Saat ribuan pendukung Kaisar masih larut dalam kemuliaan mengalahkan klan laut, Kaisar telah sadar. Karena kompetisi pertukaran telah berakhir, persiapan dan rencana untuk masa depan harus segera dimulai. Kemenangan telaknya mengharuskan banyak penyesuaian.
Turnamen duel ini dalam beberapa hal telah mengubah struktur antara manusia dan klan laut, terutama perpecahan internal di kalangan klan laut. Tiga Raja Laut gugur di medan perang, dan setelah kembali, pasti akan terjadi perseteruan wewenang yang epic di kalangan klan laut. Dari sisi tertentu, ini merupakan kesempatan bagi Kaisar. Dewan Tetua ingin merebut kekuasaan, sementara berbagai ras mulai tidak puas dengan intervensi berlebihan dewan tersebut. Bagaimanapun, awal pendirian Dewan Tetua memiliki fungsi serupa dengan Kuil Suci, hanya sebagai koordinator nominal. Namun kini telah menjadi organisasi istimewa yang berada di atas Raja Laut. Setelah Perang Bulan Suci, semua urusan ini harus ditinjau kembali. Konflik siap meledak kapan saja.
Di sisi benua, meski Kaisar berada di sorotan, ada pepatah manusia yang tepat: "Pohon yang menjulang di hutan pasti diterpa angin kencang". Kaisar memang menjadi terkenal seantero dunia lewat satu pertarungan, namun sikap orang-orang akan segera terpolarisasi. Sebagian mungkin akan berpihak, namun bisa ditebak seberapa tulus niat mereka. Sementara musuh akan bersatu dan datang dengan serangan lebih ganas. Di balik kemuliaan, tersembunyi krisis yang lebih besar.
Seberapa besar krisis, sebesar itu pula peluang yang tercipta.
Inilah keyakinan Yisha.
Bisa dikatakan semua orang terpenting Kaisar dari sisi klan laut maupun manusia telah hadir lengkap.
Dari pihak klan laut, perwakilannya adalah Yisha, Elina, Clarisse, Kao, Zhebie, Diddy, dan Bati.
Dari pihak manusia, terdapat Yang Jingyi, Markus, Bast, Mida Blasuo, Roque Santa Cruz, Kasparov, Kaliflan, Robecca, dan Bella.
"Di sini bisa dikatakan merupakan pemusatan kekuatan yang berada di tangan Kaisar, sekaligus menjadi kekuatan inti di bagian tengah yang akan menghadapi perang di masa depan samar."
"Tak diragukan lagi, yang memegang kekuasaan di Cagliari adalah Yang Jingyi, tetapi dalam gambaran keseluruhan, pengendali utama tetaplah Yisha."
"Hanya segelintir orang yang mengetahui bahwa Yisha adalah Yisha Beier. Setelah menerima penyergapan, Yisha menjadi lebih hati-hati. Karena itu, yang hadir kali ini hanyalah orang-orang yang layak dipercaya oleh Kaisar."
"Pemilihan Kaliflan si 'pengkhianat' bisa dianggap sebagai kejadian tak terduga. Yang Jingyi masih agak tidak setuju, namun Yisha menerima secara default. Meski Yang Jingyi sangat cerdas dan berhikmat, pemahamannya tentang sifat manusia masih kurang. Di dunia ini, bukan hanya asmara yang bisa menciptakan loyalitas - kepentingan juga memiliki efek yang sama."
"Kaliflan adalah bakat dengan kemampuan tim yang baik. Pengetahuannya tentang Dunia Kegelapan juga yang terkuat di antara mereka. Tentu saja Yisha memerintahkan Debo untuk memeriksanya. Jika digunakan dengan baik, orang ini bisa menjadi pisau yang sangat tajam. Untuk menjadi Yang Mulia, keberadaan seperti ini mutlak diperlukan."
"Sedangkan Robecca terpilih karena menunjukkan kemampuan melalui pertarungan. Maling ini memiliki Bakat luar biasa di bidang intel dan kemampuan organisasi yang kuat. Perlu diketahui bahwa departemen intel memiliki posisi sangat penting dalam perang - takkan pernah ada yang mengeluh jika departemen ini terlalu kuat."
