Tiga dari 10 kuat telah muncul. Semangat penonton benar-benar terbakar. Situasi tidak terkendali seperti dugaan banyak orang. Manusia Serangga dan Zuma benar-benar memberikan kejutan kecil.
Ada yang menyukai sosok kuat tak terkalahkan seperti Carasso, ada pula yang lebih menghargai pemenang tak terduga yang mampu memecahkan "tradisi".
Contohnya banyak bandar taruhan.
Pertempuran keempat kembali menjadi pusat perhatian.
Pangeran Kaisar dari Cagliari VS Xiusdimann sang Raja Hiu.
Sebelum turnamen duel, mungkin banyak yang meragukan Kaisar, tapi kini pandangan publik berubah. Nyatanya, kemampuan tim menjadi penentu utama. Kekuatan solid yang ditunjukkan Kaisar memang tak terbantahkan.
"Xiusdimann, hati-hati. Jangan bilang saudara seperjuangan tidak mengingatkanmu," ujar Rafael. Raja Naga Laut juga memperlihatkan kewaspadaan di matanya.
Siapa Xiusdimann? Raja Laut yang telah melewati ribuan maut di ujung pisau. Apa lagi ujian selevel ini baginya? Memang si bajingan Kaisar ini berkembang cepat, tapi untuk mengalahkanku? Masih perlu tumbuh gigi dulu!
Sebagai Raja Laut, Kaisar tak punya simpati pada Raja Hiu, terutama karena hinaannya pada Styralia. Sudah jelas mereka musuh bebuyutan. Lebih baik selesaikan di medan perang!
Di bawah pengantar Marylin dan Cheng Xiang, Kaisar dan Xiusdimann naik panggung bersamaan.
Pertarungan ini diprediksi akan sangat kejam. Publik penasaran apakah Naga Sihir akan muncul, dan apakah legenda itu masih berupa anakan naga.
Setelah menyaksikan kekuatan mengerikan Naga Jahat Ilahi, harapan akan Naga Sihir semakin membumbung.
"Xiumi, menurutmu berapa peluang menang Ayahku?" Roradman menggosok-gosokkan tangannya.
"Dua puluh persen."
“Aduh, apa kita saudara seperjuangan? Kok cuma 20%!” Roradman mulai khawatir. Dia belum tahu temperamen Pak Tua. Sebagai Raja Hiu, mungkin dia benar-benar akan bermain dengan nyawa. Roradman boleh KALAH, tapi bagi Raja Hiu, hanya ada mati, tak boleh kalah.
Tapi jujur saja, hubungan Roradman dengan Kaisar masih lumayan. Meski menganggap Kaisar sebagai lawan, jika ayahnya benar-benar tewas di tangan Kaisar, dendam ini tetap harus dituntaskan.
Sekedar cedera parah pun mungkin, tapi Roradman tahu ini hanya angan kosong. Sebagai prajurit, dia paham betul: di level pertarungan seperti itu tak ada yang akan mengalah. Ngapain Suku Hiu mati-matian minta dikasihani? Roradman mengerti, tapi saat giliran sendiri, sungguh sulit menerima.
Prometheus menepuk-nepuk bahu Roradman perlahan. "Ini takdir. Lagipula sebelum titik akhir, tak ada yang tahu hasilnya. Sebagai prajurit, kau harus paham: jangan nodai harga diri prajurit. Ini juga bentuk penghormatan pada Yang Mulia Xiusdimann."
"Bangsat! Gue cuma mau jadi preman!"
Meski bicara begitu, Roradman akhirnya bisa tenang.
Pertarungan Kaisar vs Raja Hiu tentu jadi sorotan banyak pihak. Singkatnya, ini adalah pertarungan nominasi favorit.
Kaisar memandang dingin Raja Hiu. "Kau akan membayar mahal untuk ucapanmu itu."
Raja Hiu mendengus. "Yang Mulia tak pernah tahu apa itu harga. Pemuda, jangan cuma jago mulut."
