Bruuum…
Pedang Iblis Surgawi dan Pedang Emas Raksasa bertabrakan, seimbang!
Energi murni meledak, menghancurkan arwah yang mendekat. Ini medan perang mereka, tak boleh diganggu. 23 pukulan berat berturut-turut telah meratakan tanah sejauh seratus meter. Energi yang mengamuk itu bisa menelan segalanya.
Braak…
Pedang Iblis Surgawi dan Pedang Emas Raksasa kembali tersangkut. Di mata kedua pria ini tidak ada dendam, hanya keinginan untuk mengalahkan orang itu karena tak satu pun dari mereka yang mau KALAH.
"Kaisar, ilmu pedangmu bagus, tapi tetap tak sehebat aku!" Shakespeare meneriakkan sambil menangkis Pedang Iblis Surgawi. Pedang Emas Raksasa menusuk seperti jarum sulam melewati jaring pedang menuju Kaisar.
Sebenarnya baru setelah bertarung langsung kita tahu betapa hebatnya Shakespeare. Carasso dan Zhebie sambil membunuh musuh tetap memperhatikan perubahan di sisi Kaisar. Tentu mereka tak mungkin benar-benar acuh. Eksistensi Kaisar bukan lagi masalah individu. Selama dia hidup, manusia dan klan laut punya bendera dan harapan. Jika dia ambruk, harapan itu lenyap. Dunia tanpa harapan adalah kegelapan sejati.
Carasso merasakan lebih dalam lagi betapa mengerikannya Shakespeare. Dalam pertarungan sebelumnya, orang itu sama sekali tidak menggunakan kekuatan penuh dan berpura-pura seolah-olah serius, sampai-sampai dirinya pun tertipu. Ilmu pedang yang ditunjukkan sekarang benar-benar sangat serbaguna. Hanya dari segi ilmu pedang saja, dia sendiri mengakui kekurangannya.
Sekarang Shakespeare memiliki kekuatan setara dengan Kaisar, baju zirah Naga Emas-nya juga tidak kalah dengan magic dewa naga. Dalam hal ilmu pedang, jelas Shakespeare jauh lebih variatif dan halus - dia menguasai semua teknik pedang klan laut dan manusia. Tentu ini berdasarkan data dari Asosiasi Petualang. Kuncinya adalah, dia seorang genius sejati. Sejak kelahirannya, dia telah memikul tanggung jawab berat dan berlatih keras demi mimpi turun-temurun orang Deville. Tapi entah sejak kapan, latihan pedangnya bukan lagi untuk kedatangan bangsanya, melainkan hanya untuk kakak perempuannya. Dia ingin melindunginya dan membahagiakannya, karena itu dia semakin giat berlatih.
Sekarang alasan bertarungnya hanya satu: Roro Desari!
Cring...
Pedang raksasa emas seketika berubah menjadi pedang lentur, tapi daya mematikannya sama sekali tidak berkurang. Menyapu dari wajah Kaisar, menembus pertahanan energi. Andai saja wilayah energinya tidak segera menghalangi, pasti akan terluka.
Sejenak berhenti, Kaisar tiba-tiba meningkatkan kecepatan - Langkah Menciut! Tusukan tiba-tiba!
Braak~~~
Serangan pedang Kaisar yang melesat tiba-tiba dihadang Shakespeare. Pedang lentur telah berubah menjadi perisai ksatria raksasa.
"Sudah kubilang, aku sudah mengerti polamu!"
"Oh ya?"
Mata Kaisar dipenuhi percaya diri. Memang mustahil teknik pedangnya sebanyak Shakespeare. Taktik tempurnya semua hasil pemahaman sendiri dan belajar dari lawan. Tapi lalu apa? Dia adalah Kaisar, Kaisar terkuat!
Perisai Emas memang berhasil menghalangi Pedang Iblis Surgawi, tapi bisakah menahan tiga lapis tenaga?!
Posisi bertahan membuat Shakespeare tertekan. Meski pengalaman bertarung Shakespeare cukup banyak, bagaimana mungkin bisa menandingi Kaisar yang telah menghadapi hidup dan mati dan kerap berhadapan dengan para ahli? Jika Shakespeare adalah akademisi terkuat, maka Kaisar adalah ahli waktu terkuat!
Bruuum~~ Bruuum~~ Bruuum~~
Setiap pukulan mengguncang langit dan bumi, energi murni mengalir deras di udara. Pada level ini, serangan magic dan qi tempur terlihat konyol. Energi murni adalah senjata terbaik untuk membuka pertahanan.
