Wajah Xinbake sangat masam. Apakah aku yang memprovokasinya hingga ingin berperang? Melihat sembilan monster laut super di bawah, ditambah Naga Sihir dan ahli seperti Zhebie - jika benar bertarung, Kota Raja Naga Laut akan menjadi sejarah.
Melirik sang Raja, tampaknya masih baik-baik saja. Raja tetap tenang. Dewa Laut, semuanya pasti akan baik-baik saja.
Klan laut benar-benar terpana oleh sembilan monster laut tingkat super yang garang ini. Bahkan seorang Goblok pun tidak mungkin bisa mengendalikan monster seperti ini. Makhluk level ini sudah memiliki kecerdasan yang cukup. Meski sudah ada kabar burung, tapi tak menyangka ini nyata, dan seganas ini. Rumor selalu berlebihan, tapi nyatanya kenyataan justru lebih mengejutkan daripada rumor.
Banyak yang tetap tenang. Tindakan Kaisar jelas bukan untuk memulai perang. Sekuat apa pun kemampuannya, menyerang Kota Raja Naga Laut tetap mustahil. Bagaimanapun ini adalah kota tempat para ahli terkuat berkumpul.
“Ya Tuhan, Snack itu punya delapan sayap dewa!”
“Kepiting merah menyala ini! Aku merasakan energi racun api yang kuat. Dewa, ini persis makhluk suci legenda dari klan kami!”
“Lihat! Itu ikan pari sang Raja Pembunuh dari suku Laomu! Tak kusangka bisa melihat wujud aslinya seumur hidup!”
“Fei Shi berwarna-warni, Sang Raja Racun dari klan Feishi! Keberadaan paling megah dan paling mematikan!”
“……Itu, itu Naga Akik? Bukankah mereka sudah punah?!”
……
Kaisar hanya tersenyum dingin lalu bergerak cepat ke atas kepala Cakar. Para putri duyung yang sebelumnya sangat sombong langsung meredakan diri. Carasso dan Rafael menunjukkan ekspresi terkejut. Meskipun kemampuan Kaisar luar biasa, mustahil baginya menaklukkan monster level ini. Para putri duyung ini jauh lebih kuat dari yang terlihat - setidaknya level Super kelas atas. Para ahli saling bertukar pandang bingung, tak mengerti maksud Kaisar.
"Hehe, kalian pasti penasaran dimana masa kecilku dihabiskan. Seperti yang kalian tahu, aku sendiri tak tahu asal rasku. Tapi tempat kelahiranku..." Kaisar berhenti sejenak, "Adalah Zona Kematian wilayah perairan!"
Bruuum...
Semua terdiam terpana, termasuk Simba Ke. Sang bos tertua bergumam: "...Tidak mungkin! Ini terlalu aneh! Bagaimana mungkin ada yang tinggal di sana?!"
Orang-orang hampir tak percaya. Bahkan Zhebie pun awalnya meragukan sampai melihat langsung. Memang terdengar mustahil.
"Hehe, monster laut tingkat super ini kubawa dari Zona Kematian wilayah perairan. Tempat itu adalah rumahku. Aku bisa bebas keluar masuk."
Orang-orang kesulitan mencerna informasi ini. Kaisar ternyata besar di Zona Kematian wilayah perairan? Ya Tuhan, benarkah ini?
“Carasso menatap Elina, pipi Elina memerah, ‘Ayah benar, aku juga pernah ke sana. Di Zona Kematian wilayah perairan, semua putri duyung tidak akan menyerang Kaisar dan orang-orang di sekitarnya. Tapi begitu meninggalkan area itu, kita akan langsung dikepung.’”
Bahkan ahli sekelas Carasso dan Rafael pun tercengang. Dewa, hal seperti ini benar-benar ada! Yang wajar adalah Santo. Ia sama sekali tidak memberikan pendapat tentang hal-hal ini dari awal sampai akhir.
“Tidak mungkin! Bagaimana kau bisa membuktikannya?”
“Pangeran Simbaco, putri duyung ini hanya ada di Zona Kematian wilayah perairan. Aku tidak keberatan kembali ke sana. Sebelum ke sini, aku bahkan tinggal beberapa hari di sana. Bahkan bisa kuajak kalian masuk melihat!”
