Pengorbanan besar yang dilakukan orang Deville jelas bertujuan mengulur waktu. Selain beberapa pasukan andalan, legiun biasa tak bisa mengimbangi kecepatan pergerakan orang Deville. Jika hanya mengandalkan pasukan andalan untuk mengejar, kerugian akan sangat besar. Hasilnya hampir pasti keduanya terluka parah. Yang paling berbahagia justru arwah. Ketika pasukan arwah muncul, dengan apa manusia menghalangi?
Pasukan Sekutu Cagliari dan Pasukan Sekutu Ottoman sama-sama menghentikan gerakan. Menurut saran Yang Jingyi, kerja sama kedua tim dalam menghadapi musuh bersama adalah pilihan terbaik saat ini. Namun Ottoman menolak mentah-mentah. Menurut deskripsi duta saat itu, Ottoman sama sekali tidak meninggalkan ruang kompromi. Dari sikapnya terlihat, mereka lebih memilih kehancuran kerajaan daripada bersekutu dengan Kaisar.
Menanggapi hal ini, Kaisar hanya bisa tersenyum kecut. Dari dasar laut hingga daratan, dia telah bertemu banyak pesaing dan penantang, tetapi yang memiliki tekad sekuat Ottoman adalah yang pertama kali dia temui.
Karena Ottoman tidak bersedia bekerja sama, tentu tidak bisa dipaksa. Pasukan Kaisar meninggalkan satu pasukan untuk bertahan, mengosongkan semua warga asli hingga ribuan li di wilayah perbatasan, serta membawa semua logistik. Pasukan besar tetap bersiap menyambut kedatangan arwah. Sekalipun pasukan iblis melakukan serangan balik, mereka tidak akan mendapatkan apapun. Mengejar mereka hanya akan sia-sia membuang waktu.
Sebenarnya Kekaisaran Ottoman juga membuat pilihan yang cukup ekstrem. Meskipun penuh kontradiksi, tetap menjadi keputusan yang harus diambil.
Tepat ketika pasukan manusia bersiap mundur, tanda-tanda arwah akhirnya muncul. Para prajurit yang terkubur merayap keluar dari tanah. Di area pemakaman yang tidak melalui ritual penyucian pendeta Sekte Bulan Suci, tingkat kebangkitan mencapai lima puluh persen. Arwah-arwah ini mulai menyerang dan bertarung tanpa tujuan, menciptakan kekacauan kecil. Mengingat ini adalah kebangkitan tingkat rendah, mereka tidak memiliki kecerdasan, hanya mengandalkan insting tubuh dan jumlah yang besar.
Manusia sudah lama mengantisipasi. Meski merasa ngeri, mereka melancarkan perang penghancuran yang epic, melampiaskan energi panas yang semula dipersiapkan untuk menyerang orang Deville ke arwah kelas rendah ini, sekaligus membunuh beberapa necromancer.
Arwah seperti ini tetap tak bisa menghentikan elit manusia. Tapi ini hanya peringatan, hidangan pembuka, atau prolog ala Shakespeare.
Menyaksikan arwah-arwah bangkit lalu ambruk berulang kali, Shakespeare merasakan kenikmatan. Lima komandan legiun masih diam-diam mengikuti di belakangnya. Mereka tak memahami arti acara tak berguna ini, tapi tak menentang karena juga tak peduli.
Dengan lima legiun arwah saja sudah cukup. Tak ada yang perlu ditakuti. Memanggil antek-antek sembarangan saja sudah membuat manusia repot. Bagaimana jika pasukan arwah sejati benar-benar datang?
Lolodasari merasa mual menyaksikannya. Imajinasi tetap berbeda dengan kenyataan. Menyaksikan prajurit yang ambruk bangkit kembali bertempur, ambruk lagi, bangkit lagi - feel-nya benar-benar ingin muntah. Bahkan untuk arwah kelas rendah pun harus memenggal kepala orang itu atau menyerang posisi api jiwa agar serangan efektif. Jika tidak, necromancer akan memanggilnya kembali. Padahal sampai sekarang, Lolodasari tetap tak tahu seperti apa wujud pasukan arwah sebenarnya, berapa jumlah mereka.