Sebuah pekikan, baju di tubuh Raja Hiu meledak, memperlihatkan otot-otot kekar bagai baja. Mau tahu apa itu kegilaan sejati? Segera akan diketahui.
Raja Hiu tidak menggunakan senjata, Kaisar juga tidak mengeluarkan Pedang Iblis Surgawi. Sang Kaisar penasaran: Mampukah kemampuan Raja Hiu menahan serangan tiga lapis tenaganya?
Kesepian Sang Pahlawan. Setelah dua lapis tenaga berturut-turut makan hati, barulah Kaisar berhasil menembus ke tiga lapis tenaga. Tapi ini sudah batas maksimalnya. Sampai sekarang, lawan-lawannya masih tak berdaya menghadapi tiga lapis tenaganya.
Bagaimana dengan Raja Hiu?
Otot-otot Raja Hiu mulai mengeras. Di balik sorot mata dinginnya tersembul ancaman mematikan. Aura pembunuh sangat vital bagi Suku Hiu, lebih kuat dibanding ras lain mana pun.
Qi Tempur Laut Kaisar juga sudah siap. Pertarungan besar tinggal menunggu percikan. Begitu Marylin dan Cheng Xiang turun dari arena, kedua petarung langsung bergerak simultan.
Tanpa banyak gaya, mereka langsung menerjang. Sebuah pukulan sederhana nan mematikan.
Kaisar mengerahkan tiga lapis tenaga - ilmu pukulan tak tertandingi.
Tapi Suku Hiu tidak mengandalkan kegilaan semata. Ilmu pukulan super rahasia keluarga kerajaan - Tujuh Luka.
Satu pukulan mengandung tujuh lapis tenaga tersembunyi. Roradman baru menguasai empat lapis. Tapi sebagai Raja Hiu, Xiusdimann sudah menyempurnakan tujuh lapis tenaga.
Makanya Raja Hiu paling tidak takut menghadapi lawan nekat. Siapa yang lebih berani mempertaruhkan nyawa?
Bruuum...
Saat tenaga pukulan bertabrakan, kedua pihak diam-diam terkejut. Meskipun Suku Hiu tidak menggunakan qi tempur atau energi tempur, latihan fisik mereka memberikan efek serupa - cukup untuk pertahanan dan serangan. Mereka hanya perlu melatih tubuh fisik.
Tiga lapis tenaga langsung menyusup ke dalam tubuh Xiusdimann. Dengan tubuh Raja Hiu yang luar biasa kokoh, dua lapis pertama berhasil dihadang. Namun lapis ketiga tetap terserap. Kaisar juga terkena imbas. Pertahanan qi tempur-nya cukup untuk serangan eksternal, tapi sulit menahan tenaga tersembunyi. Aliran kekuatan berbeda yang masuk seketika dengan karakter keras-lunak campuran inilah yang paling merepotkan.
Hanya dengan satu pukulan, kedua petarung di panggung sama-sama mundur selangkah. Situasi ternyata berbeda dengan prediksi kedua tim. Jika mudah menghadapi Pukulan Tujuh Luka Suku Hiu, teknik itu pasti sudah punah dari panggung sejarah. Sedangkan tiga lapis tenaga Kaisar belum pernah tertembus. Uji coba satu jurus ini membuat keduanya sama-sama terluka ringan.
Justru ini sesuai rencana Raja Hiu. Yang dikhawatirkannya adalah lawan bisa menahan Pukulan Tujuh Luka. Jika tidak bisa bertahan, menukar nyawa dengan nyawa adalah spesialisasi Suku Hiu. Dia pasti bisa menghabisi Kaisar sebelum ajal menjemputnya.
Setelah memantapkan hati, tubuhnya langsung melesat ke depan. Pukulan Tujuh Luka menghujam bertubi-tubi seperti badai. Kaisar mengeluarkan Mantra Aura Naga Bawaan dengan tangan terkembang, menghantam dengan dahsyat. Awalnya dikira Sang Raja Hiu akan menghindar, tapi ternyata Xiusdimann sama sekali tidak peduli mantra tersebut. Tubuhnya menahan serangan itu dan langsung menerjang, seolah mempertaruhkan nyawa. Serangan yang mendarat di tubuh Sang Raja Hiu tak meninggalkan jejak luka sedikitpun.