"'Kakak perempuan Jingyi, tolong jelaskan dulu kondisi benua ini.'"
"Yang Jingyi merasa agak kesal, seumur hidupnya belum pernah ada orang, termasuk lelaki, yang memberinya tekanan seperti ini, bahkan termasuk Edermon itu. Namun setiap gerak-gerik Yisha selalu membuatnya merasa terdesak, apalagi ini terjadi pada anggota klan laut. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana bisa lahir genius seperti ini."
"Persaingan tetap persaingan, tapi Yang Jingyi sangat mengaguminya. Putri bangsawan Yang juga termasuk tipe karier yang langka."
Setelah melihat orang-orang yang hadir, Yang Jingyi menyesuaikan perasaannya dan merapikan logika berpikir.
"Sebenarnya sejak sebelum Kemenangan Pangeran, sudah ada kemampuan tim yang mulai menghubungi kami di Cagliari. Sumbernya bisa ditelusuri hingga setahun yang lalu. Tentu setelah kemenangan Pangeran, semuanya menjadi lancar. Dari situ saya memilih dua yang terpenting: Pertama, aliansi kamar dagang besar yang diwakili oleh Weiden dan Banamala. Mereka bersedia mendanai segala kebutuhan militer Cagliari. Perang adalah soal persiapan perang, uang adalah yang utama. Jadi ini harus kita negosiasikan dengan baik. Kedua, dari suku misterius Negeri Utara, Klan Salju. Yang menghubungi kami adalah gadis salju bernama Nikole. Sepertinya semua punya kesan, Robecca, jelaskan kondisi Klan Salju."
"Benar, Klan Salju termasuk ras langka. Di masa muda, mereka harus tinggal di lingkungan dataran tinggi bersalju. Setelah dewasa, persyaratan ini tidak terlalu ketat. Seluruh anggota klan mahir dalam sihir es, dengan stamina setara prajurit perak level tiga. Banyak di antaranya mencapai level Grand Magus. Populasi ras ini sekitar 50.000 jiwa - jumlah yang sangat sedikit. Separuhnya dalam status siaga tempur, dengan pasukan elit sekitar 5.000. Habitat asli mereka telah mengalami degradasi sejak lama, sehingga harus bermigrasi ke wilayah bersalju di sekitar Gunung Xuela, Cagliari. Tentu kami perlu memberikan bantuan logistik awal dan dukungan pembangunan. 5.000 ahli sihir badai salju tersebut akan diintegrasikan ke pasukan reguler Cagliari."
Ruang tamu hening. Para pakar mencerna dua informasi ini. Jelas penyelesaian kedua masalah ini sangat krusial. Meski Cagliari memiliki beberapa legiun ternama, perang sesungguhnya tak hanya mengandalkan mereka. Dalam skala diperluas, ini akan menjadi perang super dengan jutaan pasukan. Saat itu, kemampuan individu menjadi tak berarti.
Ambil contoh Enam Jalan Samsara milik Kaisar: daya hancur area super luas, bisa membunuh puluhan ribu dalam sekali serangan. Tapi bagaimana jika datang satu juta pasukan?
Dua juta?
Pada akhirnya, semuanya bergantung pada kesatuan kekuatan militer. Di bidang ini, Yang Jingyi telah melakukan reformasi sejak lama. Enam legiun sebelumnya benar-benar tidak efektif. Bagaimana hasil transformasinya? Hanya ujian medan perang yang bisa menunjukkan efek nyata.
“Dua hal yang disebutkan kakak perempuan Jingyi ini sangat penting. Aku cukup paham tentang Klan Salju. Di daratan, ahli sihir unsur api memang lebih mendapat perhatian, sehingga mudah mengabaikan peran sihir es. Jika hanya sekelompok penyihir lemah, mungkin tidak ada gunanya. Tapi orang-orang Salju memiliki sihir resonansi yang cukup hebat. Jadi Klan Salju ini harus direbut. Dan menurut penyelidikanku, kondisi mereka lebih parah dari yang dibayangkan. Sebenarnya tidak ada ruang untuk tawar-menawar sama sekali.”
“Tapi, di Siglolo juga ada tempat serupa,” kata Yang Jingyi.
