Pertandingan pekan pertama berjalan mulus. Para ahli manusia dan klan laut tidak menemui banyak hambatan, hanya sekadar tampil di lapangan dan menunjukkan diri. Namun mulai pekan kedua, situasi mulai berbeda.
Setelah satu pekan, tingkat kemenangan klan laut cukup tinggi sehingga belasan anggota mereka mendapat bye dan waktu istirahat. Tentu ini baru permulaan. Keunggulan belasan orang belum berarti apa-apa. Peserta dari kedua ras tidak terlalu memikirkannya, meski anggota klan laut sangat antusias - setiap kelebihan sekecil apapun patut dibanggakan di saat seperti ini.
Tak lama kemudian pekan kedua dimulai. Kali ini, kemungkinan duel antara ahli manusia dan klan laut meningkat signifikan.
Namun harus diakui, di pekan kedua langsung terjadi pertarungan bergengsi yang menyedot perhatian kedua ras. Pangeran Prometheus, putra Yang Mulia Rafael Raja Paus, akan berduel melawan Komandan Legiun Raksasa Kerajaan Cagliari manusia, Bast.
Pertempuran antar raksasa!
Secara fisik, Prometheus bahkan sedikit lebih besar dari Bast. Akhirnya terjadi duel dengan intensitas mematikan! Baik ahli manusia maupun klan laut sama-sama memberikan perhatian penuh.
Posisi strategis di lokasi pertandingan sudah direbut para ahli dari berbagai faksi. Orang biasa yang ingin menonton akan kesulitan mendapat tempat.
“Lihat, orang-orang Cagliari datang! Yang memimpin adalah Pangeran Kaisar, Magister Sihir, pasukan Dragon Rider, dan Putri Surga Phoenix Athena!”
“Orang Ottoman juga datang. Meski sekarang mereka menguasai, hubungan permusuhan alami tak bisa diubah.”
“Orang Ottoman dari atas sampai bawah memancarkan aura pembunuh. Ck ck, keren sekali!”
“Klan laut telah tiba!”
Tokoh spesial telah disiapkan di posisi khusus. Raja Paus Rafael hadir langsung, sementara Roradman sahabat Prometheus tentu tak akan absen.
“Pangeran Prometheus pasti menang!”
“Pasti! Klan raksasa? Tak pernah dengar. Manusia cuma bisa bikin hal-hal norak. Bisheng Pangeran!”
Klan laut bergemuruh semangat, sementara pihak manusia bingung merespons. Memang klan raksasa kurang terkenal, keahlian bukan dinilai dari ukuran tubuh. Kengerian klan paus bukan cuma karena postur.
Prometheus telah berdiam tenang di panggung, Bast tetap tenang.
Prajurit utama klan raksasa memang bertubuh besar, tapi dibanding klan paus masih kalah. Tentu ini bukan lomba ukuran.
Wajah Prometheus muram, Roradman juga tampak hati-hati, mengabaikan Marylin yang terus meneriakkan provokasi di samping.
“Roradman, bocah sialan! Kemana semangatmu? Xiumi Bisheng! Manusia kecil itu bisa kuremuk sekali pukul! Hidup aura Paus!”
Roradman tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala. Bast adalah ahli langka. Andai sesederhana itu. Meski dalam hati tidak mau mengakui, peluang kemenangan Xiumi memang tipis.
Memang dibanding nama besar Prometheus, Bast kurang terkenal. Legiun Raksasa menang karena ukuran tubuh, tak pernah melakukan hal heroik. Pertarungan Bast vs Kaisar hanya diketahui internal. Kengerian prajurit raksasa ini telah dirasakan Dragon Rider, pasti masuk 5 besar ahli Cagliari.
Kedua tim saling memberi hormat.
“Targetku adalah Kaisar!” kata Prometheus tegas.
Bast tersenyum tipis: “Lalu?”
“Aku pasti akan mengalahkanmu!”
“Tunjukkan padaku.” Sebagai perwakilan ras raksasa yang berevolusi, Bast ingin merasakan ‘kekuatan’ yang dimaksud.
Mereka pernah membandingkan: kualitas umum klan Paus lebih tinggi dari raksasa. Tapi lain cerita dengan Titan. Sayangnya keturunan Titan hanya tersisa Bast.
