“Setelah membaca intel, para penguasa lautan juga agak terguncang. Ternyata ada begitu banyak arwah yang bersembunyi di sekitar mereka. Tak tahu bagaimana mereka bergerak, tapi pemusnahan mutlak diperlukan.”
Para penguasa lautan belum sempat bicara, Ratu Christina sudah murka. Sang ratu yang biasanya lembut pertama kali menunjukkan sikap pahlawan wanita: “Laporkan pada Nona Yisha, kami segera bertindak. Yang Mulia, aku akan memimpin langsung Legiun Pelangi! Siapapun yang mengganggu putriku, akan kubuat membayar harga terberat!”
Alexis segera memandang yang lain minta bantuan. Carasso dan Rafael langsung menatap langit-langit. “Kau sendiri tak bisa mengendalikan istrimu, apalagi kami. Dulu Ratu Christina sudah tak kenal kompromi, sekarang demi putrinya, tak ada yang mau terjun ke kawah gunung berapi.”
Alexis tahu nasihat tak berguna. Clarisse adalah buah hati sang ratu. Kali ini kemarahannya sungguh meledak: “Kalau begitu mari kita berangkat. Sekalian hadapi para arwah!”
Dengan Carasso yang sudah menyatakan sikap, keputusan ini praktis final. Andai bukan Ratu Christina yang mau pergi sendiri, mereka mungkin tak akan turun tangan. Tapi begitu sang ratu bersuara, jika tak ikut, di kemudian hari pasti akan jadi bahan “sindiran”-nya. Sebagai sahabat lama, meski tanpa perintah penguasa lautan, masalah ini tetap harus dibantu.
“Sampaikan perintahku: Segera siapkan Legiun Naga Laut! Aku akan memimpin langsung!”
“Siap, Yang Mulia!”
“Haha, Lao Ka, sudah lama tidak bertempur bersama, kali ini kita masih harus adu siapa yang lebih banyak membunuh! Ngapain nunggu? Suruh Legiun Paus Ledakan bersiap! Siapa pun yang lebih lambat dari Suku Naga Laut, aku tidak akan terima!”
Prometheus langsung melesat maju. Berperang bersama sang Ayah adalah kebahagiaan terbesar baginya. Kekaguman pada ayahnya sudah mencapai tingkat kesadaran.
Meski Roradman telah menjadi Raja Laut, hierarki senioritas dan kemampuan tim masih terpaut dua generasi. Tiga Raja Laut sudah bicara, Legiun Hiu Ganas pun bersiap tempur. Sejujurnya selain persaingan pribadi, dia sangat mengagumi Kaisar. Menghadapi musuh bersama, Roradman tidak akan mempermalukan Suku Hiu.
Kota Kekaisaran Laut tidak bisa dikosongkan jadi Suku Doth tetap bertahan. Suku Ubur-ubur ingin menunjukkan diri tapi belum ada kesempatan. Kecepatan pergerakan memang bukan kelebihan mereka.
Ini juga untuk mencegah orang itu menggunakan taktik mengalihkan perhatian. Arwah sekarang sudah tidak sebodoh dulu yang cuma tempurung kosong.
Raja Laut turun langsung ke medan perang—kejadian yang belum terjadi bertahun-tahun. Tanpa perlu motivasi, semangat bertarung setiap prajurit meledak-ledak. Dari pihak Putri Duyung bahkan Sang Ratu turun tangan. Tingkat perhatian sebesar ini wajar. Rahasia umum kalau Ratu lebih hebat dari Yang Mulia, dan bangsa putri duyung sangat bangga akan hal itu.
Dan sebelum berangkat, lawan juga telah diumumkan. Saat mengetahui bahwa lawannya adalah arwah, semangat bertarung para prajurit semakin membara, terutama dari klan putri duyung. Bisa dibilang saat musuh bertemu, mata langsung memerah.
Demikianlah Perang Suci klan laut membuka halaman pertama, yang dalam sejarah disebut Serangan Besar Slovenia. Inilah yang sering menjadi topik menarik untuk dibahas generasi berikutnya. Klan laut paling menyukai inisiatif menyerang terlebih dahulu. Membalas setelah dipukul oleh lawan tidak pernah dipuji. Serang lebih dulu sebelum diserang, ini baru kebenaran.
