Di aula besar, elit klan laut berkumpul terbagi dua kelompok. Satu kelompok dipimpin Roye, Prometheus dan para ahli generasi muda, sementara kelompok lain dipimpin Yixiutakuta yang merupakan tulang punggung sejati klan laut. Di hadapan mereka berdiri enam raja klan laut dan perwakilan Dewan Tetua.
“Latihan kalian belakangan masih kurang! Terlalu lemah! Harus mengeluarkan jiwa berusaha mati-matian, berjuang untuk kemuliaan klan laut!”
Seorang tetua sedang berpidato muluk-muluk tentang kemuliaan klan laut.
Roradman sudah mau tertidur. Wajah Pak Senior itu benar-benar bikin kesel, seharian cuma bisa ngomong sampah. Masalahnya, kakek kurang ajar ini masih berasal dari Suku Hiu mereka. Sungguh memalukan. Rupanya masuk Dewan Tetua bisa membuat orang jadi korup.
Setelah berpidato panjang lebar selama setengah jam dengan cukup, Raja Naga Laut Carasso maji ke depan. Seketika mereka semua gemetar, mata mereka membelalak lebar.
“Manusia ahli dalam kontrak perbudakan, ini merupakan perpanjangan dari magic. Melalui kontrak ini, mereka bisa hidup berdampingan dengan monster kuat, sementara monster rela bertempur untuk mereka. Artinya, kalian mungkin harus menghadapi dua ahli sekaligus saat bertarung.”
“Yang Mulia Carasso, monster rendahan bukanlah lawan kita!”
Pemuda dari Suku Hiu itu bersemangat. Roye ingin menendangnya sampai mati. Idiot ini, kalau diam saja takkan ada yang menganggapnya bisu. Hari ini benar-benar sial, mempermalukan.
Xiusdimann sang Raja Hiu mendengus kesal. Pemuda itu langsung menundukkan kepala.
“Pertama, kemampuan tim kalian belum tentu lebih unggul dari manusia. Kedua, monster yang dikontrak manusia punya kemampuan khusus, adalah naga!”
Istilah monster mungkin terlalu umum, tapi kata "naga" sangat legendaris. Baik klan naga laut maupun naga darat, semuanya adalah ras dominan tingkat satu yang tak boleh diremehkan.
“Yang Mulia, ini tidak adil! Ini namanya dua lawan satu!”
Beberapa pemuda klan laut ikut menyetujui. Tentu saja Roye dan kawan-kawan tidak akan begitu "naif".
“Diam! Kata-kata pengecut seperti ini tak pantas keluar dari mulut klan laut!” Tetua tak tahan mencaci.
“Panggilan juga merupakan kemampuan, mirip pengendalian binatang tapi lebih kuat. Jadi untuk berjaga-jaga, kalian juga harus membuat kontrak dengan putri duyung!”
Klan laut terus belajar dari manusia. Setelah menderita kekalahan dalam Perang Bulan Suci, wajar mereka sangat memperhatikan hal ini.
“Roye, Prometheus, Elina, Clarisse, Roradman, Lilyth, Youyou, Edmund.”
“Siap!”
Delapan orang maju ke depan.
“Kalian sebagai gelombang pertama. Keberhasilan menandatangani kontrak perbudakan tergantung kemampuan dan keberuntungan besar kalian. Yixiutakuta, bawa mereka pergi. Yang lain tunggu gelombang kedua.”
“Siap, Yang Mulia!”
“Takutaa, kita mau ke mana? Bocorin dong?” tanya Roradman sambil tersenyum genit.
Yixiutakuta adalah yang paling santai di antara mereka. Tanpa sikap sok senior, ia justru nyambung bergaul dengan semua orang.
“Nanti juga tahu. Kalau hoki, kekuatan kalian bisa berlipat ganda lho.”
Mendengar kata "kekuatan berlipat ganda", sorot mata mereka yang awalnya acuh tiba-tiba tajam. Kerakusan akan kekuatan tak lagi mereka sembunyikan.
Elina dan Clarisse selalu jadi pusat perhatian dimanapun. Putri cantik dan cerdas ini jadi incaran lelaki-lelaki kompeten. Apalagi di sekelilingnya berkumpul orang-orang percaya diri. Tapi semua juga tahu skandal Kaisar yang menggemparkan itu. Begitu dikonfirmasi Kaisar adalah manusia, mereka yakin kesempatan emas telah tiba.