Kemuliaan agung sang raksasa.
Dua wasit bersembunyi sambil melebarkan mata. Dengan banyak ahli disini, tugas mereka jadi mudah. Asal jangan kena imbas saja.
Tapi bagaimanapun dilihat, peluang kemenangan Pangeran Paus lebih besar. Genius dari klan paus ini telah berjuang dengan tekad baja, kemampuannya berkembang pesat. Bahkan Raja Paus yang biasanya kurang puas sekarang cukup mengagumi Prometheus.
Prometheus merentangkan kedua tangannya, lalu menggenggam dengan keras. Orang-orang langsung merasakan getaran kekuatan dahsyat - inilah aura Paus yang tak tertandingi.
Bruuum...
Lengan kanan Prometheus mengayun keras, aura Paus meledak keluar. Tanah terkoyak oleh kekuatan itu membentuk parit yang melesat menuju Bast.
Bast tetap diam tak bergerak. Kekuatan itu menghujam tubuhnya dengan dahsyat, debu beterbangan. Sorak sorai terdengar dari klan laut, aura Paus memang ganas! Tapi sorakan terhenti saat debu tersibak, Bast dengan santai membersihkan debu di bajunya.
"Inikah yang disebut aura Paus? Agak mengecewakan."
Kerumunan gempar. Sungguh sombong!
"Haha, Bast yang biasanya tenang ini akhirnya menunjukkan temperamen. Menarik, prajurit klan paus itu akan babak belur."
Yang Jiu Cheng tertawa. Bast biasanya terlalu kalem, jarang ada hal yang bisa membangkitkan minatnya.
Kaisar dan yang lain tidak setuju. Meski Bast jelas lebih unggul, klaim kemenangan mutlak masih berlebihan. Lawannya adalah Prometheus, meremehkan genius paus yang gigih akan berakibat buruk.
Benar saja, Prometheus juga tersenyum. Orang itu benar-benar luar biasa. Lawan sekuat ini sangat tepat!
"Prometheus tiba-tiba melesat ke ketinggian, dari posisi superior menyatukan kedua kepalan tangan dan menyerang Bast. Bast yang melihat Prometheus di udara mulai serius - lawan mulai bermain sungguhan."
Gelombang kekuatan dahsyat bergetar di udara. Tiba-tiba tubuh raksasa Prometheus bergeser sedikit, cahaya matahari di belakangnya menyilaukan mata Bast. Pada momen inilah Prometheus meneriakkan keras:
Teriakan paus mengguncang...
Gelombang kekuatan di kedua kepalan tangan mengeluarkan suara mendesis, menekan ke bawah bagai gunung yang runtuh.
Satu-satunya reaksi Bast adalah menghalangi dengan kedua kepalannya juga. Bruuum...
Kekuatan dahsyat itu memicu angin topan. Nasib penonton cukup parah - karena pekan kedua masih tanpa perisai pelindung, banyak yang langsung tertiup. Tapi beberapa tetap bertahan.
Bukan hanya bertahan, mereka menyaksikan dengan jelas.
Bast sengaja mencoba-coba kekuatan lawan, mengingat dia masih mendominasi.
Empat kepalan tangan bertabrakan. Dengan keunggulan posisi, Prometheus berusaha menghantam Bast langsung ke bawah tanah.
Bruuum... Runtuh...
Tekanan kekuatan maha dahsyat membuat permukaan tanah langsung ambles bagai dihujani meteor.
"Hehe, Bast sedang menyalurkan gaya. Tapi panitia terlalu berhemat - seolah tahu kondisi ini, mereka hanya menggunakan granit biasa untuk lapangan."
“Omongan kosong, tak ada yang bisa menghalangi para ahli ini mengamuk. Daripada membuang-buang uang, lebih baik sekadar estetik saja yang diprioritaskan.”
“Bisa jadi ini ulah Yisa,” kata Kao sambil tertawa. Begitu selesai bicara, ia segera menoleh khawatir omongannya terdengar oleh seseorang. Bukan tanpa alasan, Yisa memang seperti penyihir yang hadir di mana-mana. Siapa tahu ada mata-mata Carlo di sekitar.
