Zhen Nanfang duduk di kursi yang berjarak kurang dari satu meter dari Li Ran, berhadapan muka.
Zhen Nanfang menunjukkan senyum tipis: "Nona Li, saya hanya punya beberapa pertanyaan. Tidak perlu cemas." Li Xiaoran bertanya: "Bisa ceritakan dulu apa yang terjadi?" Zhen Nanfang mengangguk: "Tepat saat kamu memanggil Di Wei dan Xiao Yu turun untuk makan malam, pasien yang mereka jaga dibunuh."
Li Xiaoran kaget setengah mati, langsung berdiri dari kursi dengan wajah panik: "Apa? Bagaimana mungkin?" Zhen Nanfang melambaikan tangan perlahan: "Silakan duduk." Barulah Li Xiaoran kembali duduk.
Zhen Nanfang bertanya: "Jam berapa seharusnya shift-mu berakhir hari ini?" Li Xiaoran menjawab: "Seharusnya jam lima sore. Tapi karena ada operasi darurat dan kekurangan staf, saya dipaksa menjadi pendukung." Zhen Nanfang bertanya lagi: "Operasinya selesai jam berapa?"
Li Xiaoran menjawab: "Sekitar pukul sepuluh lebih empat puluh, setelah ganti baju sebenarnya saya mau langsung pulang. Tapi mungkin karena berdiri sepanjang malam, merasa agak lapar, jadi ingin makan camilan tengah malam dulu. Saya ingat kebetulan Xiao Yu dan yang lain sedang jaga di rumah sakit, lalu saya ajak mereka. Tapi tak menyangka, dalam waktu makan camilan sebentar itu, kok bisa terjadi hal seperti ini."
Ia mengangkat kepala: "Pak Polisi, jangan-jangan kalian curiga pada saya?"
Zhen Nanfang berkata: "Kami tidak akan sembarangan mencurigai siapa pun, apalagi menyia-nyiakan orang tak bersalah. Menemui Ibu hanya ingin memahami situasi saat itu." Li Xiaoran berkata: "Jangan-jangan kalian curiga pada Xiao Yu mereka? Ini salah saya semua. Kalau saja saya tidak usil mengajak mereka makan camilan, saya jamin, ini tidak ada hubungannya dengan mereka."
Zhen Nanfang berkata datar: "Apakah mereka bermasalah, kami akan selidiki. Tapi meninggalkan pos tanpa izin hingga menyebabkan orang yang dijaga tewas, mereka tak bisa lolos dari tanggung jawab pengabaian tugas." Wajah Li Xiaoran pucat: "Apa ini parah?" Zhen Nanfang berkata: "Menurut Ibu? Kalau karena kelalaian Ibu terjadi malapraktik hingga pasien meninggal, menurut Ibu itu parah atau tidak?"
“Apakah kamu sering membantu di ruang operasi?” Zhen Nanfang bertanya sebelum Li Xiaoran sempat bicara lagi. Li Xiaoran berpikir sejenak lalu menggelengkan kepala: “Tidak terlalu sering. Sudah hampir tiga tahun saya di rumah sakit ini, paling hanya satu dua kali setahun.” Zhen Nanfang menarik kursinya lebih dekat: “Operasi apa yang dilakukan hari itu?” Li Xiaoran menjawab: “Operasi bedah. Seorang buruh bangunan jatuh dari perancah, menyebabkan limpa pecah. Ini operasi reparasi, jadi waktunya cukup lama.”
Zhen Nanfang mengangguk: “Apakah kamu diinformasikan untuk ikut operasi itu menjelang pulang kerja, atau sudah dijadwalkan sebelumnya?” Li Xiaoran berkata: “Hampir jam pulang. Perawat pendukung yang seharusnya ada urusan darurat di rumah, saya pengganti dadakan.” Zhen Nanfang tersenyum: “Biasalah rumah sakit. Ngomong-ngomong, siapa nama perawat pendukung aslinya? Alamatnya dimana? Dan kamu tahu persis masalah darurat apa yang terjadi di keluarganya?”
Li Xiaoran menjawab: “Namanya Ban Lijuan, tinggal di Jalan Jianshe No.231, Distrik Xicheng. Saat itu katanya anaknya hilang, dia panik sekali sampai terlihat linglung dan panik. Sekalipun tidak izin, kondisinya seperti itu pasti tidak mungkin diizinkan masuk ruang operasi.” Zhen Nanfang berdiri: “Tidak ada pertanyaan lagi. Jangan terlalu dipikirkan, kami akan segera menyelidiki masalah ini.”
