Cakar menggerakkan capitnya dengan garang dan langsung menerjang, sama sekali tidak menghiraukan serangan para ksatria. Serangan fisik hampir tidak berpengaruh pada tubuhnya. Delapan tentakelnya terus memanjang dan menyapu puluhan musuh sekaligus. Ular laut bersayap delapan bahkan lebih gahar - membuka mulut raksasa seperti lubang hitam dengan sihir tak dikenal, menghisap ksatria beserta kuda laut mereka langsung ke perutnya. Kepiting Raksasa hanya punya satu kata: merajalela. Pertahanan fisik dan magisnya super kuat, sepasang capit raksasanya membawa kehancuran massal. Pembunuh bayaran suku Laomu menghilang, namun setiap kemunculannya selalu diikuti lenyapnya banyak orang. Fei Shi berwarna-warni memiliki racun super mematikan, warna indahnya justru membawa kematian tak terhindarkan. Monster laut tingkat super lainnya sama ganasnya - setiap individu sulit dihadapi, apalagi saat menyerang berkelompok seperti berburu. Yang paling gahar justru kerang raksasa itu. Berputar cepat seperti piring terbang, melayang menghujam medan perang dengan kecepatan kilat. Semua makhluk yang mendekat langsung terpotong, bahkan sesama monster super pun menjaga jarak darinya.
Kaisar sudah tahu sejak lama kalau orang-orang ini tidak sederhana, tapi setelah menyaksikan langsung tetap merasa terkesan. Mereka mungkin monster setingkat Raja Naga, dengan cara menyerang yang lebih misterius. Sembilan ekor sekaligus menyerang bahkan membuatnya pusing, apalagi prajurit biasa. Pasukan ksatria ini langsung tercerai-berai sejak awal, sama sekali tidak bisa membentuk formasi serangan yang rasional. Pertarungan satu lawan satu sama sekali tak berguna. Lihatlah Hengxingbadao yang digelayuti puluhan prajurit, tapi apa lacur? Makhluk ini dari ujung kepala hingga kaki tak tertembus, serangan sehebat apapun hanya menyisakan anggota tubuh yang terpotong.
Satu-satunya yang tidak diserang adalah putri duyung bercangkang dari suku Laomu itu. Satu terlalu cepat, satu lagi muncul dan menghilang seperti hantu. Saat disadari, mereka sudah terbakar.
Dalam sekejap, pasukan trisula Raja Laut yang disebut-sebut sebagai elit oleh Dewan Tetua langsung ambruk. Mungkin bahkan mereka sendiri tidak menyangka. Tepat di saat itu, sepuluh bayangan merasuk dari kerumunan orang - seorang Jian Sheng dan sembilan ahli level Saint Domain. Merekalah senjata pamungkas sejati Dewan Tetua!
Senyum kejam mengembang di bibir Kaisar. Akhirnya datang juga. Biarkan kalian menyaksikan sisi kejamku!
Kedua tangan membuka wilayah kekuatan sepenuhnya, gaya tolak dan tarik meledak bersamaan. Apa itu wilayah? Jika belum mencapai level ini, jangan coba-coba!
Sepuluh orang ini sudah menyamar di antara kerumunan menunggu kesempatan. Mereka tahu lawan siapa, jadi rela melakukan serangan mendadak. Tapi segera mereka mengerti jarak kemampuan terlalu jauh, bukan jumlah yang bisa menutupi.
Gaya tolak-mengisik yang tiba-tiba membuat siluet para pembunuh bayaran berhenti sejenak, menyiramkan genangan merah. Hanya dua orang yang masih bereaksi menyerang kembali dalam kondisi ini, salah satunya adalah kenalan Kaisar.
Tiga lapis tenaga melesat sekejap, anggota klan laut setingkat Jian Sheng itu sudah meledak kepalanya. Terhadap mereka, Kaisar menyimpan dendam tak tersalurkan. Namun saat melihat lawan lainnya, kepalan tangannya tiba-tiba mengarah ke udara. Dengan teleportasi, kilatan lingkaran di udara menyapu delapan ahli Saint Domain hingga tersungkur, tubuh dan kepala terpisah.
Hanya tersisa satu orang, dan orang ini memang Pangeran Suku Hiu Roradman.
Roradman menyunggingkan senyum kecut, "Kemampuanku memang tak setara, tak ada alasan lagi. Bunuh saja aku!"