Bagaimanapun dalam persepsi mereka, mustahil ada hubungan antara putri bangsawan dengan manusia biasa seperti Kaisar.
Elina dan Clarisse jengah dengan para penggoda yang terus memamerkan diri bak merak jantan. Mereka tak sadar bahwa perempuan punya selera - yang disuka, apapun akan diterima; yang tak disuka, usaha sekeras apapun percuma.
“Lilyth juga cukup cantik, menunjukkan gaya khas suku Doth. Namun di hadapan Elina dan Clarisse yang begitu memesona, sedikit perempuan yang bisa mempertahankan semangat mereka.”
“Kecantikan juga merupakan senjata mematikan.”
“Lilyth sendiri tidak terlalu mempermasalahkan hal ini. Teknik meditasi suku Doth sangat baik. Ia tidak tertarik dengan cinta antara pria dan wanita. Daripada menghabiskan waktu untuk itu, lebih baik ia berlatih keras. Dalam turnamen duel kali ini, ia memikul tugas penting: membersihkan rumah tangga. Diddy kabur membawa Pisau Pemikat Shiwaloka dari Sepuluh Senjata Suci Bangsa Laut ke dunia manusia, membuat martabat suku Doth tercoreng.”
“Sungguh tak masuk akal perempuan luar biasa seperti Elina dan Clarisse bisa jatuh cinta pada seseorang. Apakah pantas mengacaukan bangsa laut demi seorang lelaki?”
“Pantas atau tidak, ia tak bisa menilainya. Pihak terkait terlihat tenang, sama sekali tidak menunjukkan keanehan.”
“Hanya sedikit yang tahu tentang perjalanan Kaisar ke Olympus. Jelas ini bukan kunjungan resmi. Kemungkinan Paus sendiri yang mau berbincang dengannya. Menjelang duel, latihan sparring dengan ahli puncak manusia pasti sangat membantu.”
“Panpas terus bertugas sebagai alat terbang. Ia menyadari kemampuannya terbang semakin baik dan cepat—hasil latihan. Naga mana yang mau terbang jarak jauh tanpa alasan? Bola melompat-lompat di atas kepala Panpas.”
“Kao, jangan terlalu bersemangat! Awas jatuh!”
“Wahahaha, kepala, kabarnya di Sekte Bulan Suci banyak gadis cantik, mana mungkin aku tidak antusias!”
Mendengar Kaisar akan pergi ke pusat Sekte Bulan Suci, Kao ngotot ikut dengan alasan - jadi bodyguard!
Mereka semua terdiam, tapi yang mengejutkan Kaisar malah menyetujui. Selain itu ada Mida Blasuo, jadi Kao dan Mida juga naik ke punggung Panpas. Tapi, buat apa sih anak ini bersemangat seperti Tuan Naga Sihir?
……Bakpao khas.
Mida selalu tenang. Dia direkomendasikan karena sebagai Pangeran, Kaisar tetap butuh pengawal resmi. Mida paling memenuhi kriteria.
Kalau ada keramaian seperti ini sebelumnya, Aya pasti sudah nempel seperti ekor kecil pada Kaisar. Tapi setelah Menara Magic Phoenix selesai dibangun, Aya memasuki kondisi aneh - mungkin latihan Putri Surga Phoenix. Sedangkan para penyihir memuja Aya layaknya Dewi Sihir, siap terjun ke api jika dia memerintahkan.
“Memang ada gadis cantik di sana, tapi lelaki juga banyak. Kamu harus hati-hati.”
“Haha, kepala, tenang saja. Aku selalu menaklukkan dengan daya tarik.”
Kao yang ceria menoleh ke Mida yang diam seribu bahasa: “Mida, lihat! Langitnya biru banget, gunungnya hijau. Jangan cemberut terus. Wah, gunung itu bentuknya unik.”
……Sebuah gunung berbentuk puting.
“Pangeran, saya mau meminta petunjuk pada Yugare Ksatria Naga dari Sekte Bulan Suci.”
Kao menatap ke arah langit, Si Sinting ini benar-benar memukul siapa saja yang ditemui,... tapi bisa dimaklumi.
"Aku akan bicara dengan Paus saat ini, Yugale pasti juga sangat tertarik. Tapi hati-hati, orang itu memang ahli yang sudah terkenal sejak lama."
"Ya."