Prometheus yang sedang unggul takkan melewatkan kesempatan ini. Kekuatannya terus membesar, aura Paus mengalir deras melalui kedua lengan yang terus menghantam Bast. Otot-ototnya mengembang khas klan Paus – mana ada ras lain yang bisa menyaingi keunggulan ini!
Adu kekuatan dengan klan Paus itu cari mati!
Di tengah situasi sulit, wajah Bast tetap tenang. Getaran kekuatan yang bertubi-tubi membuatnya terkesima. Evolusi ras baru sudah mencapai level ini? Dunia memang berubah cepat.
Tapi soal kekuatan murni, yang terhebat tetaplah klan Titan yang agung!
Huuuu...
Bast mengerahkan tenaga. Ototnya tak membesar, tapi kedua lengannya bergetar dahsyat. Dua lapis tenaga melesat – serangan jenis ini bukan pertama kalinya dihadapi Prometheus dalam kebuntuan.
Aura Paus langsung merespon. Dengan tubuh kokohnya, Prometheus bertahan mati-matian. Sikap tak mau mundur ini mengejutkan Bast. Apa lawannya ingin menghancurkan dirinya sekaligus hanya dengan keunggulan kecil?
Terlalu naif!
Proyeksi vertikal Prometheus tiba-tiba menyadari kekuatan mulai miring, hatinya langsung berdesir. Reaksinya cukup cepat, menyadari lawan sudah tak mau bertahan lagi. Saat terhempas, seluruh tubuhnya mengerahkan tenaga. Sebuah serangan siku super yang membawa aura Paus – bisa dibayangkan betapa menyiksanya menerima siku semacam itu.
Bast sama sekali tidak gentar. Sebuah pukulan dilepaskan. Setelah benturan, serangan siku jelas mendominasi. Aura Paus sanggup menetralisir serangan ganda terburu-buru. Namun setelah menoleh, Bast langsung menyepak dengan garang.
Bruuum...
Tubuh raksasa Prometheus terhempas. Dampak ukuran tubuhnya begitu spektakuler. Tapi Prometheus berputar dan mendarat dengan mulus. Dia tak cukup bodoh untuk terus mengandalkan kekuatan mentah menahan serangan semacam ini.
Setelah satu ronde pertarungan, kedua tim mulai memahami kemampuan lawan.
Bast melirik ke arah Raja Paus Rafael di tribun. Seandainya itu sang raja, pertandingan mungkin akan cukup sulit. Klan paus yang satu ini masih terlalu hijau.
Sekejap perubahan pun tak luput dari perhatian Prometheus – lawan ini meremehkannya!
Prometheus mengencangkan otot, meneriakkan amarah. Tubuhnya menyusut satu lapis – Transformasi Paus!
Penyusutan tubuh langsung meningkatkan kekuatannya ke level baru. Tapi Prometheus tak berhenti. Dengan ekspresi kesakitan, siluetnya menyusut lagi satu lapis.
“Anak ini, langsung main dengan nyawa sejak awal, agak berbahaya.” Roradman bergumam.
Kekuatan sejati Prometheus ada di level Saint Domain, tapi lawannya jauh lebih maju darinya, ini kesenjangan kemampuan.
Tapi mayoritas orang tak bisa melihat ini, menurut mereka Prometheus sudah mendominasi, raksasa manusia akan menuju kehancuran, namun para ahli justru sangat hati-hati.
“Bocah klan laut tamat.” Lucio berkata dingin, “Raksasa ini perlu diperhatikan baik-baik.”
Ottoman duduk dengan angkuh, saat dia duduk, yang lain hanya bisa berdiri, memandang raksasa di tengah arena dengan ekspresi dingin.
“Entah dari mana Kaisar ngumpulin barbar sebanyak ini, kemampuan timnya cukup mengesankan.”
Cronviso berbicara lembut, namun membuat Ottoman melotot padanya, si maling langsung diam tak tahu dimana salahnya.
Bast di tengah arena menunggu Prometheus menyelesaikan Transformasi Paus maksimal. Tubuh Prometheus kini lebih kecil dari Bast, tak bisa menahan luapan kekuatan berlebih. Sesekali kekuatan menghantam tanah membuat lubang-lubang.
Pandangan Prometheus ke Bast kini terlihat berbeda.
