Di dalam ruangan hanya tersisa Shakespeare dan Penguasa Abadi. Shakespeare tetaplah Shakespeare, segera kembali normal.
"Duduklah." Visanderu bersikap seperti pada keluarga. Shakespeare duduk dengan hormat di samping, melihat kursi itu yang tampak lama tak terpakai. Masuk akal, siapa lagi yang berkualifikasi duduk di sana?
"Kau cukup baik."
"Terima kasih atas pujian Yang Mulia."
Shakespeare seangkuh apapun tak berani berlaku sembrono di hadapan Penguasa Abadi.
Senyum mengembang di wajah tampan Visanderu, agak kaku mungkin karena lama tak tersenyum, "Tahukah kau, sejak disegel Qinglong, aku banyak merenung. Betapa kurenungi kehidupan masa lalu."
"Visanderu yang hampir melupakan segalanya, tiba-tiba diingatkan oleh Segel Naga Hijau akan kenangan yang sangat lama. Karena itu, selama beberapa hari terakhir, Penguasa Abadi ini benar-benar seperti manusia biasa. Dia tidak menolak perasaan ini, malah menikmatinya. Karena meski tidak berinisiatif memecahkan segel, kekuatan yang terus bertumbuh ini sudah tak bisa dibendung oleh Segel Naga Hijau. Begitu segel terbuka, perasaan seperti ini tak akan pernah bisa dirasakan lagi."
"Paman, bolehkah aku memanggilmu seperti ini?"
Sapaan "paman" dari Shakespeare membuat Penguasa Abadi tertegun lama. Tiba-tiba dia tertawa terbahak, "Bagus sekali panggilan pamannya! Haha, haha! Baiklah, demi sebutan 'paman' ini, aku jamin kau takkan mati!"
"Apakah aku sangat mirip dengan Yang Mulia Aklis?"
Meski merupakan keturunan langsung Aklis, namun karena sudah terpisah banyak generasi, Shakespeare bingung menentukan panggilan yang tepat.
"Tidak. Kalian sama sekali tidak mirip. Aklis jauh lebih berwibawa dan memiliki ciri fisik yang berbeda. Tapi kalian memiliki kemiripan qi di tingkat jiwa - hal ini tak akan kau pahami. Tapi akhirnya aku bisa memenuhi keinginannya: Klan Deville akhirnya memiliki Ksatria Naga Suci."
Kalimat ini menjawab teka-teki Shakespeare selama bertahun-tahun. Sekarang dia mengerti alasan mengapa Naga Emas tiba-tiba terjepit dalam situasi berbahaya itu. Sebenarnya kekuatannya belum cukup untuk mengikat kontrak dengan Naga Emas, tapi keajaiban terjadi. Kini dia sadar, hanya Penguasa Abadi yang memiliki kemampuan membantu seperti itu.
"Terima kasih, Paman!"
“Jangan berterima kasih padaku. Kau adalah satu-satunya keturunan yang mewarisi kekuatan Aklis selama bertahun-tahun, hehe. Trik kecil Aklis, kekuatan jiwa yang diwariskan secara turun-temurun.”
Saat membicarakan kejadian masa lalu, ekspresi Visanderu perlahan menjadi lebih hidup, "Kekuatan Qinglong memang sangat menakjubkan, membuatku menjadi sentimental berlebihan. Tapi kemampuanmu saat ini masih belum sebanding dengan Kaisar. Tinggallah di sini beberapa hari, akan kuajari kau. Jangan sampai mempermalukan Aklis."
"Terima kasih banyak, tapi kami sedang menghadapi penjepitan dua arah dari Cagliari dan Kerajaan Ottoman. Situasinya sangat berbahaya sekarang."
"Jangan khawatir. Dalam beberapa hari akan ada tamu yang datang. Selama periode ini, kalian tidak akan menyerang, mereka pun tidak akan menyerang."
Meski Shakespeare tidak tahu siapa tamu itu, tapi orang yang disebut Visanderu sebagai "tamu" pasti luar biasa. Lagipula jika Penguasa Abadi mengatakan tidak akan terjadi pertempuran, maka pasti tidak akan terjadi. Visanderu mungkin bukan dewa, tapi di dunia ini kekuatannya hampir setara dengan dewa.