Ini adalah salah satu kemampuan Suku Hiu. Bukan berarti tidak terluka, tapi luka-luka itu seolah tercatat dalam buku catatan, baru akan terbayar setelah pertarungan usai. Sebagai Raja Hiu, aspek ini dikuasainya sampai tingkat kesadaran puncak. Artinya, kecuali Xiusdimann tumbang, selama pertarungan normal kondisinya hampir selalu dalam keadaan terbaik. Cara bertarung dengan meminjam nyawa ini memang luar biasa, sekaligus menjamin kelangsungan hidup.
Pukulan Tujuh Luka menggempur Kaisar sambung-menyambung. Untuk sementara, Kaisar sibuk bertahan. Siapa berani meremehkan kecepatan serang Sang Raja Hiu!
Memandang Kaisar yang agak kerepotan di arena, Osman mengepal tangan kanannya keras-keras. "Hanya kecepatan yang tak terbendung!"
Meski tertekan, pertahanan Kaisar tetap rapat. Ternyata duel pukulan-ke-pukulan adalah variasi permainan favorit Xiusdimann. Kaisar agak meremehkan lawan. Meski tiga lapis tenaga-nya tajam, ini bukan gaya bertarung andalannya. Kini Xiusdimann takkan memberinya kesempatan mengeluarkan pedang.
Suku Hiu memiliki taktik tempur yang disebut "tak akan berhenti sampai mati", sederhananya adalah pertahanan ketat sampai titik darah penghabisan. Begitu Xiusdimann berada dalam jarak dekat, tak ada niat membiarkan Kaisar lolos dari medan perang. Jangankan mengeluarkan pedang, menggunakan magic pun mustahil. Penyihir terkuat sekalipun membutuhkan waktu untuk melepaskan sihir - sedetik itu sudah cukup bagi Xiusdimann untuk menyerang puluhan kali. Dalam jarak sedekat ini, Kaisar sama sekali tak punya waktu untuk berpikir.
Dengan ketenangan, ia menangkis jurus demi jurus sambil mencari celah untuk membalas. Masalahnya, Suku Hiu saling berganti posisi saat serangan tak bisa dihindari. Mereka sama sekali tak takut pukulan, kecuali kau bisa membunuhnya dengan satu pukulan.
Serangan bertubi-tubi Raja Hiu sepenuhnya menguasai ritme pertarungan. Jarak antara kedua tak pernah melebihi dua langkah. Entah Kaisar mencoba meningkatkan kecepatan atau qi tempur-nya, semua membutuhkan jeda sekecil apapun. Namun serangan Raja Hiu tak menyisakan celah sedikitpun - tak mau mundur seinci, tak rela memberi kelonggaran sejengkal.
Inilah taktik tempur Suku Hiu yang sejati.
Klan laut terpana menyaksikan, sementara manusia mencaci keras taktik kurang ajar ini. Tapi begitulah gaya Suku Hiu - begitu kontak terjadi, mereka akan melekat seperti permen karet yang tak bisa dilepaskan. Tentu taktik ini tak efektif jika kemampuan tim berbeda jauh. Tapi mana mungkin Kaisar melebihi Raja Hiu kecuali menggunakan teknik rahasia tertentu.
Padahal Raja Hiu belum menggunakan Teknik Hiu Haus Darah andalannya.
Menyerah? Ragu?
“Sama sekali tidak boleh muncul, Kaisar tentu saja tidak, juga tidak akan banyak berpikir, Kaisar saat ini tidak hanya tidak panik, malah semakin tenang. Orang biasa menghadapi serangan Suku Hiu pasti ingin buru-buru mengubah situasi ini, tidak ingin terus ditekan, bagaimanapun martabat maupun situasi permainan sama-sama buruk rupa. Tapi jika terburu-buru menyerang justru akan jatuh ke dalam perangkap Suku Hiu, mana mungkin Suku Hiu takut dengan kepanikan orang lain?”