Cakar dan putri duyung lain langsung melototi Simbaco. Monster laut tingkat super ini bisa merasakan permusuhan Simbaco. Meski Simbaco berani, nyalinya ciut dibuatnya.
“Yang Mulia Santo, bagaimana pendapat Anda?”
Sebenarnya sejak Elina menjelaskan, Carasso sudah percaya. Hal ini tidak normal jika terjadi pada orang lain, tapi pada Kaisar sudah biasa. Lagipula ini bukan pertama kalinya. Mungkin hanya orang yang lahir di sana yang punya pengalaman luar biasa. Dari sikap para putri duyung ini juga terlihat jelas, tidak ada kontrak perbudakan. Mereka hanya takut pada aura tertentu dari tubuh Kaisar.
Santo perlahan berdiri, "Yang Mulia Pangeran Kaisar mengatakan yang sebenarnya. Sebenarnya 23 tahun lalu, Badai Bulan Suci muncul. Kelahiran Sang Anak Dewa terjadi di Zona Kematian wilayah perairan, dan tempat itu berubah menjadi seperti ini setelah badai muncul. Jadi Zona Kematian wilayah perairan adalah rumah Yang Mulia. Putri duyung di sana berevolusi dengan kekuatan dewa, mustahil menolak kekuatan ilahi yang ada pada tubuh Yang Mulia."
Berita mengejutkan datang bertubi-tubi. Jika diceritakan secara terpisah mungkin sulit dipercaya, tetapi rangkaian peristiwa ini saling terkait sehingga tidak bisa tidak membuat orang percaya.
Saat itu seseorang maju ke depan. Dia adalah presenter Asosiasi Petualang di Kota Naga Laut, "Imam Kaisar memiliki identitas lain yaitu Abyss Grand Adventurer. Dulu ketika Putri Clara mengalami cedera parah dan mengeluarkan penawaran hadiah yang membutuhkan kristal iblis suku Laomu untuk penyembuhan, Yang Mulialah yang membawa kristal tersebut. Menurut investigasi Asosiasi Petualang, lokasinya tepat di Zona Kematian wilayah perairan. Silsilah keluarga bangsawan Carol yang tenggelam di Zona Kematian wilayah perairan juga ditemukan oleh Yang Mulia Pangeran Kaisar. Asosiasi Petualang bisa menjadi saksi."
Seperti batu yang menggegerkan ribuan ombak, orang-orang harus mengenal kembali Kaisar. Tak ada yang menyangka situasi akan berubah seperti ini. Jika dulu Kaisar kuat, kini dia menyelimuti diri dengan aura misterius. Hidup sejak kecil di Zona Kematian wilayah perairan - ini jelas kriteria klan laut, dan mungkin juga Sang Anak Dewa yang memikul misi. Jelas kedatangan Santo kali ini tidak sederhana.
Dewan Tetua dan faksi konservatif Suku Naga Laut benar-benar kewalahan menghadapi serangan ini.
“Hmm, mengenai identitas lain Imam Kaisar, mari kesampingkan dulu. Kita perlu verifikasi lebih lanjut. Sekarang yang utama adalah berdiskusi tentang masalah pernikahan Imam Kaisar dengan Putri Alena.”
Seorang tetua berdiri memindahkan topik pembicaraan. Acara resmi ini sudah tidak bisa dilanjutkan lagi.
Orang-orang Suku Naga Laut juga bukan orang bodoh. Dengan formasi seperti ini, akurasinya hampir 90%. Susunan pasukan seperti ini mungkin tak perlu dikhawatirkan meski memasuki Zona Kematian wilayah perairan sekalipun.
“Hmm, Pangeran, tolong simpan putri duyungnya. Rintangan pertama bisa kita tunda sementara dan digabungkan dengan rintangan kedua.”
Kaisar menjentikkan jari. Para putri duyung masuk satu per satu ke dalam cangkang kerang yang kemudian mengecil. Bola segera diambil dan terus dilempar-lempar. Orang yang melempar terlihat gugup,... Jangan sampai terlempar ke arah mereka, ini bukan main-main.