Zhen Nanfang meninggalkan ruang jaga perawat. Li Xiaoran masih terpaku di tempatnya.
“Bagaimana? Apa katanya?” tanya Xiao Hui.
Zhen Nanfang tersenyum, menatap Zeng Guoqing: "Komandan Zeng, meski sudah larut, aku harap Anda bisa menemaniku ke sebelah barat kota." Zeng Guoqing mengangguk, Zhen Nanfang berkata pada Xiao Hui dan Ye Qinghan: "Kalian pulang dulu beristirahat, ada Komandan Zeng yang menemani." Xiao Hui mengangguk: "Kalau gitu hati-hati ya." Saat Zhen Nanfang urusan resmi, Xiao Hui tidak akan bertindak semaunya.
Ye Qinghan juga menambahkan: "Iya, kalau ada kebutuhan darurat telepon saja kapanpun."
Jiang Xuyun juga pulang, sebagai Direktur, banyak urusan tidak perlu dia tangani langsung.
"Kita mau ke mana?" tanya Zeng Guoqing sambil menyetir mobil.
Zhen Nanfang menatap ke luar jendela: "Jalan Pembangunan No.231 Distrik Barat, cari wanita bernama Ban Lijuan." Zeng Guoqing bertanya: "Siapa lagi Ban Lijuan ini?" Zhen Nanfang menjelaskan percakapannya dengan Li Xiaoran. Zeng Guoqing berkata: "Anda curiga ada yang sengaja menyuruh Li Xiaoran menggantikan Ban Lijuan?"
Zhen Nanfang menjawab: "Ini masih spekulasi. Masih ada satu mata rantai yang belum kumengerti. Meskipun mereka bisa mengontrol urusan keluarga Ban Lijuan, tapi seberapa yakin mereka Li Xiaoran pasti akan menggantikan operasi? Lagipula, meski Li Xiaoran jadi pengganti operasi, bagaimana mereka bisa menjamin dia pasti akan pergi makan malam dan mengajak dua orang sialan itu?"
Zeng Guoqing juga mengerutkan alis: "Memang, ini bukan cuma perlu jebakan, tapi juga kebetulan."
Zhen Nanfang menutup matanya, berpikir lama, kemudian berkata: "Tidak, ini bukan kebetulan, tapi pemahaman. Pemahaman tentang profesi dokter dan perawat, serta pemahaman akan sifat manusia." Zeng Guoqing bertanya: "Bagaimana maksudnya?"
Zhen Nanfang menjelaskan: "Sebenarnya operasi yang dilakukan dokter dan perawat sangat melelahkan. Bayangkan, dari pukul lima sampai hampir dua belas malam, tujuh jam berdiri terus di ruang operasi. Ini bukan hanya ujian stamina, tapi juga ujian mental dan ketahanan. Selama tujuh jam itu, saraf mereka terus tegang. Mereka harus ekstra hati-hati dan sabar, tak boleh melakukan kesalahan sedikit pun atau lengah sejenak, karena di tangan mereka ada nyawa seseorang."
"Setelah operasi selesai, baik dokter maupun perawat pasti akan kelelahan. Tentu mereka juga akan merasa lapar. Pelaku memperhitungkan hal ini. Setelah operasi Li Xiaoran, pasti dia ingin makan sesuatu lalu istirahat. Kebetulan di belakang rumah sakit ada lapak makan malam yang memang mengandalkan pasien rumah sakit. Pada saat itu, Li Xiaoran pasti tidak akan pulang untuk masak, jadi lapak makan malam itu menjadi pilihan utamanya. Inilah yang disebut pemahaman tentang profesi medis."
Mendengar penjelasan Zhen Nanfang, Zeng Guoqing bertanya: "Lalu pemahaman tentang sifat manusia bagaimana?" Zhen Nanfang melotot: "Kalau kamu jadi Li Xiaoran yang sedang jatuh cinta, sementara pacarnya sedang jaga malam di rumah sakit, bukankah wajar jika kamu mengajak mereka makan bersama?" Zeng Guoqing mengangguk: "Benar juga, kenapa aku tidak kepikir?"