Yisha tersenyum tipis, “Aku tahu. Tapi bagaimana Pangeran Beffet bisa menyaingi Pangeran Kaisar kita? Ini kami pahami, Klan Salju juga paham. Memilih takdir juga harus mencari tuan yang baik. Mereka tidak ingin rakyatnya mati sia-sia. Maksudku, alih-alih bersikap keras pada mereka, justru kita harus memberikan syarat yang lebih menguntungkan. Masalah dana bisa diatur. Untuk tenaga manusia, perlu keringanan hati kakak perempuan Jingyi. Penyelamat di saat sulit selalu lebih bisa diandalkan daripada memperlebar keunggulan.”
Yang Jingyi benar-benar tak bisa berkutik. Seorang anggota klan laut ini ternyata lebih paham darinya yang manusia... Lagipula terus memanggil "kakak" dengan manisnya, sungguh tak tertahankan.
Kao tak tahan tertawa. Ck ck, Putri bangsawan Yang memang hebat, tapi mau melawan Yisha? Ah, mustahil. Bahkan kepala pun sama sekali tak berdaya.
Kehebatan Yisha terletak pada ketidakmampuanmu untuk melawan, atau bahkan tidak terlintas keinginan untuk melawan sama sekali.
“Sebenarnya dengan kontrol yang dimiliki Yisha sekarang, dia sudah bisa membasmi suara penentang sejak lama. Tapi kenapa tidak dilakukan? Karena pengaruh Keluarga Carol sudah terlalu kuat, bahkan mulai menimbulkan ketidakpuasan dari Dewan Tetua dan para penguasa lautan. Jika terjadi penyatuan internal, itu justru akan menjadi momentum bagi Dewan Tetua untuk menyerang keluarga tersebut. Makanya Yisha menahan diri dan menunggu timing yang tepat. Bagaimanapun, sebelum Kaisar menyelesaikan urusan di daratan, dia tidak boleh terlalu mengekspos kekuatannya.”
“Tapi siapa yang tahu semua ini?”
“Untuk urusan kamar dagang, kurasa kakak perempuan Jingyi sudah memiliki persiapan. Jika sudah dipastikan, bisa kita integrasikan ke jaringan perdagangan dengan klan laut. Dengan begitu bisnis kita akan semakin meluas.”
“Hehe, selama ada adik Yisha di sini, apa lagi yang perlu dikhawatirkan?”
Semakin sering berinteraksi dengan Yisha, semakin sulit bagi Yang Jingyi untuk menolak daya tariknya. Lihat saja Elina dan Clarisse di sekitarnya - dua putri klan laut. Satu adalah calon istri Kaisar, satunya lagi wanita pendampingnya. Sekarang mereka pun hanya bisa patuh. Untuk apa Jingyi melawan?
“Baik, persiapan Korps Cadangan Perang harus dipercepat. Kurasakan pertempuran skala kecil akan terjadi dalam enam bulan, sedangkan perang besar mungkin dimulai sekitar satu tahun lagi.”
“Loh, secepat itu?”
Bella dan Robecca yang menguasai intel juga terkejut. Perang besar selalu merepotkan. Dalam satu tahun terasa terlalu cepat.
“Ini masih perkiraan konservatif. Bahkan mungkin lebih cepat. Bukan ini yang ingin kusampaikan. Yang penting, kita di Cagliari harus mengambil inisiatif untuk menyerang lebih dulu!”
"Ucapan itu membuat semua orang di ruangan tertegun, termasuk Kaisar. Sejak awal, semua orang hanya berpikir bagaimana menghalangi invasi dari luar, tak pernah terpikir untuk proaktif maju menyerang."
Ruangan tetap hening mencekam cukup lama. Yang pertama bereaksi justru Yang Jingyi. Saat ini, barulah dia sedikit terkesima. Perspektif keseluruhan yang menakutkan, namun yang lebih mengerikan adalah kemampuannya melompati batasan pola pikir.
Dia telah memprediksi berbagai kemungkinan, namun tak pernah membayangkan inisiatif penyerangan. Inilah mungkin kelemahan Cagliari dibanding Kerajaan Ottoman.
Baik Ottoman maupun Siglolo sama-sama memiliki daya serang tinggi. Sedangkan Cagliari lebih seperti tuan tanah yang berusaha mempertahankan kekayaannya, selalu ingin melindungi apa yang dimilikinya.