Di tengah serangan tak henti, Shakespeare terus bertahan. Serangan lebih menguras energi, namun dengan Perisai Emas sebagai tameng, bahkan tiga lapis tenaga lawan pun tak bisa menimbulkan luka mematikan. Yang ditunggu adalah momen kelemahan energi itu.
Shakespeare bisa membaca situasi ini. Serangan Kaisar semakin ganas - pertanda sudah mencapai batas!
Akhirnya, dalam rentang serangan badai yang terus-menerus, Kaisar memberi celah sedikit lebih lebar. Meski hanya selambat sepersekian detik, cukup bagi Shakespeare. Perisai Emas berubah menjadi pedang ramping, sinar pedangnya berpendar mematikan. Shakespeare menerjang ke pelukan Kaisar dengan kecepatan tertinggi.
Wilayah kekuasaan Kaisar muncul - gaya tolak tak terhingga!
Tapi wilayah ini tidak berpengaruh pada Shakespeare. Di tubuh Shakespeare juga bergelombang kekuatan wilayah. Meskipun wilayahnya bukan tipe kekuatan, cukup membuat semua ahli tingkat Dewa pusing - Wilayah Batal.
Di momen paling kritis ini, wilayah Kaisar kehilangan fungsinya. Sekalipun jangkauannya luas, tak ada gunanya. Yang perlu dilakukan Shakespeare hanyalah memastikan tidak ada pengaruh wilayah di area pertarungan antara dia dan Kaisar, itu sudah cukup!
Pedang tipis yang mematikan hampir menembus jantung Kaisar. Kekuatan Bakuretsu akan menggoncang organ dalam Kaisar melalui pedang itu. Kemenangan begitu dekat dengan Shakespeare. Hanya dalam seperseratus detik, Shakespeare akan menjadi orang yang diingat sejarah selamanya, meski belum tentu hal positif.
Saat ini menurut penilaian Shakespeare, kekuatan Kaisar seharusnya sudah habis. Ini adalah ujung dari jurus yang terlalu sering digunakan. Jarang terjadi pada ahli, dan sulit dimanfaatkan. Tapi bukan berarti tidak ada. Serangan gila Kaisar tadi sendiri sudah mematikan, ditambah dengan wilayah yang tiba-tiba terbuka, semua ini berarti kematian.
Carasso dan Zhebie tidak sempat bertindak. Di level ini, mustahil mereka menghalangi. Anak panah Zhebie tetap dilepaskan, tapi terhalang oleh serangkaian arwah.
Saat ini yang bisa menyelamatkan Kaisar hanya Dewa,... atau dirinya sendiri.
Pedang itu tidak menembus karena dihalangi oleh sebuah tangan. Pemilik tangan itu tak lain adalah Kaisar.
Rahasia yang tak diketahui siapa pun, batas maksimal Kaisar berbeda dari orang lain. Ahli mana pun harus mengikuti prinsip batas maksimal, hal ini sangat penting dalam situasi kompetitif seimbang. Namun Kaisar memiliki 20% batas ekstra dibanding orang biasa, berkat siklus pemulihan energinya yang unik dan tak bisa ditiru siapapun.
Dua puluh persen kekuatan ekstra inilah yang menyelamatkan nyawa Kaisar, sekaligus membuat Shakespeare menghadapi krisis paling kejam.
Pedang Iblis Surgawi menghujam dengan gemuruh. Shakespeare melemparkan pedangnya dan mundur sekuat tenaga, namun energi pedang tetap menembus pertahanan energinya. Serangan itu menerjang baju zirah Naga Emas-nya dengan dahsyat, darah menyembur saat tubuhnya terhempas ke kerumunan arwah, menghancurkan ratusan arwah seketika.
Kaisar memejamkan mata perlahan, menyatukan tubuhnya dengan alam untuk mempercepat pemulihan kekuatan. Ia belum sepenuhnya menguasai metode ini - mungkin rahasia di balik kekuatan tak terbayangkan Penguasa Abadi yang bisa menyebarkan energi ke seluruh Gurun Kematian, bahkan melintasi ruang. Sayangnya waktu Kaisar terlalu singkat. Pemulihan melalui hubungan dengan alam masih lebih lambat dari siklus meridian dalam tubuhnya. Membiasakan diri dengan kekuatan baru memang membutuhkan waktu, sementara waktu saat ini menjadi barang termewah.