“Kaisar luar biasa tenang, meski situasi permainan tampak buruk, dia sendiri dengan tenang menghitung, tidak berniat meledakkan qi tempur secara tiba-tiba untuk pertarungan habis-habisan. Kecepatan ledakan qi tempurnya jauh lebih cepat dari orang biasa, tapi meski begitu akan meninggalkan celah. Menghadapi Raja Hiu, harus ekstra hati-hati.”
“Hadapi taktik mereka dengan taktik kita. Meski serangan orang itu ganas, untuk menembus pertahananku belum semudah itu. Menguras stamina?”
“Itu justru lebih tidak ditakuti!”
“Pertarungan keduanya yang seolah tak pernah berhenti bernapas berlangsung dari atas ke bawah, kiri ke kanan, tidak berhenti sedetik pun, membuat penonton terpukau.”
“Tak diragukan lagi Raja Hiu bisa terus menyerang sampai mati. Masalahnya, sanggupkah Kaisar bertahan? Memang benar serangan menguras banyak energi, tapi sebagai perwakilan Suku Hiu, mereka bisa menahan napas dan terus menyerang tanpa masalah kemunduran semangat. Pertahanan pasti akan muncul celah, ini tidak hanya menguji kesabaran tapi juga mental.”
“Bajingan ini Kaisar kalau tidak cari akal, mungkin akan bermasalah. Lao Xiu itu licik, kalau dia mengira bisa bertahan sampai muncul celah, itu salah besar.”
"Hehe, Kaisar si bajingan ini juga licik, memang sulit dipastikan."
"Dari nada bicaramu, sepertinya ada kelonggaran, jangan-jangan benar-benar ingin menikahkan putrimu dengannya?" Rafael penasaran, mungkinkah Raja Naga Laut yang konservatif ini akan membuat pengecualian?
"Hehe, tunggu sampai dia bisa mengalahkanku dulu."
Kali ini Rafael diam seribu bahasa. Kemampuan Kaisar tidak diragukan lagi, tapi untuk mengalahkan Carasso...ck ck, jelas sejak Carasso lahir tak pernah memahami arti 'melemahkan permainan'. Keduanya benar-benar saling bersitegang. Yang paling terjepit mungkin Elina.
Ah, seandainya Kaisar menyukai Putri Clarisse, urusan ini akan jauh lebih sederhana. Bisa jadi hubungan antara ras laut dan manusia akan mengalami terobosan. Ras laut pun lebih mudah menerimanya. Tapi kalau yang dipilih justru Suku Naga Laut yang bahkan melarang pernikahan campur dengan ras laut lain, tiba-tiba menikahkan putri dengan manusia? Sungguh sulit diterima.
Sejujurnya, Rafael juga tak paham apa yang ada di benak Carasso. Yang jelas beberapa anggota Dewan Tetua di sampingnya yang menjijikkan itu terus melirik ke arah sini.
Pertarungan di tengah arena sangat keras. Orang lain mungkin sudah ambruk, tapi serangan gila Xiusdimann tak kunjung mereda bahkan semakin menjadi. Kaisar yang bertahan dan melakukan serangan balik juga tak mau kalah, sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kelemahan energi.
Xiusdimann semakin menikmati pertarungan ini. Memang manusia itu cerdas, tapi struktur tubuh mereka tak bisa diubah. Dalam serangan gila seperti ini, bagaimana mungkin qi tempur dan semangatnya tidak melemah?
Bila ini dihadapi Jawara Pedang lain, serangan seperti ini pasti akan menyebabkan KEMUNDURAN. Tapi Kaisar memang pengecualian. Sirkulasi qi tempur-nya tidak bergantung pada faktor eksternal, melainkan internal. Secara permukaan terlihat sama, namun secara substansi terdapat jurang perbedaan. Meski kesabaran Suku Hiu sangat kuat, jika benar-benar dipertahankan secara perlahan, siapa yang diuntungkan masih belum bisa dipastikan.