"Satu kalimat dari Adik Yisha menyentuh inti masalah internal. Sepertinya target sudah dipilih?"
"Benar. Saya hanya punya target garis besar, detail operasional serahkan pada kalian. Saat ini yang paling rakus bukan Ottoman, melainkan Siglolo yang terus-menerus menyerang. Cagliari hanya memukul mundur orang itu tanpa mendapat keuntungan. Karena itu, sambil berusaha stabilkan Ottoman, kita perlu luncurkan serangan kilat besar-besaran untuk menghancurkan Siglolo sekaligus!"
“……Ucapan Yisha bagai ledakan guntur yang membuat mereka terpana, namun tak ada yang membantah. Semua sedang berpikir. Kondisi Siglolo sudah sangat jelas dipahami, perseteruan kedua negara bukanlah hal baru. Perbatasan tak pernah tenang, bahkan belum lama ini terjadi pemberontakan. Siglolo sudah lama mengincar cadangan mineral di utara Cagliari.”
“……Apakah ini tidak akan merusak nama Kaisar?” tanya Clarisse dengan khawatir.
“Lala, sekarang bukan masalah reputasi. Ingat, sejarah milik para pemenang. Serang lebih dulu sebelum diserang. Jika Cagliari terus bertahan pasif, kapan lagi Kaisar bisa memiliki kendali atas benua ini?”
“Aku setuju dengan saran Yisha. Lebih baik memancing Siglolo melakukan gerakan ilegal kecil, sementara kita pura-pura lemah. Lalu luncurkan serangan besar yang tak terduga.” Zhebie mengangguk.
“Ini sederhana. Serahkan padaku.” Kaliflan yang selama ini diam akhirnya bicara. Pembangunan memang bukan keahliannya, tapi dalam hal aksi curang dan perebutan, dia sangat ahli.
Ruang tamu kembali sunyi. Mereka masih menatap Yisha. Kaisar tersenyum, “Nona Yisha, katakanlah. Kita semua tahu keputusan di bagian bawah ini pasti sangat penting.”
，“Sebagian besar klan laut telah pergi, kita juga tidak bisa tinggal lama. Caesar, kamu dan Elina masih harus berpisah sementara waktu. Cagliari tidak bisa sekaligus berperang dengan klan laut dan negara besar manusia. Meski Yang Mulia Carasso setuju dengan urusan kalian, itu hanya persetujuan pribadinya, bukan berarti Dewan Tetua akan menyetujui.”
“Bunuh semua mereka!” Mida Blasuo berkata dingin.
“Hehe, Mida, jangan bicara emosi. Dewan Tetua bukan terbuat dari lumpur. Ini hanya masalah waktu. Kamu harus memberikan sedikit tekanan dengan porsi yang tepat. Sedangkan yang perlu Elina lakukan adalah mengurus internal Suku Naga Laut.”
Sebenarnya Caesar dan Elina sudah tahu hal ini. Kemajuan yang signifikan dalam urusan ini sudah membuat mereka sangat senang.
“Hal lain yang juga sangat penting, Caesar. Setelah perang melawan Siglolo berakhir, Kao, Zhebie, Diddy, dan Bati harus kembali ke klan laut. Saat itu, Rencana Dasar Laut juga akan memasuki tahap substantif.”
Mereka semua tentu mengerti maksudnya. Sekuat apapun Cagliari, tidak mungkin mengirim pasukan manusia ke laut lepas. Itu sama saja dengan memberi makan ikan.
“Setelah Kao kembali ke Suku Kerang, dia akan segera mewarisi takhta. Lima juta prajurit She'oubei menanti raja baru!”
Saat mendengar pasukan lima juta itu, yang lain pun terpana. Tak menyangka Kao yang sehari-hari bercanda ternyata memiliki kedudukan sekuat ini.
Memang Suku Kerang tidak terkenal, tapi itu tidak berarti mereka lemah.
"Diddy, kamu harus kembali ke suku Doth. Usulan Lilyth bagus, pikirkan baik-baik."
Diddy mengangguk diam-diam tanpa bicara.
