Berbeda dengan tiga pertarungan lain yang berimbang, Kasra dan Mu Ji telah sampai pada tahap hidup dan mati. Romário masih belum turun tangan. Dia paham temperamen Kasra - jika sudah bilang mau menyelesaikan sendiri, pasti bisa. Lagipula bantuan pasti akan dianggap sebagai musuh bebuyutan.
Sebelum pertarungan, Mu Ji tak pernah menyangka manusia biasa bisa mengimbanginya sampai sejauh ini. Komandan legiun lain masih bisa melawan dua lawan sekaligus dengan mudah, sementara di pihaknya masih ada satu Magister Sihir yang belum bertindak. Lelaki berbaju zirah ini sungguh mengerikan!
Menurutnya manusia hanya punya Tiga Naga Suci yang layak disebut, ditambah Raja Naga Laut dari klan laut dan seorang pemanah aneh. Paling-paling segitu. Tapi ksatria hitam ini ternyata memiliki kekuatan sehebat ini. Sulit dibayangkan bagaimana dia bisa tak terkenal di turnamen duel manusia. Hanya satu kemungkinan - dia belum mengeluarkan seluruh kemampuannya.
Pertarungan Mu Ji berlangsung sibuk dengan aktivitasnya, namun Kasra tetap dingin, qi tempur kegelapan dan energi tempur arwah bergemuruh secara epic.
Keduanya kembali melancarkan serangan super berat, Kasra dan Mu Ji terlempar beberapa langkah. Mu Ji mengayunkan tombak perangnya, "Sebutkan namamu, kamu pantas menjadi lawanku."
Kasra memandang dingin ke komandan Legiun Abadi, "Kau tidak pantas!"
"Cari mati!"
Mu Ji yang terprovokasi meledakkan energi tempur arwahnya dengan gila. Pusaran energi tempur seperti naga murka menyelimuti Kasra. Tanpa melihat, Kasra mengonsentrasikan serangan pedangnya pada satu titik. Meski pencapaian qi tempur Mu Ji sedikit lebih tinggi, anehnya ketangguhan Kasra melebihi imajinasi - seolah dialah arwah dengan kekuatan tak terbatas. Romário di samping juga heran, tak pernah ada yang bisa memastikan kekuatan Kasra sebenarnya. Meski Mu Ji di atas angin, seiring berjalannya waktu bahkan kekuatan arwah mulai melemah, tapi Kasra tetap tak berubah. Baju zirah kokohnya masih membeku, mencerminkan ekspresi dingin Kasra.
Bruuum...
Mu Ji benar-benar marah oleh sikap dingin Kasra. Qi tempurnya masih mendominasi, ditambah dia memiliki kemampuan wilayah yang diberikan oleh Penguasa Abadi. Meski bukan wilayah sempurna, cukup untuk menghadapi ahli non-Dimensi Dewa, apalagi hanya seorang perwira Ottoman yang bahkan tidak masuk 10 besar Maya. Mu Ji tak mau bermain-main lagi.
Serangan Beruntun Neraka Pemusnah Super Berat 108 Kali!
Dia ingin mencincang prajurit berbaju zirah berat ini jadi serpihan!
Menggunakan keunggulan kekuatan, serangan beruntun dimulai. Kecuali kekuatanmu 30% lebih unggul dari lawan, mustahil menghentikannya. Jelas Kasra tak sanggup - kekuatannya belum mencapai level itu. Mu Ji menunjukkan ekspresi gila, bahkan pertarungan Legiun Abadi tak memberinya kenikmatan sebesar ini. Mangsa yang melawan sengit adalah yang paling memuaskan! Dia ingin menguliti cangkang kumbang baja ini, ingin melihat apa yang terbungkus dalam zirah itu!