"Yang Mulia, Jenderal Giaguru dan Jenderal Gonzalela telah kembali."
Suara Sevantest tiba-tiba terdengar. Ekspresi Penguasa Abadi perlahan memulihkan ketenangan, "Persilakan mereka masuk."
Beberapa saat kemudian Giaguru dan Gonzalela masuk, berlutut penuh hormat di lantai tanpa sekalipun melirik ke arah Shakespeare yang berdiri di samping.
"Giaguru, kau melakukan dengan sangat baik."
"Bawahan gagal dalam tugas, mohon Yang Mulia memberikan hukuman!"
"Hukuman? Hehe, bukankah tujuanmu sudah tercapai? Untuk menyelamatkan klan laut dengan menyetujui kontrak perbudakanku. Sekarang legiun dasar lautku sudah tertekan total, para perwira utama juga hampir habis. Benar bukan?"
Giaguru tidak membantah, tetap diam. Sebenarnya dia sengaja tidak memberi persiapan pada Legiun Mizuchi, membiarkan Kaisar membantai. Bahkan jika kemampuan Kaisar kurang, dia akan membantu. Tapi Kaisar lebih kuat dari perkiraan. Setidaknya dia tahu klan laut aman untuk sementara.
"Giaguru, kau berani mengkhianati raja agung!"
Gonzarella bangkit murka, meninju keras. Tapi tubuhnya langsung kaku saat hendak menyerang. "Y-Yang Mulia..."
Penguasa Abadi tidak menyerang, wajahnya dingin. "Dasar bodoh yang dimanfaatkan tapi tak menyadarinya. Lebih menjijikkan!"
Tubuh Gonzarella tiba-tiba mengeluarkan api pucat yang langsung menyelimutinya. Tanpa perlawanan, tubuhnya jadi abu sementara jiwanya menjerit kesakitan dalam kobaran api.
"Giaguru, bagaimana harusku menghadapimu?"
"Terserah."
Raja Duyung Tua perlahan berdiri. Dia tahu misinya selesai, nyawanya telah sampai di ujung.
"Hehe, maka saksikanlah baik-baik."
Tangan menunjuk, tubuh Giaguru terhempas ke dinding, perlahan menyatu dengan dinding dan berubah menjadi relief... Relief hidup, wajah penuh penderitaan muncul di permukaan dinding.
Visanderu menepuk tangan dengan santai, memandang Shakespeare, "Awalnya membentuk Legiun Dasar Laut hanya untuk memanggil Aklis. Sekarang misi selesai, keberadaan mereka tak diperlukan lagi. Sebenarnya aku sangat membenci air laut."
Shakespeare tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Sang Penguasa Abadi dalam kenangan dan yang dengan seenaknya menghukum bawahannya ini seperti dua orang berbeda. Jika Giaguru pantas mati sebagai pengkhianat, maka hukuman membakar jiwa yang diterima Gunsaralla jelas berlebihan. Penyebab utamanya hanya karena orang ini sudah menjadi penghalang, dan Sang Penguasa Abadi yang malas berurusan dengan masalah memilih cara penyelesaian paling sederhana: langsung membunuh.
Mungkin inilah sosok Penguasa Abadi yang sejati!
Saat Shakespeare berpikir, Saki dan yang lain juga tak tenang. Mereka merenung: Jika Sang Penguasa Abadi sangat menghargai Shakespeare, ini bisa menjadi ancaman bagi mereka. Sebagai sekutu, mereka berharap Sang Penguasa Abadi mau berdiskusi. Nyatanya, selain Shakespeare, mereka seperti tak dianggap sama sekali.
Jika Sang Penguasa Abadi mendukung Shakespeare merebut kekuasaan, situasi ini akan sangat berbahaya!