Semua arwah di lembah itu diam. Saat tidak menerima perintah atau diserang, mereka memang tidak akan bergerak. Namun ini bukanlah dinding yang rapat. Pergerakan pasukan besar sudah sejak lama menarik perhatian berbagai pihak, meski Asosiasi Petualang sama sekali tidak bermaksud memberi pemberitahuan atau peringatan.
Peringatan Shakespeare tidak sepenuhnya diabaikan oleh Luo Luo Desa. Memang benar, meski perlu mengandalkan Penguasa Abadi, setelah sekian lama, Penguasa Abadi bukan lagi ras abadi yang dulu. Dia telah berubah menjadi monster, sekaligus memimpin lebih banyak monster lagi. Bahkan orang Deville pun merinding melihatnya. Saat di daratan tidak ada lawan, tidak ada yang bisa menjamin Penguasa Abadi tidak akan menyoroti mereka. Daripada demikian, lebih baik biarkan klan laut melemahkan kekuatan arwah terlebih dahulu. Dengan ini, Penguasa Abadi juga akan semakin bergantung pada mereka.
Setiap kemampuan tim memiliki rencananya sendiri. Adapun Asosiasi Petualang itu sendiri, Luo Luo Desa secara alami memiliki agenda tersendiri. Dia bukan tidak merasakan sama sekali, apalagi beberapa kabar yang bisa disembunyikan dari orang lain, tetap sulit disembunyikan dari Asosiasi Petualang. Meskipun Asosiasi Petualang didirikan oleh orang Deville dan dipimpin terutama oleh mereka, sebagian besar anggotanya berasal dari klan laut dan manusia. Begitu identitas mereka terbongkar, seluruh basis akan hilang seketika. Namun hal ini sama sekali tidak dipedulikan Luo Luo Desa. Tujuan keberadaan Asosiasi Petualang telah tercapai bahkan lebih dari cukup. Lagipula, meski manusia dan klan laut ingin membubarkan mereka, harus ada pengorbanan yang setimpal. Sebelum klan Deville turun, baik klan laut maupun manusia sulit mengambil aksi nyata. Selain itu, informasi dan sumber daya asosiasi ini telah berada dalam kendali mereka. Kini semuanya siap, tinggal menunggu momentum kritis.
Momen gemilang itu segera tiba.
"Kakak perempuan terindahku, saat bersejarah ini akan segera tiba. Segala sesuatu di pihak arwah berjalan lancar. Taktikmu benar-benar kejam, Kaisar memang playboy tulen." Shakespeare berkata dengan senyum licik.
"Apakah kamu sedang menyindirku, adik laki-laki tak bergunaku?"
"Mana berani, Kakak tersayang. Bukankah kita harus segera berangkat? Begitu bangsaku turun, kita akan menghabisi Kaisar. Bagaimana mungkin kita melewatkan momen bersejarah seperti ini!"
"...Lakukan persiapan."
"Hehe, Kakak. Tidak bisakah kau membuang topeng buruk itu? Sudah bertahun-tahun adikmu belum melihat kecantikanmu."
Mata Shakespeare memancarkan sorotan yang jarang terlihat, namun yang merespons tetap topeng kaku dan keheningan Luo Luo Desa.
Shakespeare mungkin bermesraan dengan kemampuan timnya yang tak diragukan dalam menarik gadis cantik, tapi dia tetap tak mengerti isi hati wanita. Gerak-gerik Caesar yang tampak bodoh justru memiliki daya mematikan yang sangat besar bagi mereka. Tepatnya, tak peduli wanita jenis apa atau apakah mereka setuju secara mental, dari sudut asmara mereka pasti akan terpikat - bahkan jika orang itu berada di posisi lawan.
Tentu apresiasi hanyalah apresiasi. Mereka takkan melakukan aktivitas apapun untuk membayar keterharuan ini.
Luo Luo Desa dan Shakespeare pun berangkat. Bagaimanapun kemampuan Shakespeare tak boleh diremehkan. Sebagai ksatria naga emas, dia hanya sedikit lebih lemah dari Caesar.
Meski agak tidak menerima, di zaman keemasan Caesar, generasi lain hanya bisa mengaku kalah. Tanpa Caesar, mungkin segala urusan akan berjalan lancar. Tapi realitas dunia nyata memang demikian - semakin banyak bakat unggul bermunculan, semakin mudah Yang Mulia muncul.
