"Kepala departemen, ada satu di sini!"
"Di sini juga ada!"
"Di sini juga sama!"
Dalam radius pencarian yang mungkin, segera ditemukan tiga pintu masuk. Kao sangat membutuhkan bantuan saat ini. Memecah pasukan adalah keputusan yang salah, tapi mereka tak punya pilihan lain. Tidak mungkin menentukan mana pintu masuk yang benar.
"Diddy, ikut aku lewat sini! Zhebie, pimpin Dragon Rider lewat jalur ini! Bast, Arroyo, dan empat penyihir ambil pintu ketiga! Segera bergerak!"
Tak ada waktu untuk ragu. Mereka langsung berpisah dan masuk ke dalam terowongan bawah tanah.
Tapi... ketiga pintu masuk itu salah. Mereka lupa postur tubuh Kao lebih pendek. Orang cenderung memilih jalan yang sesuai dengan ukuran tubuh mereka sendiri.
Saat ini otak Kao bekerja dengan cepat. Mungkin Kao sendiri merasa lucu - tak disangka suatu hari dia harus mengandalkan kecerdasan untuk menghadapi musuh.
“Kami adalah duta Raja Naga Suci, datang khusus menyampaikan deklarasi perang! Dalam perang antar kerajaan, utusan tidak boleh dibunuh!”
Kao hanya bisa mengeluarkan kalimat tidak relevan ini. Namun jelas Pangeran Api sempat terhenti. Tentang tetangganya yang perkasa itu, Pangeran Api tahu: klan naga itu kuat, apalagi klan Naga Suci. Dulu dia pernah ingin merebut tebing es tinggi itu, tapi tahu kekuatan wilayahnya takkan sanggup mengalahkan kadal-kadal bersayap itu. Tak disangka mereka mengincar wilayahnya. Tapi belum pernah dengar naga bisa menggali terowongan.
“Makhluk bodoh ini berani menipuku!”
Tiga kali ke kanan, tiga kali ke kiri, tiga kali ke atas, tiga kali ke bawah.
Pangeran Api melampiaskan kekesalannya. Nasib Kao malah semakin parah. Seluruh tubuhnya sudah tidak utuh lagi, darah terus mengucur. Jika begini terus, dia bisa mati kehabisan darah.
Sementara itu yang lain bergerak cepat. Kaisar dan Diddy yang tercepat. “Kao, bajingan pencari masalah! Tahan terus! Kalau berani mati, gue nggak bakal lupakan lo!”
Kaisar meneriakkan amarah, tubuhnya berubah menjadi bayangan. Diddy di belakang juga seperti garis hitam. Koridor bawah tanah berkelok-kelok tak bisa menghalangi mereka. Tapi dunia bawah tanah adalah labirin raksasa, mereka sedang berputar-putar.
“Apapun itu, yang berani menyerang Tuan Api yang Mulia pasti akan dihukum, kau akan jadi persembahan pertama.” Sang Tuan yang baru saja bergerak merasa perutnya sedikit lapar, jarak ke area makan cukup jauh, benda kecil di depan mata ini meski jelek mungkin bisa mengganjal perut.
Lidah menjulur, Kao langsung tergelincir masuk ke mulut berdarah itu.
Di saat genting hidup dan mati, potensi Kao benar-benar terbakar. Dengan teriakan keras, Kapak Vakum merasakan panggilan tuannya dan melayang menebas lidah. Senjata suci bukan main-main, langsung membuat Sang Tuan menjerit kesakitan. Tapi meski begitu hanya meninggalkan goresan merah, tak sampai terputus.
Kao tak peduli citra, membuka mulut lebar lalu menggigit lidah berkali-kali. Meski dua gigi copot, tetap berhasil mencabik daging.
Sebenarnya semakin besar luka, rasa sakit justru berkurang. Tapi gigitan Kao yang disertai tarikan ini bagi Tuan Api adalah siksaan tak tertahankan. Kao terlempar seperti bola.
Terkapar lemas di tanah, Kao frustasi. Ingin bangun tapi tubuh tak menuruti. Saat melepaskan diri, kait terbalik di lidah menyobek beberapa dagingnya. Rasa kulit terkupas hanya diketahui yang merasakan.