Pasukan besar ras iblis menahan pasukan, sedang aktif melakukan persiapan perang. Sementara itu, Cagliari dan Ottoman juga memperkuat pertahanan di perbatasan. Namun tak ada yang berani menambah pasukan secara berlebihan, mengingat musuh sejati yaitu Legiun Arwah Sang Penguasa Abadi belum muncul!
Jika semua pasukan dikerahkan, siapa tahu Legiun Abadi itu tiba-tiba menyerang. Meskipun Qinglong telah menyegel Sang Penguasa Abadi, tapi tidak dengan legiunnya!
Dan sebenarnya pertimbangan manusia sepenuhnya benar.
Bersamaan dengan itu, kapal perang berlapis baja Cagliari bersama armada laut dikerahkan seluruhnya. Bekerja sama dengan pertempuran klan laut, dimana klan laut akan memancing Legiun Arwah ke permukaan laut, lalu kedua belah pihak akan berkolaborasi. Cara ini bisa mengurangi kerusakan, sementara pertahanan mengerikan kapal baja akan menanggung sebagian besar serangan arwah.
Tapi ini tetap menjadi proses yang berlarut-larut. Klan laut yang menghadapi tiga sisa pasukan arwah terpaksa mengerahkan seluruh warganya berperang. Mengingat serangan simultan pasukan arwah dengan jumlah begitu besar, strategi yang bisa dilakukan hanyalah membagi area berdasarkan wilayah perairan terdekat. Perang kilat mustahil dilaksanakan. Dalam perang menguras ini meski kehilangan pimpinan utama, pasukan arwah tetap sangat keras kepala. Bagaimanapun mereka adalah makhluk abadi, membinasakan makhluk hidup memang insting tubuh mereka. Apalagi terdapat cukup banyak arwah bertipe intelek di antara mereka. Setelah Kuil Suci memutus total kendali Penguasa Abadi, para arwah telah membangun kembali sistem pertempuran sesuai level mereka. Ini menimbulkan masalah besar bagi operasi penumpasan klan laut, namun secara keseluruhan situasi pertempuran masih dalam kendali.
Namun klan laut sekarang tidak punya tenaga cadangan untuk membantu manusia. Yang bisa dilakukan Cagliari hanyalah mengerahkan armada laut, sebab pertempuran darat memang di luar kemampuan mereka.
Kaisar dan Ottoman sama-sama tidak menganggur, karena mereka menerima undangan yang sangat spesial. Undangan ini benar-benar luar biasa, baik dari pihak pengundang maupun acara yang diundang!
Pengundangnya adalah Paus Sekte Bulan Suci, sementara yang diundang adalah Kaisar dan Ottoman - sepasang musuh bebuyutan yang pasti sudah lebih dulu berperang kalau bukan karena gangguan arwah dan klan iblis. Acara yang dihadiri pun semakin aneh: Sang Paus mengundang mereka menyaksikan suatu pertarungan, yaitu laga hidup dan mati antara dirinya melawan Yang Mulia Visanderu yang abadi!
Sejujurnya, di mata Kaisar dan Ottoman, ini sama saja dengan menghadapi maut. Namun keinginan terakhir Paus Sekte Bulan Suci yang angkuh pasti tak bisa diubah. Pertanyaannya adalah: Beranikah Kaisar dan Ottoman pergi!
Kalau orang lain, mungkin tidak berani. Tapi jika itu Kaisar dan Ottoman, mereka pasti pergi!
Selain itu, Paus menjamin selama periode ini, baik klan iblis maupun arwah takkan muncul. Namun setelah duel berakhir, perang besar yang sesungguhnya akan dimulai.
Kaisar dan Ottoman setuju. Rencana awal mereka adalah mengerahkan kekuatan bertiga untuk menghabisi Visanderu. Bagaimanapun, dua ksatria naga legendaris ditambah Paus yang misterius - terutama Ramalan Suci dan magic seri malaikatnya yang sempurna pasti menjadi penghalang bagi Visanderu. Tapi Paus menolak usulan ini. Ini duel yang adil, tak boleh ada yang mengganggu prinsip satu lawan satu. Visanderu juga takkan melanggar, dan kali ini dia pasti takkan menyerang mereka berdua.