"Zhebie, kamu dan Bati punya lebih banyak urusan. Kita kekurangan tenaga. Tugas Elina dan Clarisse adalah menstabilkan Suku Naga Laut dan putri duyung, setidaknya menjaga keluarga kerajaan tetap netral dalam perang."
Elina dan Clarisse juga mengangguk. Situasi sudah sampai di titik ini, mereka tak mau mundur lagi.
Apakah Kaisar manusia? Bagi mereka, Kaisar adalah Pangeran pemberian Dewa Laut. Mengenai cara merundingkan dengan klan laut lain, Yisha sudah punya rencana.
Ini lagi-lagi pertanyaan yang lama dipendam semua orang: Jawabannya pasti, hanya masalah waktu. Sebenarnya sudah bisa pulang sekarang, tapi untuk pertarungan pertama Cagliari, peran Zhebie dan Kao sangat krusial.
Perang yang harus dimenangkan secara telak.
Mereka berdiskusi sampai larut. Rincian persiapan akan dijalankan bertahap sesuai rencana.
Setelah garis besar disusun, yang lain pamitan dengan bijak. Tak lama hanya tersisa Elina dan Clarisse. Saat Clarisse hendak pergi, Elina menarik lengannya.
"Lala, seseorang pasti ingin bicara denganmu. Aku duluan. Hati-hati saat pulang, jangan sampai ekor kecilmu dicengkeram orang."
Elina mendorong Clarisse sambil tersenyum. Terlihat jelas suasana hatinya masih sangat baik.
"Di dalam ruangan hanya tersisa Clara dan Kaisar, suasana tiba-tiba hening. Clara tak menyangka Elina tiba-tiba melakukan langkah ini, jantungnya berdegup kencang. Apakah ada kabar buruk yang akan terjadi?"
"Memandangi Clara dengan tenang, Kaisar pun agak bingung namun tak separah yang dibayangkannya. Mungkin selama ini Clara sangat menderita? Meski putri ikan duyung nan cantik ini masih bersinar gemilang, tapi..."
"Selamat, Kakak Kedua."
"Clara berkata dengan suara sendu. Saat hanya berdua, Clara melepas topengnya. Ekspresi sedih putri kecil ini sungguh mengharukan."
"Dia terus berusaha, tapi betapa inginnya dia menjadi pemeran utama wanita dalam dongeng itu. Sayangnya bukan, selalu Elina. Jika bukan karena tak bisa meninggalkan Kaisar, mungkin dia sudah menyerah."
"Jika dia tak bisa bersama Kaisar, Ayah juga tak akan membantu Kaisar. Bahkan Clara tahu ini, mana mungkin Kaisar tidak paham? Atas dasar apa orang mau menolongnya?"
"Teman baik? Kedengarannya terlalu ngaco."
"Clara juga diam-diam menahan semua ini. Tapi orang-orang selalu terpana oleh pesonanya yang gemilang, tertarik pada kecantikannya. Bahkan suka dukanya dianggap sebagai hiburan indah, sambil mengabaikan ketulusan hatinya."
Saat mendengar kata "selamat" dari mulut Clarisse, Kaisar merasa tersindir. Dalam hal ini, dia pengecut yang selalu menghindar. Ketika Ottoman menunjukkan ketertarikan pada Clarisse, dia murka. Mengapa murka? Mungkin kecemburuan, kecemburuan seorang lelaki.
Pada momen ini, di saat seperti ini, dia akhirnya bisa menghadapi kenyataan. Berkali-kali dia mengingatkan diri sendiri bahwa hanya bisa bersama Elina. Namun hubungannya dengan Clarisse selalu tak terputus dan tak terurai, hingga mencapai situasi seperti sekarang.
Saat dia bertarung untuk Elina di depan umum, apa yang dirasakan Clarisse? Bagaimana pemikiran Yang Mulia Alexis? Ironisnya, baru saja dia meminta bantuan Clarisse.
Apa artinya ini?
Pernahkah Clarisse menuntut sesuatu?
Putri pilihan Tuhan ini tak pernah melakukannya. Betapa sulitnya pengorbanan yang dilakukan dengan identitasnya. Hanya tekad asmaranya yang begitu kuat hingga hampir menyerah pada pemikiran sendiri.