"Makhluk hina, kutantarkan jiwamu kekal di neraka api!"
Kwaaa...
Sang Penguasa Api membuka mulut kodok raksasanya lebar-lebar, api ungu misterius melesat membentuk parabola aneh menyelimuti Kao di tanah.
Ketidaktahuan melahirkan keberanian, Kao teman sekelas jelas tidak paham nilai serangan ini. Seandainya penyihir level Magister Sihir yang melihat, pasti akan kabur. Ini adalah Jiwa Api Abadi, secara gamblang bisa disebut materialisasi serangan psikis. Keunikannya: tak bisa dihalangi! Baik qi tempur maupun magic, semua energi material tak mampu menahan serangan khusus ini. Jika terkena, kerusakan tubuh tidak signifikan, tapi cap jiwa dan serangan psikisnya mematikan. Dua hasil mungkin: kematian (yang lebih baik), atau jiwa terbakar selamanya - tidak sampai mati tapi terus mengulang kematian.
Ini sudah hampir setara kemampuan dewa. Hanya monster level Penguasa yang bisa menguasai kemampuan seperti ini.
Entah Kao paham atau tidak menakutkannya serangan ini, faktanya dia sudah kehilangan kemampuan menghindar. Gigitan tadi hanyalah semburan terakhir kekuatan - level kekuatan mereka terlalu berbeda jauh.
Tubuhnya hanya bergeser sedikit, api ungu telah menyelimuti Kao sepenuhnya.
Jeritan memilukan mengguncang langit dan bumi.
Kaisar dan yang lain di dalam gua bawah tanah pun mendengarnya.
Kao itu tipe keras kepala, sekarat pun takkan berteriak seperti itu. Jika sampai menjerit, berarti menghadapi sesuatu yang lebih menakutkan dari kematian.
Penderitaan serangan ini bukanlah sesuatu yang bisa ditanggung makhluk hidup. Dalam sekejap, Kao merasakan arti "hidup lebih menyakitkan dari mati". Jeritan itu begitu menggegerkan hingga mengguncang langit dan bumi.
Gaung dahsyat bergema di dalam gua. Semua langsung mendengar. Kaisar dan Diddy berhenti. Kaisar perlahan menutup mata. Beberapa detik kemudian, dia membuka mata kembali dengan pandangan membunuh yang bahkan membuat Diddy mundur ketakutan.
Kaisar menghantam dinding di depannya dengan pukulan. Gua ini sangat kompleks. Siapa tahu jalan menuju ke mana. Tapi dia bisa membuka jalan. Layaknya Orang Kerdil Gua, Kaisar mencurahkan pukulan kilat dengan kekuatan terkonsentrasi di titik pusat. Setiap pukulan mampu membobol terowongan. Penguasaannya atas kekuatan telah mencapai puncak kesempurnaan.
Diddy di belakang langsung terkena lemparan batu dan tanah yang beterbangan. Hanya dengan lima-enam pukulan, mereka sudah sampai di terowongan lain. Tempat ini benar-benar seperti labirin.
Tapi Kaisar bukanlah dewa. Secepat apapun, dia tak bisa langsung tiba di medan perang.
Raja Api menganga lebar dengan girang. Dia paling senang menyaksikan makhluk terbakar api jiwa. Semakin kuat jiwanya, semakin berapi-api penyiksaan itu. Sayangnya, benda kecil ini hanya sempat menjerit sekali sebelum tak bersuara. Ah, simfoni penderitaan yang indah itu cuma bisa dinikmati sekali saja. Benar-benar belum puas.
"Haha, istriku terima kasih telah melahirkan seorang Pangeran untuk klan She'oubei kita! Lihat betapa garangnya tangisan si kecil ini!" Pak Senior yang masih muda menatap anaknya sambil tertawa.
"Yang Mulia, berilah dia nama."
"Baik,...namakan Kao saja. Ini nama Dewa Perang Kuno, dia pasti akan memimpin Suku Kerang menuju kejayaan kembali!"
Pak Senior dan Ibu Suri tertawa bahagia.