Tiba-tiba, Xiusdimann yang mendominasi sepanjang pertandingan menghentikan serangannya. Ia membiarkan Kaisar menjauh. Keduanya tetap tanpa ekspresi. Pertarungan tadi telah menguras tenaga - orang biasa pasti sudah berkeringat-dingin. Tapi begitu berhenti, pernapasan keduanya sama stabilnya. Xiusdimann bisa dimaklumi, tapi bagaimana Kaisar melakukannya?
Kali ini Kaisar juga tidak sungkan lagi, Pedang Iblis Surgawi muncul ke permukaan, Xiusdimann menggenggam erat tangan kanannya sendiri. Dengan pekikan keras, tangan kanannya menyatu memanjang menjadi Pisau Hiu yang jauh lebih lincah dibanding senjata biasa, sementara tangan kiri tetap mempertahankan Pukulan Tujuh Luka.
Prinsip Kaisar adalah "Satu inci lebih panjang, satu inci lebih kuat", sedangkan Xiusdimann menganut "Semakin pendek senjata, semakin berbahaya". Jika menjaga jarak maka Kaisar akan mendominasi, namun begitu masuk ke posisi seperti tadi, Pedang Iblis Surgawi malah menjadi beban.
Kedua orang ini mengerti, orang-orang yang hadir pun semua paham.
Auu...
"Tubuh Xiusdimann Sang Raja Hiu mulai mengamuk, ini adalah teknik Hiu Haus Darah level tertinggi. Ukuran tubuhnya bertambah sedikit, kemampuan di berbagai aspek meningkat secara seimbang."
"Bangsat, Kepala, hancurkan si bangsat itu, jangan kasih kesempatan bernapas!" Kao berteriak keras.
"Sudahlah, kau belum tahu temperamen Kepala? Menurutmu dia akan menyerang?" Bendigo segera menahan Kao. "Bocah ini bisa membuat 'skandal' untuk Dragon Rider kapan saja."
"Ah, kalau aku, paling tidak akan menghajarnya beberapa kali tendangan."
Mereka semua melirik ke atas. Memang bisa menyerang saat Xiusdimann sedang mengamuk. Di medan perang mungkin iya, tapi dalam duel seperti ini, mustahil Kaisar yang berkarakter seperti itu akan melakukannya.
Sementara itu Kaisar juga menyesuaikan aliran Qi Tempur. Setelah terobosan ini, dia sama sekali tidak takut perang berkepanjangan. Tapi untuk pertarungan lebih berbahaya nanti, tidak boleh terlalu lama agar tidak terjadi perubahan aneh.
Haus Darah Mengamuk VS Tingkat Kesadaran Jian Sheng.
Energi pedang menyambar-nyambar. Qi Tempur Laut ditingkatkan ke level tertinggi membuat kecepatan, kekuatan, dan pertahanan Kaisar meningkat secara kualitatif. Tapi Xiusdimann Sang Raja Hiu juga tak kalah, efek teknik Haus Darah Mengamuknya sangat nyata.
Hanya saja dengan tambahan senjata, pertarungan jadi lebih berbahaya. Baik Pisau Hiu maupun Pedang Iblis Surgawi, keduanya adalah sesuatu yang mematikan.
Lapisan demi lapisan kombinasi Vakum Slash menghentikan tujuan Raja Hiu, kedua orang ini saling menyusup di antara serangan lawan, satu kecerobohan akan sangat berbahaya. Pisau Hiu dan Pedang Iblis Surgawi yang bersilangan tidak mengeluarkan suara benturan logam, namun memercikkan rangkaian bunga api. Pisau Hiu sangat efektif melawan qi tempur, tapi qi yang dimiliki Kaisar bukanlah qi tempur biasa.