Begitu jurus beruntun ini dimulai, mustahil dihentikan. Arwah bisa memastikan stamina sampai serangan selesai - hal yang sulit dijamin makhluk hidup. Kasra bertahan tanpa mundur, menghalangi jurus demi jurus. Setiap pukulan berat membuat ekspresinya semakin serius. Tubuhnya mulai terbenam ke tanah, terpaksa membagi kekuatan. Kemampuan tim lawan memang masih sedikit unggul.
Di samping, Romário tampak mulai panik. Sebenarnya dengan kemampuan Kasra yang begitu gahar, jika keduanya bekerja sama, si Gembala Tombak ini pasti tak akan bisa semena-mena seperti sekarang. Tapi Kasra menolak. Kini momentum serangan ke Kasra semakin tak terbendung. Sebagai Magister Sihir, Romário tahu persis cadangan kekuatan Kasra pasti tak akan cukup. Ia mulai ragu.
Seranglah, atau tidak?
Tidak, lebih baik serang! Jika Kasra tumbang, situasinya akan sulit dikendalikan. Saat ini sedang berada dalam keseimbangan sementara. Begitu keseimbangan ini hancur, salah satu pihak akan terjebak dalam posisi tertekan total.
Romário mulai mengumpulkan magic, pasti akan memberikan kejutan kecil yang tak terlupakan bagi Kapten Arwah.
Tapi tiba-tiba, mata Kasra menyorotkan kilau dingin ke arahnya. Karena kehilangan fokus, posisi Kasra semakin terdesak.
"Haha, bocah! Aku sangat mengagumimu. Suruh saja dia ikut menyerang. Satu ahli sihir lagi bagiku bukan masalah. Kini rasa ingin tahuku semakin besar. Baju zirahmu ini benar-benar unik, bahkan dalam persilangan energi sehebat ini masih utuh sama sekali. Setelah kau mati, ini jadi milikku!"
Mu Ji telah sepenuhnya menguasai ritme permainan, serangannya semakin cepat dan semakin tajam. Akhirnya pedang panjang di tangan Kasra hancur, sementara Tombak Perang Arwah Mu Ji tanpa ragu melesat ke dada Kasra. Kasra sama sekali tak punya ruang untuk menghindar - kecuali jika dia memiliki wilayah kekuasaan, sayangnya dia tidak memilikinya!
Bruuum~ Bruuum~ Bruuum~
Serangan demi serangan menghujam, setiap pukulan membuat tubuh Kasra terlempar mundur hebat. Serangan seperti ini bahkan baju zirah Naga Suci pun takkan sanggup menahan, apalagi zirah biasa. Namun zirah yang dikenakan Kasra benar-benar unik, tiga pukulan berat pertama bahkan tidak retak. Kasra hanya wajahnya berubah pucat, tidak sampai muntah darah. Jika orang lain mungkin sudah tertembus, bahkan Mu Ji sendiri merasa terkejut. Tapi tangannya tak melambat, malah menambah kekuatan beberapa tingkat.
Bruuum...
Kasra terlempar jauh kali ini, sama sekali tak sanggup bertahan lagi.
Krak...
"Itu suara baju besi pecah," Romário juga tertegun, ...Astaga, baju besi Kasra ternyata hancur. Mengapa dia tidak mengkhawatirkan tapi justru merasa panik? Tiba-tiba ia teringat perkataan Osaloti, "Ketika Kasra membuka baju besinya, akan terjadi hal yang sangat menarik." Kasra dibina langsung oleh Osaloti, hubungan spesifik apa tak ada yang tahu. Kasra setia pada Osaloti tapi juga mengkhianatinya dengan mendukung Ottoman. Jelas ada dendam di balik ini. Apakah ini terkait baju besi itu? Lagipula orang waras mana mau pakai barang dingin begini setiap hari.
"Sayang sekali, ternyata pecah. Bahan apa yang sekeras ini?" Mu Ji berjalan perlahan ke arah Kasra. Jelas dia sudah menguasai perkembangan pertandingan. Tapi baru beberapa langkah, seperti menghadapi sesuatu yang menakutkan, dia mundur cepat-cepat.