Kedua tangan mengayun dengan dahsyat, aura Paus yang bersilangan membentuk salib raksasa, menebas udara. Tubuhnya melenting keras, seluruh tubuh melesat seperti peluru! Saat ukuran tubuh klan Paus mengecil namun kekuatan meningkat, bayangkan kecepatan lentingannya!
Prometheus tiba-tiba muncul di depan Bast sebelum aura Paus tiba. Tanpa ragu, tangannya mencengkeram tulang selangka Bast dan melemparkannya ke belakang, disusul siku. Aura Paus dari depan menghantam bersamaan. Serangan ganda ini membuat Bast terempas seperti adonan pie.
Semua yang menyaksikan merasa jantung mereka berdegup kencang disertai rasa kaku dan kesemutan.
Apakah tulangnya belum remuk?
Bast yang terjebak harus membayar mahal. Kepalan Prometheus yang dipenuhi aura Paus menghantam perutnya. Tubuh raksasa Bast terlempar ke udara.
Saat itu, Ikat Pinggang Kekuatan Vajra aktif. Kekuatan mengamuknya membuat tanah bergetar. Prometheus bersiap melancarkan jurus pamungkas.
Bast di udara jelas tak punya ruang untuk menghindar.
Prometheus yang murka akan menghabisi lawan yang meremehkannya ini dengan segenap tenaga. Kedua tangannya bersilang, jeda sejenak yang berat, seluruh kekuatan terkumpul tiba-tiba. Ia mendongak dan berteriak kencang, kedua tangan mendorong sekuatnya. Sebuah pilar cahaya menyembur ke langit.
Para prajurit klan Paus tertegun. Pangeran benar-benar genius! Aura Paus ternyata bisa dimanfaatkan hingga tingkat kesadaran seperti ini.
Ini jauh lebih kuat daripada qi tempur, serangan murni jelas berbeda dengan integrasi serangan dan pertahanan.
Kilau emas berkelebat di udara, Bast langsung terkena pukulan, ledakan di langit mengguncang tanah hingga bergetar.
Para ahli tetap berwajah datar. Serangan kuat bukanlah hal istimewa, harus ada efek nyata. Mereka juga merasa agak konyol dengan klan raksasa ini - tadi jelas ada kesempatan menghindar, tapi malah menelan begitu banyak serangan.
Prometheus menarik napas perlahan. Rentetan serangan gila pasti akan membuahkan hasil. Tapi ketika menengadah ke langit, hatinya langsung tercekat - aura sang lawan sama sekali tidak melemah.
Apakah serangan tadi sama sekali tidak mempan?
Tidak mungkin!
Bayangan manusia berkelebat saat Bast mendarat. Tubuhnya seolah disepuh emas, raksasa berkilau. Tentu ini bukan sekadar hiasan - inilah wujud sejati klan Titan Dewa.
Bast sebenarnya tidak bermaksud merendahkan lawan. Hanya saja Prometheus memang terlalu lemah. Kemampuan ksatria Dragon Rider ini hanya kelas menengah atas, tentu ada jarak yang jauh dibanding dirinya.
Prometheus tak punya waktu untuk terpana pada transformasi aneh lawan. Aura Paus dikerahkan, tapi sang raksasa tetap tak menghindar. Kekuatan dahsyatnya hanya memperlambat langkah Bast yang maju, sama sekali tak melukai tubuh emas itu.
Saat Bast menunjukkan wujud transformasinya, para ahli baru mulai serius. Mata mereka menyapu detail, sementara Prometheus tetap tak dianggap.
Jika ini pertandingan generasi muda, mungkin masih ada harapan. Tapi ini pertandingan seluruh Maya, saat ini dia tidak bisa menyaingi Bast.
Prometheus menyerang dengan gila-gilaan. Dia tak percaya kekuatan Paus-nya yang begitu bangga ternyata tak mampu melukai lawan.
Raja Paus Rafael sudah keluar stadion. Hasil pertandingan ini jelas sudah ditentukan. Kekalahan bukanlah masalah utama, tapi ketidakmampuan Prometheus menjaga ketenangan serta masalah mentalnya justru membuat pertandingan yang sudah sulit ini terlihat semakin buruk.