Ujung Jarum Melawan Ujung Gandum, pertarungan ini hanya bisa digambarkan dengan kekejian. Kegilaan Suku Hiu mulai berbondong-bondong muncul, saat kebuntuan tak terpecahkan, hanya tersisa pertukaran nyawa demi nyawa.
Xiusdimann mulai mencari celah menuju titik vital, sambil mengabaikan serangan Kaisar. Satu tusukan pedang ditukar dengan satu tebasan pisau, adil dan masuk akal. Mustahil bagi kecepatan Kaisar untuk menyerang Xiusdimann lalu menghindar. Bahkan jika berhasil menyerang tubuh Raja Hiu, dia tak akan terhenti atau condong ke belakang karena luka. Kini tubuh Suku Hiu sudah tak memiliki sensasi fisik, justru karena inilah mereka semakin menakutkan.
Alasan Suku Hiu bisa mengalahkan lawan yang lebih kuat ada di sini: pertama tidak takut mati, kedua tidak memberi kesempatan lawan menggunakan jurus pamungkas.
Kegilaan Raja Hiu memang sudah diperhitungkan Kaisar, tetap membuatnya sedikit kewalahan. Tingkat kesadaran Xiusdimann dan Roradman berbeda. Memahami teori satu hal, mempraktikkannya dalam pertarungan adalah hal lain. Kini Kaisar dihadapkan pada pilihan: bertaruh dengan cedera untuk menghabisi Xiusdimann, tapi serangan balik Raja Hiu pasti akan melukainya dengan tingkat keparahan yang tak terprediksi.
Opsi lainnya adalah wilayah!
“Pilihan segera, sebelum menghadapi Carasso atau Ottoman, rahasia bola tidak boleh terekspos media. Pembukaan segel pedang iblis juga tidak praktis dalam kondisi saat ini, hanya wilayah [pertahanan] yang tersisa.”
Sudah waktunya, kalau terus bersembunyi malah akan menyusahkan diri sendiri.
Sedikit saja keraguan, Raja Hiu sudah kembali mendekat. Pisau hiu bahkan membuka Pedang Iblis Surgawi. Orang-orang bisa melihat senyum sadis di wajah Xiusdimann. Begitu Raja Hiu yang haus darah ini mendekat, sulit dipastikan apakah Kaisar akan tewas digigit. Bagi manusia ini barbar, tapi bagi Suku Hiu ini adalah "seni" pertarungan elegan yang memanfaatkan setiap bagian tubuh.
Ahli manusia menghela nafas. Qi tempur Kaisar jelas lebih unggul, kalau berani bertarung habis-habisan dengan Xiusdimann pasti bisa mendominasi meski mungkin cedera. Tapi Kaisar malah takut mati? Ini tidak bisa! Hadapi Suku Hiu tanpa keberanian, pasti jalan menuju kematian.
“Hmph, Kaisar ini takut cedera. Apa dia mau mengalahkan Raja Hiu tanpa luka sedikitpun? Bajingan sombong ini harus membayar mahal.” Yang Mulia Ratu Dows juga tidak menyukai Kaisar, mungkin karena hubungan dengan Diddy. Di hati sang ratu, Kaisar adalah buronan yang menculik genius suku Doth.
Sayangnya Carasso, Rafael, Alexis tidak merespon. Hasil tak wajar ini hanya punya satu arti: si brengsek ini akan menggunakan jurus sesungguhnya!
Carasso dan Rafael sudah melihat saat bertempur bersama Kaisar melawan Macan Putih. Hal lain mungkin tidak diperhatikan, tapi kabar seperti ini terukir dalam isi hati Kaisar. Hanya saja situasi pertarungan saat itu terlalu mencekam untuk dikonfirmasi detail.
Dalam tekanan fisik, pisau hiu menggores Pedang Iblis Surgawi. Seluruh tubuh Xiusdimann nyaris terhempas ke pelukan Kaisar. Posisinya begitu sempurna hingga Dianfeng - Pedang Iblis Surgawi terhalangi. Posisi tangan kiri Kaisar yang ingin membalas terasa sangat canggung, sementara bagi Raja Hiu, serangan ini tepat sasaran dan cukup memberi pelajaran seumur hidup bagi Kaisar.