Tiba-tiba Kaisar menampar wajahnya sendiri. Clarisse kaget dan segera menarik tangan Kaisar, "Kakak Kedua, kenapa kau melakukan ini?"
"Maafkan aku." Kaisar berkata dengan malu. Dia berhutang banyak pada banyak orang yang tak bisa dilunasi. Tapi dunia nyata memaksanya tak bisa membuat pilihan sulit. Terlalu banyak hal tak bisa dikendalikan dalam hidup manusia.
"Aku tak izinkan kau menyakiti diri sendiri... Jangan merasa terbeban. Ini keinginan Lala sendiri. Aku bersedia membantumu. Bahkan jika kau menikah dengan Nana, aku akan memberikan dukungan."
Kaisar juga merasa dirinya bukan manusia lagi, apakah menyukai Clarisse? Jawabannya pasti iya!
Bisakah meninggalkan Clarisse? Jawabannya tidak mungkin!
Kalau begitu, mengapa tidak bisa menghadapinya langsung?
Memang masalahnya banyak, sangat banyak, tapi tidak bisa menghindar hanya karena ini. Dirinya memang bajingan, suka wanita, lalu bagaimana? Haruskah demi kesetiaan membuat Clarisse terus menderita?
Setidaknya harus berusaha sedikit, tentu dengan syarat Elina menerima. Jika Elina tidak menerima...
Kaisar memandang Clarisse, tiba-tiba menyadari: mustahil baginya membuang putri ikan duyung yang baik hati demi berbagi kebahagiaan dengan Elina. Selalu akan ada duri di hatinya.
Rupanya dirinya juga bukan lelaki baik. Kaisar mengejek diri sendiri. Tapi setelah melalui banyak hal hidup dan mati, mungkin jadi jahat sedikit tak apa. Nama palsu tak berarti!
Kuncinya sebenarnya terletak pada Elina.
Kaisar menggenggam tangan Clarisse, menarik gadis tercantik sedunia ini ke pelukannya dengan lembut. Putri ini patuh seperti kelinci kecil, tidak menghindar atau takut, hanya memandang Kaisar dengan lembut. Mungkin adegan ini telah ia impikan ribuan kali, hingga kini masih terasa seperti mimpi.
Dari jarak dekat memandangi Clarisse, kecantikannya benar-benar mengguncang. Tentu saja Kaisar menyukai Clarisse bukan semata karena penampilannya. Jika hanya itu alasannya, tak perlu menunggu sampai sekarang. Clarisse telah berkorban terlalu banyak, sampai-sampai jika Kaisar masih menghindar, itu sama saja seperti binatang—bahkan lebih rendah dari binatang.
Lebih baik tidak memulai sama sekali. Tapi sekali dimulai, harus ada tanggung jawab yang diemban. Meski pemikiran ini begitu jernih, hati Kaisar sama sekali tidak yakin. Bagaimana harus menjelaskan pada Elina? Bagaimana menghadap Raja Naga Laut? Bagaimana memberi laporan pada Raja Merfolk?
Wahai Dewa Laut, apakah aku terlalu serakah?
Memandangi mata jernih bak samudera itu, Kaisar pun tersesat. Daya tarik yang tak bisa ditolak lelaki mana pun, mahakarya para dewa.
Clarisse, gadis tercantik se-Maya dengan kecantikan yang tak tertandingi.
Dengan cepat Kaisar merebut bibir merah yang lembap itu. Bukan yang pertama kalinya, namun efek guncangannya sama dahsyatnya. Tubuh Clarisse bergetar, perlahan menutup mata yang membuat bintang-bintang kehilangan cahayanya.
Lama berselang, baru mereka berpisah.
"Lala, apakah aku sangat jahat?"
"Jahat! Kakak Kedua paling jahat! Tapi Lala justru suka Kakak Kedua. Apapun yang Kakak lakukan, Lala selalu mendukungmu."
Kaisar merasa dirinya benar-benar tak terselamatkan. Mungkin biarlah kejatuhan ini datang lebih dahsyat.
"Kakak Kedua, jangan susahkan hati. Jangan mengkhawatirkan apa pun. Lala akan terus menantimu. Jika Kakak Elina tidak menyetujui, Lala akan pergi diam-diam. Lala takkan menyukai orang lain."
Clarisse bersembunyi dalam pelukan Kaisar sambil bergumam pelan.