"Kao, inilah harta karun Suku Kerang kita - Kapak Vakum Jianaluo! Senjata suci ini mengakuimu, benar-benar ya!" Tanpa ragu Pak Senior menyambar Kao yang baru berusia 1 tahun dan menciumnya habis-habisan. Kao meronta tapi tak berdaya. Di samping bayi kecil itu tergeletak kapak perang raksasa yang memancarkan sinar biru mempesona.
Seorang anak klan laut berusia 3-4 tahun sedang menyeret kapak raksasa ke sana kemari.
"Percuma. Suku Kerang memang lemah sejak lahir. Aku yakin dia gagal. Andai saja senjata ilahi ini milik keluarga kerajaan..."
"Benar! Sungguh pemborosan sumber daya!"
Saat berusia 6-7 tahun, Kao sudah mulai berlatih dengan kapaknya. Dia menghajar tanpa henti sampai wajahnya memerah dan tangan kaki kram, tapi hasilnya tak signifikan.
"Yang Mulia, izinkan dia beristirahat. Anak ini masih kecil, dia hampir tak kuat." Ibu yang hatinya tersayat melihat penderitaan anaknya ini tak bisa menahan air mata mengalir deras.
“Kamu ngerti apa, anak-anak Suku Naga Laut di usianya sudah bisa membunuh monster. Dia memikul tanggung jawab membangkitkan Suku Kerang. Jika tidak bisa membuka senjata suci, Kapak Vakum Jianaluo akan disita Dewan Tetua untuk redistribusi. Lalu apa muka yang tersisa bagi Suku Kerang untuk terus hidup? Selain bunuh diri, bagaimana aku bisa menghadapi leluhur!”
“Bodoh sekali, tingkat kebodohannya luar biasa. Dibilang genius? Dibanding keluarga kerajaan, kemampuannya cuma level orang biasa!”
“Hmph, tidak adil sampah seperti ini punya senjata suci. Aku akan memberinya pelajaran!”
Kao diinjak-injak bawah kaki. Meski seorang pangeran, lawannya dari keluarga kerajaan, ini cuma latihan sparring. Tak ada yang bisa protes - kemampuanmu memang di bawah.
Tak ada yang memperhatikan ekspresi anak kecil ini. Senyumnya menyimpan makna tak terduga.
Kao tahu untuk bertahan hidup, orang seperti dirinya harus punya dua hal: optimisme dan kerja keras.
Tanpa optimisme, dia sudah mati sejak lama. Tanpa kerja keras, dia juga sudah binasa.
Tapi Tuhan tak membalas jerih payah. Pengorbanannya tak sebanding hasil. Suku She'oubei terlalu lemah - tak punya tubuh bangsawan, teknik rahasia kerajaan, maupun bakat alami.
Bukan genius, dia harus membayangi yang genius hari demi hari. Tahun berganti tahun, dia tahu jika tak berusaha, Kapak Vakum akan hilang. Suku She'oubei akan runtuh.
Menahan tekanan sebesar ini, tak pernah mengeluh. Hanya senyum dan canda yang dipakai untuk hadapi segala hinaan. Bertahan adalah satu-satunya pilihan.
"Tapi, mutiara, pada akhirnya pasti akan bersinar!"
"Makhluk bodoh, ketahanannya cukup kuat, sampai seperti ini masih tidak mau menyerah." Tuan Pemimpin memandang reaksi api jiwa dengan rasa ingin tahu, ternyata masih ada yang bisa menghalangi erosi api sihir jiwa, ini pertama kalinya, bahkan monster kelas super pun tidak bisa. Terakhir kali manusia dengan sebutan Saint Domain, sepertinya langsung terbakar.
Perubahan aneh muncul, Kao tiba-tiba diam, permukaan tubuhnya mengeluarkan lapisan baju zirah alami yang perlahan membungkus Kao, bahkan menunjukkan tren mengusir api sihir abadi.
"Hmph, makhluk tolol, lapisan batu bisa menghalangi api jiwa? Gue yang melahirkanmu!" Baru selesai menggerutu, mulut kodok yang besar langsung menganga lebar.
Ini benda apa...