Pukulan Tujuh Luka mengguncang jantung Kaisar. Pada jarak sedekat ini, pertahanan Qi Tempur Laut tak berguna. Jelas Raja Hiu ingin menukar nyawa - hasil akhirnya adalah cedera parah sebagai taruhan untuk nyawa Kaisar.
Hati semua manusia menggantung di ujung kerongkongan. Ksatria Naga Suci! Siapa sangka Raja Hiu sama sekali tak memberi kesempatan Kaisar untuk memanggil. Jarak antara mereka bahkan dewa pun tak mampu menolong.
Saat manusia menahan napas, mata para ahli juga membelalak bulat.
Mereka menanti.
Kejadian tak terduga tetap muncul. Xiusdimann yang berpengalaman puluhan tahun pun dibuat kewalahan.
Serangan sudah mencapai posisimu, tapi tiba-tiba muncul gaya tokal kuat tak jelas asalnya yang menghantamnya secara menyeluruh seketika. Tabrakan frontal tanpa tanda-tanda sebelumnya langsung mengguncang organ dalam Raja Hiu. Andai bukan karena teknik haus darah yang menghilangkan rasa sakit, pukulan ini pasti membuat Xiusdimann babak belur.
Tapi ini baru permulaan. Begitu merasakan arah gaya tersebut, Xiusdimann langsung mengurungkan niat menyerang. Bukan karena takut mati, tapi pengalaman mengerikan tadi dengan gaya yang muncul tanpa suara itu sama sekali tak memberinya kesempatan bertahan. Persis seperti orang yang sedang berlari kencang tiba-tiba terhempas ke tembok tanpa perlindungan - sungguh pengalaman yang menyiksa.
Xiusdimann sang Raja Hiu baru hendak mengikuti arah gaya untuk melepaskan diri dari pertarungan dan bersiap serang kembali, tapi arah gaya itu tiba-tiba berbalik 180 derajat.
Pergantian gaya seketika dari dua arah berlawanan ini membuat Sang Raja Hiu tersiksa. Benar-benar harus mengalami sendiri baru tahu - bahkan Kaisar dulu hampir binasa, apalagi Xiusdimann?
Satu kali perubahan gaya berlawanan sudah cukup. Xiusdimann memuntahkan darah segar. Teknik haus darah bukanlah ilmu keabadian - dengan pembalikan gaya sekuat itu, organ dalamnya mungkin sudah bergeser posisi.
Kaisar mengirimkan pukulan lurus standar dengan tiga lapis tenaga sepuluh persen, menghajar dada Xiusdimann dengan presisi contoh sempurna. Tubuh Raja Hiu terhenti sesaat, lalu cekungan misterius muncul di dadanya. Seluruh tubuhnya melesat Syuut! terhempas ke perisai pertahanan. Kekuatan dahsyat itu menghancurkan perisai, momentumnya tak berkurang, menghujam sudut tribun hingga meruntuhkan sebagian struktur.
Arena henning mencekam. "Dasar setan!" tiba-tiba sang Raja Hiu yang sudah mendominasi sepanjang pertandingan mundur selangkah sambil memuntahkan darah, mengatur posisi tepat untuk dipukul Kaisar.
......Bukankah ini cari mati?
Tapi yang berotak pasti tahu: pasti ada sesuatu terjadi. Pukulan tadi sungguh mengerikan - kekuatan lahiriah biasa, tapi daya rusak internalnya-lah yang menjadi senjata andalan Kaisar.
Hanya suara nafas berat bergema di arena. Kaisar tetap berdiri tegak. Sekali pukulan itu mengenai, bahkan tubuh besi sekalipun akan remuk.
Ia tak percaya mitos tubuh abadi.
Namun dari puing-puing, Xiusdimann bangkit! Darah mengucur dari tujuh lubang tubuhnya, tapi matanya masih menyala merah...