"Ini salahku, aku akan bicara dengan Nana. Aku terlalu serakah, jika bisa memiliki kalian berdua, aku sudah tidak mengharapkan apa-apa lagi."
"Kakak Kedua yang bodoh, ini bukan salahmu! Kamu terlalu luar biasa, selainmu, siapa yang bisa menahan daya tarik Lala?"
Clarisse berkata dengan penuh kebanggaan. Ini bukan berlebihan, lelaki yang bisa menolak gadis tercantik se-Maya mungkin belum lahir atau sudah menjadi tulang belulang.
"Hehe, aku juga sudah terjatuh cinta," Kaisar tertawa.
"Kakak Kedua, dengan perkataanmu ini, Lala sudah puas. Urusan ini jangan kau campuri lagi. Seperti kata Kakak Yisha, sekarang ada banyak hal besar yang menantimu. Urusan asmara bisa ditunda dulu. Menurutku ini juga alasan mengapa Nana menyuruhku tetap di sini. Setiap gerak-gerikmu sekarang tidak hanya menyangkut kami, tapi juga seluruh Maya."
Kaisar tak tahan menggaruk-garuk kepalanya, "Aku tidak sehebat itu. Jujur saja, sampai sekarang pun aku tidak pernah memikirkan ambisi kekuasaan. Mungkin kesadaranku masih kurang."
"Kau ini... Yang mampu harus bekerja lebih. Dalam hal ini kami sangat mengagumi Kakak Yisha. Perang bukanlah tujuan. Berpisah dan bersatu mungkin memang jalan perkembangan makhluk berakal. Tapi Kakak Kedua, kaulah orang paling mungkin dalam ribuan tahun terakhir ini yang bisa mengakhiri permusuhan antara Manusia dan klan laut. Jika klan laut dan manusia bisa bersatu, setidaknya mencapai persatuan yang harmonis sejati... Maya akan sama sekali berbeda. Sebenarnya, untuk apa manusia hidup? Pernahkah kau memikirkannya, Kakak Kedua?"
Clarisse berkedip-kedip sambil bertanya.
“Dulu di dasar laut, aku hanya memikirkan kehidupan tanpa beban, minum-minum dengan orang tua, pergi berpetualang bersama Kao dan yang lain. Itulah tujuanku saat itu. Tapi setelah diburu Dewan Tetua, muncul misi tambahan - membalas dendam untuk yang telah tiada. Kini tanpa sadar, sudah sampai di titik ini.”
“Hehe, kau tidak sendirian. Singkatnya, demi Kao pun kau harus kembali ke laut lepas. She'oubei ingin meraih kembali posisi setara. Dewan Tetua harus dibubarkan. Di dunia manusia, harapan rakyat Cagliari yang tak terhitung jumlahnya bergantung padamu. Yang Jingyi, Luo Ruo, Mida Blasuo - mereka bertahan hidup karena keberadaanmu. Aku tahu Kakak Kedua masih merasa diri bagian dari klan laut, tapi kau harus dewasa, melindungi kita semua.”
Kaisar tersenyum. Dirinya yang sudah matang ini justru diberi pelajaran oleh Putri Clara yang tak kunjung dewasa. Tapi nasihatnya masuk akal. Suara merdu itu menyentuh relung hati. Mungkin apapun yang diucapkan Clara akan selalu terdengar manis.
“Nona kecil, sudah semakin matang ya.”
“Tentu dong! Aku sudah dewasa sejak lama!”
Clara tak sadar betapa provokatif ucapannya yang spontan itu. Kaisar yang sudah jadi pria matang pun langsung...
Seketika wajah Clara memerah. Keduanya memang sudah sangat dekat, tapi selama ini tak pernah menyentuh ranah ini. Kaisar juga canggung. Rupanya memang tak mudah bagi lelaki mengendalikan diri.
Clara teringat ramalan dukun yang pernah meramalkannya. Ia menunduk, “Kakak, Lala bersedia.”
Suaranya kecil seperti nyamuk, tapi Kaisar tetap mendengar dengan jelas. Saat ini keduanya tidak terlalu waspada secara mental. Begitu Clarisse mengatakannya, Kaisar benar-benar sulit menahan diri.