Hanya saja dia merasa hidup saat ini tidak tahu untuk apa, situasi semakin tidak terkendali, dan Shakespeare juga semakin tidak mirip Shakespeare. Seiring waktu, Shakespeare menjadi lebih ambisius, hasratnya semakin kuat. Dulu Lolodessari tidak puas dengan kepribadian Shakespeare yang sembrono, tapi ketika Shakespeare benar-benar menjadi ambisius dan otoriter, hatinya justru dipenuhi kekecewaan. Tapi mau bagaimana lagi? Ini adik laki-lakinya sendiri. Mereka berdua adalah satu-satunya keluarga bagi satu sama lain, tapi tidak bisa menjadi orang terdekat. Lolodessari terlalu paham hal ini, jadi dia lebih memilih memakai topeng seumur hidup.
Sekarang dia benar-benar kehilangan tujuan hidup. Kontrak jiwa yang dulu ditandatangani dengan Kaisar sudah tidak berlaku. Meski mendapatkan darah arwah dari Penguasa Abadi, saat darah arwah ditambahkan ke kontrak jiwa, efek yang seharusnya tidak muncul. Saat kontrak dibuat, perjanjian ini sudah dimanipulasi. Kekuatan orang itu lebih besar. Di dunia ini yang bisa melakukannya hanya Penguasa Abadi dan pedang iblis itu. Tapi Lolodessari sudah tidak peduli lagi. Tujuan perjuangannya adalah kedatangan bangsanya. Sekarang mereka sudah datang, tapi hasilnya malah lebih buruk. Hanya saja dia masih mengkhawatirkan Shakespeare. Beberapa hari ini dia terus berusaha menasihati perlahan, tapi efeknya kecil. Seringkali, dia agak takut menghadapi Shakespeare, karena dari mata adiknya dia melihat keinginan untuk menguasai dan ambisi.
“Ini adalah suatu kesedihan.”
Shakespeare yang telah puas bermain pergi membawa elit Asosiasi Petualang. Bersamaan dengan itu, pasir Gurun Kematian menutupi langit, bumi berguncang tak henti. Kekuatan yang menutupi langit dan matahari mulai menyebar. Pengintai dari berbagai negara mendengar teriakan kematian - sunyi, tapi begitu gila hingga membuat orang ambruk.
Karena Saki dan kawan-kawan sudah berhenti bermain, giliran Shakespeare untuk memulai. Sebenarnya, dengan lima legiun besarnya, Shakespeare hampir tak mempedulikan sedikit pasukan klan Deville itu.
Di antara arwah-arwah itu berkumpul banyak ahli. Para ahli dari berbagai klan.
Di awal musim semi tahun 1395 Kalender Maya Daratan, beberapa daerah masih dingin. Namun di sekitar Gurun Kematian, panas tetap menjadi melodi utama.
Pengintai dari berbagai negara masih mengamati dengan cermat. Belakangan ini keanehan-keanehan jelas muncul di gurun. Orang-orang mulai mengkhawatirkan, dan kini kekhawatiran itu menjadi kenyataan.
Para pengintai yang ditempatkan di sini semua elit. Tapi elit pun tak sanggup menahan panas matahari sambil menatap gurun kosong setiap hari. Tugas harian mereka hanya menyusup sedikit ke gurun lalu cepat kembali, sebab jika terlalu jauh atau terlalu lama, mereka takkan kembali.
“Goblok! Arwah sialan itu beneran apa nggak? Terlalu berlebihan kali?”
Dua pengintai mengobrol di menara pengawas. Hari-hari begitu menyiksa. Mereka lebih memilih ikut perang besar iblis daripada menghadapi gurun sialan ini. Lama-lama bisa gila.
"Pengintai lainnya juga kesal. Susah menjaga mood baik kalau lama-lama di tempat begini," kau meragukan kata-kata Yang Mulia Kaisar?"
"Hmph... Apa yang dikatakan Yang Mulia Kaisar pasti benar?" Suaranya awalnya lantang, namun semakin lirih di akhir. Meski berada di menara pengawas, matanya terus melirik takut ada yang mendengar.
"Haha, berani sekali kau meragukan Yang Mulia Kaisar! Aku jamin, kalau aku bocorin ini—benar atau tidak—warga Cagliari yang fanatik sama umat Sekte Bulan Suci bakal mencabik-cabikmu. Kalaupun kabur ke laut, umat klan laut Yang Mulia Kaisar pasti dengan senang hati 'menjamu' mu."