Roradman bersikap blak-blakan. Bagaimanapun ini soal balas dendam kematian ayahnya. Saat Dewan Tetua mendatanginya, ia tak kuasa menahan diri. Meski begitu ia menolak rencana mengerahkan pasukan Suku Hiu, hanya ikut serta dalam rencana serangan mendadak. Ia tahu kemampuan pribadinya mustahil mengejar Kaisar.
Kaisar tiba-tiba tertawa, "Yang Mulia Xiusdimann adalah lawan terhormat. Dalam pertarungan itu, kalah-menang sama saja bagi seorang prajurit sejati. Jika kau ingin membalas dendam padaku, silakan datang kapan saja. Tapi dengan cara begini... Huh! Aku jadi meragukan apakah kau benar-benar putra Raja Hiu, Roradman yang kukenal!"
“Roradman seperti kena Sengatan Listrik, wajahnya memerah nyaris meledak, tapi kemudian tenang kembali. Ia menatap Kaisar, pandangannya terus berkedip-kedip, "Aku pasti akan membayar hutangku padamu! Tapi dendam Ayah, pasti kubalas!"”
“Selalu siap menyambut!”
Bayangan Roradman menghilang cepat. Rencana Dewan Tetua sudah gagal. Dengan kemampuan tim seperti ini, bahkan Carasso saja tak bisa dibunuh, apalagi melawan Kaisar?
Sebenarnya strategi Dewan Tetua cukup baik. Dua ribu pasukan trisula Raja Laut hanya untuk menguras tenaga Kaisar. Lalu di momen kritis pertarungan, pasukan cadangan baru bergerak. Tapi siapa sangka Kaisar membawa begitu banyak monster.
Terhadap Roradman, Kaisar masih sangat menghargai. Memang benar orang ini kejam tak berperikemanusiaan, tapi terhadap yang dikenalnya dan dikaguminya, Kaisar justru lebih berbaik hati daripada siapapun. Bagaimanapun, dia tak mau membunuh Roradman dalam kondisi seperti ini. Dia juga paham, bahkan dalam duel yang adil, ikatan darah tak bisa dihapus. Sama seperti perasaannya terhadap Mardon.
Hidup itu baik. Setidaknya masih bisa merindukan keluarga.
Duka dan suka adalah warna hidup yang harus dihadapi. Roradman pun begitu. Keberadaannya tak menambah, ketiadaannya tak mengurangi. Tapi klan laut yang berani berdarah-darah seperti ini sudah langka.
Para klan laut menyaksikan sisi kejam namun manusiawi Sang Pendeta Raja Laut. Serangan mendadak adalah hal paling diremehkan oleh klan laut. Dewan Tetua sampai melakukan hal memalukan seperti ini, sungguh membuat orang lain meremehkan mereka.
Pertarungan berakhir, para putri duyung telah selesai membunuh. Bagaimanapun mereka adalah putri duyung, melampiaskan pembunuhan adalah insting tubuh. Tak lama kemudian medan perang telah disapu bersih. Namun saat melihat Kaisar datang, sekelompok makhluk itu segera menjadi jujur. Sedangkan bola tak henti-hentinya melompat dari satu atas kepala ke atas kepala lainnya, bermain dengan riang gembira.
Para klan laut memandang Kaisar dengan takut dan hormat. Kekuatan sebesar apa yang bisa membuat putri duyung yang angkuh ini tunduk? Adapun Pendeta Raja Laut itu adalah kuasa dewa Dewa Laut. Legenda mengatakan hanya Raja Laut yang mahakuasa yang bisa menaklukkan semua putri duyung. Semula dianggap hanya cerita turun-temurun, namun kini tampak mulai menjadi kenyataan pada diri Kaisar.
Tak ada yang berkata apa-apa, namun benih telah mulai bertunas.
Kerumunan orang di belakang lini pertahanan Kaisar mulai berkumpul kembali. Para klan laut juga ingin menyaksikan apa yang akan dilakukan Pendeta Raja Laut ini, konsekuensi kedatangannya, serta bagaimana Dewan Tetua akan menghadapinya!
Secara samar mereka merasakan akan terjadi perubahan besar di klan laut. Jika Kaisar menang, Dewan Tetua mungkin tidak akan runtuh sepenuhnya namun pasti kehilangan semua wibawa. Atau ahli terbaik Maya akan mati di laut lepas. Dua kemungkinan ini berimbang. Meski Dewan Tetua tak punya kemampuan ini, bukan berarti Suku Naga Laut tidak memilikinya.
Satu lawan satu memang tidak mungkin, namun terkadang situasi tidak terbatas pada itu. Tapi para putri duyung mengerikan di sekitar Kaisar sudah cukup membuat mereka pusing.
