanfaatkan kesempatan mengubur hidup-hidup, Kaisar tiba-tiba melesat keluar... Meski tidak bisa dikubur hidup, rasanya terkubur di bawah tanah jelas tidak ingin dia alami.
Arwah-arwah langsung menghindar, tidak berani mendekati Kaisar. Lilyth dan yang lain tertegun memandang pria di depan mereka.
"Kaisar!"
"Sudah lama tidak bertemu, semuanya!" Kaisar tersenyum, tanpa menunjukkan permusuhan.
Lilyth dan kawan-kawan justru waspada. Bagaimanapun yang di depan mereka bukan lagi klan laut tapi manusia.
"Apa hubunganmu dengan arwah?"
"Hehe, sama seperti kalian, aku juga tidak sengaja menemukan tempat ini. Tempat seperti ini tidak boleh dibiarkan. Lebih baik dibersihkan."
Kaisar tidak ingin berlama-lama. Kewaspadaan Lilyth dan kawan-kawan padanya bahkan melebihi pada arwah. Dia hanya tertawa menanggapi.
“Ini sudah kami ketahui, selesaikan arwah itu, baru kami akan meminta petunjuk darimu!” ujar Lilyth dengan nada dingin. Terhadap Kaisar, para pemuda klan laut bingung bagaimana menyikapinya. Awalnya adalah kompetitor sekaligus kebanggaan klan laut, kini berubah menjadi musuh terbesar. Dalam duel antara klan laut dan manusia kali ini, Kaisar adalah salah satu lawan kunci.
“Hehe, baiklah, lebih baik Yang Mulia dan Ratu mundur sedikit.”
Kekuatan mengalir deras, terpusat pada tinju kanan. Awalnya Lilyth dan kawan-kawan belum bergerak, namun melihat pemusatan energi sebesar itu segera berubah wajah, cepat-cepat mundur. Kaisar mengeluarkan pekikan keras, satu pukulan menghunjam ke tanah, lalu tubuhnya melesat ke udara. Raja Naga Merah telah muncul menyambut tuannya, ia sudah lama tak sabar menunggu.
Seluruh pulau bergemuruh hebat, diikuti dentuman tak henti. Ini bukan pukulan biasa. Pukulan ini mengandung tiga lapis tenaga penetrasi, sekaligus dibalut sihir tanah tingkat tinggi "gempa bumi dan goncangan gunung". Efek yang terjadi saat energi ini disuntikkan langsung ke bawah tanah bisa dibayangkan.
Ini reaksi berantai. Begitu keruntuhan dimulai, akan memicu keruntuhan lebih besar. Seluruh pulau bergemuruh tak karuan. Tak lama kemudian, pulau itu perlahan mulai tenggelam ke laut lepas.
Lilyth dan empat lainnya terapung di atas ombak, membiarkan hempasan gelombang menerpa tubuh mereka. Mereka benar-benar terpana: Inikah Kaisar?
Kekuatan yang begitu menakutkan! Bahkan qi tempur Jawara Pedang pun takkan sekuat ini!
Ini mustahil!
Dasar setan!
Melihat Raja Naga Merah Panpas yang bersujud di kaki Kaisar, kelima orang itu tidak berani bertindak gegabah. Seekor naga besar ini saja sudah cukup merepotkan mereka.
"Para arwah pasti tidak hanya punya satu basis seperti ini."
"Urusan klan laut kami, tidak perlu diurusi Manusia!" Kata-kata Da You terdengar sangat kasar.
Kaisar tidak menghiraukan, hanya tersenyum. Dari nada bicara Da You, ia menangkap aroma lain—mungkin kekecewaan. Kecewa karena dirinya bukan bagian dari klan laut?
"Hehe, sampai jumpa di turnamen duel! Panpas, ayo pergi!"
Panpas menyapu pasukan udang-kepiting itu dengan tatapan merendahkan. Lumayan, tapi mana bisa dibandingkan dengan tuannya Yang Mulia Panpas, Sang Raja Naga Merah yang mulia dan agung!
(Panpas merasa dirinya seperti dewa naga...)
Klan naga memang selalu suka menilai dari kekuatan!
Hingga Raja Naga Merah menyembur ke langit, Lilyth dan yang lain tetap tak bergerak.
Saat berhadapan dengan para arwah tadi, keempatnya tetap tenang. Mereka sama sekali belum mengeluarkan kekuatan sejati. Dengan bertarung habis-habisan, arwah-arwah itu pasti tak sanggup menghalau mereka. Tapi menghadapi Kaisar yang seolah tak punya sisa tenaga, mereka justru merasakan sedikit rasa dingin.
Naga sebesar itu malah tunduk patuh padanya. Bagaimana bisa? Mereka baru berpisah sebentar!
"Ada yang aneh di sini. Kekuatan Kaisar jelas tak sebanding naga itu, tapi..."
"Benar. Aku juga tidak merasakan energi kuat, tapi tadi dia bisa menghancurkan pulau dengan satu pukulan. Ini..."
“Bukan satu pukulan, ada fluktuasi elemen tanah yang kuat di dalamnya, paling-paling hanya meminjam kekuatan. Jika kami yang menyerang juga akan menghasilkan efek seperti ini!” Lilyth mencibir dengan tidak rela berkata. Menenggelamkan pulau kecil seperti ini sama sekali bukan hal sulit, mereka pun bisa melakukannya, hanya jauh tak bisa dibandingkan dengan ketenangan Kaisar, seolah itu hanyalah hal sepele.
Pertemuan kali ini meninggalkan kesan mendalam pada kelima orang. Selama masih ahli muda dari klan laut, tak ada yang tidak menjadikan mengalahkan Kaisar sebagai target pribadi. Pengkhianat klan laut ini bukan hanya membawa harapan, tapi juga kepercayaan!
Sebagai harapan klan laut, mereka harus mengalahkannya, merebut kembali kemuliaan yang menjadi milik klan laut!
Sudah lama setelah Kaisar dan Lilyth pergi, permukaan laut mendidih bagai air mendidih. Tiga necromancer perlahan mengintip keluar.
“Tak disangka kekuatan Kaisar sudah mencapai tingkat ini, kekuatan satu serangan bahkan bisa menghancurkan kolam darah!”
“Kedewasaannya sudah melampaui perkiraan sekakmat, harus segera dilaporkan!”
Tiga Grand Magus yang selamat berkat perlindungan kolam darah menatap kosong ke kejauhan saat perlahan tenggelam ke dasar air. Meski satu markas hancur, karena dihancurkan oleh Kaisar sendiri, Yang Mulia seharusnya tidak akan menyalahkan. Bagaimanapun kekuatan seperti itu berada di luar level yang bisa dihalangi oleh orang-orang sekelas mereka. Hanya saja keterbukaan beberapa strategi membuat mereka khawatir. Untungnya konflik antara klan laut dan manusia mulai memanas lagi. Selama mereka tetap diam, dengan pemikiran manusia dan para bangsawan klan laut yang menganggap diri mereka superior itu, sulit bagi mereka untuk memberikan perhatian khusus. Paling-paling hanya menganggapnya sebagai ulah necromancer, mana mungkin bisa mengancam mereka?
