Serangan cepat tiga legiun besar otomatis menyisakan banyak yang lolos. Ini justru diselesaikan oleh para penyihir dan Legiun Fei Shi. Entah arwah sedang sial atau keberuntungan Yisha dan kawan-kawan terlalu besar. Topografi palung laut sangat menguntungkan mereka. Arwah hanya unggul jumlah tapi tak bisa membentuk lingkaran pengepungan. Masalah terbesar adalah ketiadaan pemimpin utama. Sisanya tak bisa membuat pengaturan strategis, hanya memimpin bagian masing-masing untuk bertempur. Perbedaan inisiatif dan tertekan ini setidaknya mengurangi daya tempur arwah 20%, sementara kerugian pertempuran keseluruhan tak terhitung.
Di sisi lain palung laut, Kao dan kawan-kawan juga menghadapi tantangan. Sejujurnya misi ini sangat berat karena mereka harus berhadapan langsung dengan pasukan arwah, sambil memikul beban tanggung jawab yang cukup besar.
Meski arwah tak menunjukkan tanda-tanda mundur, aura pertempuran telah terasa. Mereka akan menyerang begitu mendeteksi makhluk hidup.
Kao memandangi prajurit ras Sheo dengan aura yang sangat tenang, "Kami ras She'ou telah menjadi bahan peluru selama ratusan tahun, menjadi bawahan selama ratusan tahun. Kami telah mengikuti pertempuran tak terhitung, tapi kemuliaan tak pernah menjadi milik kami. Kami selalu bertarung untuk orang lain! Tapi hari ini, sekarang ini! Sekarang ini! Kami bertarung untuk diri sendiri, untuk kemuliaan ras She'ou, untuk keturunan kami, untuk Yang Mulia Kaisar yang mempercayai kami. Prajurit, angkat senjatamu! Hancurkan musuh di depan mata! Buktikan pada semua bahwa kamilah prajurit sejati! Setiap dari kita adalah pahlawan!"
Suara Kao berubah dari rendah menjadi melengking, akhirnya diteriakkan hingga memekakkan telinga. Dia menyuarakan isi hati setiap prajurit She'ou. Permintaan prajurit tidak banyak - mereka ingin kemuliaan dan tempat kembali yang menjadi hak mereka. Sekarang Kaisar dan Kao telah memberikannya!
"Untuk diri sendiri!"
Sederhana, tapi mengungkap penderitaan puluhan tahun ras She'ou.
Prajurit She'ou maju menghadapi pasukan arwah dengan keberanian tanpa takut mati. Gugur di medan perang bukan masalah, tapi tak satu pun arwah boleh melewati mereka!
Bertarung untuk diri sendiri - ini pengalaman pertama bagi prajurit She'ou. Setiap prajurit mengeluarkan energi terbesar mereka. Lebih gamblangnya: "Bangsat, gue nggak mau hidup lagi! Digigit pun harus mati!"
Di Legiun Arwah masih tersisa sejumlah komandan tingkat menengah yang cukup signifikan. Berbeda dengan arwah biasa, mereka mempertahankan kecerdasan yang cukup. Namun mereka menemukan musuh yang dihadapi... bahkan lebih kejam dari arwah. Pasukan biasa akan lari ketakutan atau gemetar ketakutan saat berhadapan dengan mereka, tapi para makhluk ini justru bersemangat seperti melihat wanita.
Pasukan yang kuat tidak bergantung pada antusiasme tiga menit. Semangat bertarung dan gairah mereka akan terus menyala sampai nyawa mereka berakhir!
Hanya ketika menghadapi arwah - jika pasukan lain pasti akan runtuh oleh tekanan ini. Tapi arwah tidak, karena mereka tidak mengenal konsep moral. Tak peduli seberapa kuat musuh, mereka tetap menyerbu secara sistematis seperti lebah. Tidak ada ketakutan, tidak mundur, yang ada hanyalah pembunuhan!
Situasi pertempuran jauh lebih kejam dari yang dibayangkan!