Panpas terbang sangat cepat, dia mau cepat menyelesaikan tugas lalu pulang tidur. Bangsat, sayap dewa ini sudah cemberut semua.
Sekalipun naga, terbang jarak jauh seperti ini juga butuh istirahat. Tapi Kaisar jelas tak berniat memberinya waktu jeda. Setelah penyelesaian urusan ini, setelah merapikan semuanya mereka bisa segera berangkat ke Allen.
Terbang beberapa waktu lagi, feel Panpas sudah pegal-pegal pinggang dan punggung. Akhirnya dikembalikan. Mida Blasuo memanggil Casillas. Menggunakan naga sebagai alat transportasi sambungan memang spektakuler dan mewah.
Terbang selama sehari dua malam, tempat suci Sekte Bulan Suci, Olympus sudah di depan mata. Dari jauh sudah terasa Olympus seluruhnya berada dalam barrier raksasa. Membuat barrier sebesar ini memang agak mewah, tapi dengan banyaknya umat beriman, Sekte Bulan Suci memang tidak kekurangan uang.
Belum sempat mereka mendekat, di udara sudah muncul resimen besar ksatria griffin. Jelas kemunculan naga suci menarik perhatian penjaga tempat suci. Melihat sekilas, Kaisar juga merasa Sekte Bulan Suci benar-benar kreatif. Baru mulai serangan sudah ada 200 griffin, sungguh megah!
Ksatria Griffin yang bersenjata lengkap sama sekali tidak gentar meski yang dihadapi adalah naga. Bagi penganut yang taat, mereka tak takut mati maupun teror. Keyakinan kuat dan kesetiaan pada dewa sudah cukup bagi mereka.
"Di depan adalah tempat suci Sekte Bulan Suci, Olympus. Para tamu harap berhenti!"
Seekor Griffin berwarna putih bersih terbang menghadang naga suci. Sang ksatria tetap tenang dan waspada meski mendapat tekanan dari naga suci.
Inilah Pasukan Ksatria Bulan Suci, salah satu dari Empat Ksatria Utama Maya. Memang luar biasa reputasinya.
Casillas menggeram untuk menunjukkan ketidaksenangannya pada burung-burung kecil yang berani menghalangi jalannya. Teriakan naganya seketika membuat para Ksatria Bulan Suci di bawah waspada total. Mengingat ksatria naga adalah ahli bela diri kelas dunia, beberapa sudah pergi melaporkan ke kapten. Tapi Yugale sudah bergerak.
Naga Petir menderu mendekat dari kejauhan.
"Jangan kurang ajar! Ini Yang Mulia Pangeran Kaisar dari Cagliari. Selamat datang di Olympus. Yang Mulia Paus sedang menanti."
"Hehe, terima kasih. Tolong antar!"
Mida Blasuo dan Yugale sudah saling mengukur lewat pandangan, tapi belum saatnya untuk latihan sparring.
Naga suci mendarat di tengah kerumunan Griffin. Para ksatria di darat membuka jalan sambil terpana memandang naga perkasa yang megah itu.
"Sementara dari punggung naga turun tiga orang, pemuda di depan pastilah Pangeran Kaisar yang sedang menjadi sorotan. Dengan usia begitu muda, kemampuannya sudah mencapai tingkat yang tak terukur. Tapi dari penampilan luar, sama sekali tak terlihat aura ahli, justru dua orang di belakangnya memiliki semangat yang sangat mengintimidasi."
"Yang tinggi tampan di sebelah kiri mungkin adalah Ksatria Naga yang baru saja promosi, Tuan Mida Blasuo. Tidak ada rahasia di Maya, apalagi kemunculan Ksatria Naga Suci langsung tersebar luas. Naga memang terlalu spektakuler. Adapun si pendek yang terlihat bodoh itu tidak dikenal orang. Pasti orang hebat juga bisa mengikuti Pangeran, meski penampilannya kurang meyakinkan."
"Kao yang merasa diperhatikan segera mengembungkan perutnya sambil menggerakkan rambut. Jurus ini warisan Yang Jiu Cheng. Untuk mencapai tingkat kesempurnaan alami, hampir saja lehernya terkilir."
"Para Ksatria Bulan Suci ingin tertawa tapi tak berani. Disiplin ketat memaksa mereka menahan tawa sampai ke usus, wajah tetap harus terlihat khidmat. Sungguh tersiksa."