Roradman di bawah panggung juga terkejut. Tak disangka Xiumi bisa seperti ini. Mungkin terlalu ingin menunjukkan performa bagus, justru kehilangan kendali saat menghadapi lawan kuat. Cara menyerang gila-gila tak cocok untuk klan paus, bahkan serangan gila suku hiu sebenarnya adalah bentuk ketenangan ekstrim yang termanifestasi.
Semakin ganas serangan, semakin besar celah terbuka.
Bast yang sudah beberapa kali menghalangi mulai mengerutkan alis. Siluetnya tiba-tiba menghilang, lalu muncul di depan Prometheus. Prometheus terkejut, menurutnya setidaknya kecepatannya harus lebih unggul setelah Transformasi Paus, tapi tadi bahkan tak bisa melihat gerakan lawan.
Setelah menyadari Ayahnya Rafael sudah meninggalkan stadion, dia semakin panik. Dorongan impulsif membuatnya tak bisa mengendalikan diri. Alih-alih bertahan dengan tenang, malah terus melanjutkan serangan.
Melihat ini, orang Ottoman juga keluar stadion lebih awal. Klan laut yang mengecewakan, jelas-jelas jika lebih tenang setidaknya bisa memaksa kemampuan sejati Bast, tapi mereka sendiri yang menyerah duluan, tak ada lagi yang perlu dikatakan.
Bast tidak menggunakan Pedang Dewa Titan, hanya menggunakan dua lapis tenaga yang menghantam leher Prometheus.
Prometheus membelalakkan matanya tak percaya. Dia tidak percaya semua ini nyata, pertarungan seharusnya tidak seperti ini. Mengapa ini bisa terjadi?
Dia masih harus bertarung dengan Kaisar!
Baru sekarang dia sadar dirinya bisa seimpulsif ini. Otaknya langsung koma, tak sadar lagi. Tubuhnya mulai goyah, hampir ambruk.
Bast melangkah mundur, agak menyesali lawannya. Prajurit paus ini seharusnya tidak seperti ini, kemampuannya jelas jauh lebih dari ini.
Tapi pertarungan memang begini adanya. Kesalahan, terutama kesalahan mental, sangat mematikan.
Tapi suara byur yang diantisipasi tak muncul...
Prometheus masih tetap berdiri! Kekuatan pukulan itu seharusnya Bast kendali dengan baik, cukup untuk membuatnya pingsan.
Bast yang sedang berbalik pun tertegun, menatap Prometheus dengan bengong.
Prometheus dengan kasar mematahkan satu jari tangan kirinya. Sepuluh jari menyentuh hati, penderitaan itu seketika menjadi stimulan saraf yang menetralisir pingsan. Tapi suara kreek itu benar-benar membuat penonton hening mencekam. Saat ini Prometheus justru terlihat sangat tenang.
Wajahnya ternyata tersenyum, "Jangan pernah meremehkan prajurit klan paus!"
Bast juga tersenyum, mengangguk, baru seperti ini yang benar!
Marylin di bawah panggung langsung berteriak antusias, "Xiumi, habisi manusia itu, nanti malam aku akan menemanimu!"
Seketika semua orang menoleh, Prometheus di atas panggung juga kaget, ini hubungan apa dengan apa, wanita ini benar-benar berani meneriakkan apapun.
"Lihat apa? Tidak pernah lihat gadis cantik? Apa masalahnya menemaninya minum semalam, lebay kalian!"
Byur...
"Hmm, Nona Marilyn, bisakah Kakak mengangkat kaki mulia? Kakak menginjakku." Roradman terpaksa mengingatkan.
"Kaki mulia apaan? Ini kaki mutiara! Kaki siapa yang menghalangi kaki mutiaraku mendarat tadi? Pantas tidak nyaman."
Marylin melirik Roradman, mulai menyemangati Prometheus.
Roradman tentu tidak akan mempermasalahkannya, justru senang, Xiumi akhirnya tidak mengecewakannya.
Sakit tidak?
Omongan kosong! Tentu sakit, sakit sampai tulang. Prometheus membenarkan jarinya yang terkilir. Meski kemampuan pemulihan klan paus kuat, jari tak bisa langsung sembuh. Tapi satu jari bukan masalah bagi prajurit paus pemberani.