Zhebie sudah bergerak di antara kerumunan mayat hidup, fokus menyasar komandan arwah kuat. Naga tulang yang beterbangan menjadi target prioritasnya. Kegilaan prajurit Suku Hiu tidak efektif melawan monster raksasa ini - satu tepukan cakar bisa menghancurkan belasan prajurit. Kegilaan tak berguna di hadapan jurang kemampuan yang besar.
Zhebie membantu Roradman meringankan tekanan. Di sisi lain, di bawah pimpinan Raja Naga Laut dan Raja Paus, arwah tingkat tinggi sulit untuk dihadang.
Untuk mengeluarkan kekuatan maksimal, semua prajurit Klan Naga yang bisa menggunakan Transformasi Naga Legendaris mulai berubah. Sihir dan qi tempur digunakan tanpa batas, teknik bela diri unggul juga bukan tandingan bagi para arwah ini. Ditambah kualitas individual prajurit Suku Naga Laut yang terlalu tinggi, bahkan monster level tinggi pun sulit mengenai mereka. Dalam hal efisiensi pertarungan, Suku Naga Laut selalu meraih hasil maksimal dengan kerugian minimal.
Ini jelas bukan serangan kilat. Tanpa perintah, arwah takkan mundur atau kabur. Pertarungan memasuki fase stagnan paling krusial dan kejam. Bahkan Yang Mulia Raja Naga Laut pun harus tetap tenang. Ini adalah perang menguras yang dahsyat.
Yisha mengamati pertarungan dengan berat. Dia harus mempertimbangkan banyak hal: menilai kekuatan andalan para penguasa lautan, bagaimana memegang kendali atas semuanya. Yisha tidak peduli hal lain. Salah satu targetnya adalah menjadikan Kaisar sebagai Yang Mulia yang benar-benar tak tertandingi. Mungkin ini keinginan terdalamnya, bentuk ekspresi asmaranya.
Melemahkan sedikit kemampuan para penguasa lautan juga diperlukan. Tentu ini takkan dia ucapkan. Kaisar tak perlu memikul beban terlalu banyak. Semua urusan ini akan dia selesaikan sendiri.
Kemenangan harus diraih, tapi pengurasan tak boleh terlalu parah. Sambil mendapatkan data langsung, dari kondisi saat ini mereka masih punya kemampuan tempur cukup. Setidaknya untuk setengah jam ke depan masih dalam fase terkendali. Maka pasukan bantuan harus ditunda dulu.
“Saat mengamati jumlah pasukan arwah, sudah jelas bahwa pasukan ini tidak cukup. Namun kekuatan klan Naga Laut, paus, dan Suku Hiu terlalu besar. Harus dikurangi sedikit. Sementara suku Doth adalah orang kepercayaan, sementara ubur-ubur yang sudah kalah paling mudah dirangkul. Ini adalah taktik politik, meski menjijikkan, tapi harus dilakukan.”
“Bagaimana kondisinya?”
“Yang Mulia, sesuai Perintah Raja Laut Anda, legiun dari berbagai klan dan kelompok petualang tentara bayaran di sekitar sedang berdatangan. Namun yang terdekat pun baru bisa tiba dalam setengah jam, beberapa kontingen bahkan butuh satu hari.”
Yisha mengangguk pelan. Ini tepat seperti yang diinginkannya. Dia tidak mengkhawatirkan pasukan arwah di depan mata – kura-kura dalam tempurung yang tak berotak ini tak berarti. Yang dikhawatirkannya adalah Kaisar, satu-satunya yang membuatnya melanggar prinsip dan terus dirindukan... Tapi pria itu malah memeluk wanita lain, berjuang mati-matian untuk menyelamatkan perempuan itu.
Mungkin inilah takdir. Teriakan perang kacau-balau menghilang dari telinganya. Tiba-tiba beberapa Ghoul raksasa menyembul dari tanah – monster darat hasil perkembangbiakan arwah ini bisa bergerak di bawah tanah. Saat itu para ahli sedang di medan perang, hanya tersisa pengawal Yisha. Tapi Ghoul-Ghoul Kelas Super ini memancarkan aura kematian yang langsung menyelimuti seluruh markas begitu muncul.
Penjaga yang menghalangi Yisha berubah menjadi kerangka, Tirai Air Surgawi di tubuh Yisha otomatis bergerak, namun serangan muncul dari bawah tanah.