Zhen Nanfang berkata: "Bukan kamu tidak terpikir, tapi kurang teliti." Zeng Guoqing tertawa: "Xiao Zhen, di usia semuda ini sudah hebat, masa depanmu pasti cerah!" Zhen Nanfang tersenyum kecut: "Aku?" Setelah mengalami kasus ini, semangat tempur Zhen Nanfang sudah tergerus. Setiap kali ada yang mati, dia merasa sangat bersalah. Menurutnya, ini karena ketidakmampuannya untuk lebih cepat menangkap pelaku dan menjeratnya dengan hukum, sehingga menyebabkan banyak korban jiwa.
Mobil berhenti.
"Kita sampai. Aku yang akan mengetuk pintu." Setelah berkata demikian, Zeng Guoqing maju dan mengetuk pintu.
"Siapa?" Seorang lelaki membuka pintu, memandang mereka dengan waspada. Zeng Guoqing mengeluarkan dokumen: "Halo, kami dari Tim Investigasi Kriminal Kantor Polisi Kabupaten. Ingin bertanya beberapa hal pada Ban Lijuan." Suara wanita terdengar dari dalam kamar: "Zhiming, siapa itu?" Lelaki itu tidak menjawab, malah berkata pada Zhen Nanfang dan Zeng Guoqing: "Silakan masuk."
Setelah keduanya masuk, lelaki itu menutup pintu: "Silakan duduk dulu, aku akan memanggilnya!"
Usai berkata demikian, lelaki itu masuk ke kamar. Zhen Nanfang mendengar mereka berbisik-bisik tapi tidak bisa menangkap pembicaraannya. Kurang dari semenit, wanita itu keluar. Mengenakan piyama dengan jaket sweater terbalut di badan. Wanita itu sekitar 30-an tahun, berpenampilan biasa dengan sedikit kegemukan dan bintik-bintik di wajah. Matanya menatap Zeng Guoqing dan Zhen Nanfang dengan cemas: "Kalian polisi?" Zeng Guoqing mengangguk, menyodorkan dokumennya. Wanita itu melirik sebentar lalu mengembalikannya.
"Ada perlu apa dengan saya?" tanya wanita itu.
Zhen Nanfang tersenyum dan berkata: "Anda adalah Ban Lijuan? Perawat di rumah sakit kabupaten?" Wanita itu mengangguk, Zhen Nanfang melanjutkan: "Nyonya Ban, kami datang untuk memverifikasi beberapa masalah. Harap Anda bisa bekerja sama." Ban Lijuan mengerutkan alisnya: "Bisa beri tahu saya apa yang terjadi?" Zhen Nanfang menjawab: "Anda hanya perlu menjawab pertanyaan kami."
Ban Lijuan berkata: "Baiklah."
"Katanya Anda seharusnya ada jadwal operasi jam lima sore hari ini, benar?" tanya Zhen Nanfang. Ban Lijuan menjawab: "Benar." Zhen Nanfang bertanya lagi: "Lalu mengapa minta izin?"
Ban Lijuan menjelaskan: "Saat hendak mempersiapkan operasi setengah jam sebelumnya, tiba-tiba saya menerima telepon dari ibu saya bahwa anak saya hilang. Ini satu-satunya anak saya, baru empat tahun. Mendengar kabar itu saya hampir ambruk. Bahkan tak sempat menghubungi rumah sakit. Baru setelah naik taksi, saya ingat untuk menelepon minta izin."
"Anaknya baik-baik saja?" tanya Zhen Nanfang sambil tersenyum.
Ban Lijuan mengangguk pelan: "Ya. Saat sampai di rumah ibu, anaknya sudah ketemu. Saya marah dan bertanya kemana dia pergi. Katanya ada paman yang mengajak beli permen dan main ke Taman Jantung Kota." Mata Zhen Nanfang berbinar, tubuhnya tegap: "Lalu? Apakah lelaki itu mengantarnya pulang?"
Ban Lijuan berkata: "Ya, dia bilang paman itu mengantarnya pulang, tapi ibuku tidak melihat lelaki itu. Sudah ditanya tetangga, tidak ada yang memperhatikan."
Zhen Nanfang berkata: "Hmm, saya tidak ada pertanyaan lagi, Tim Leader Zeng?" Zeng Guoqing menjawab: "Saya juga tidak ada masalah." Zhen Nanfang dan yang lain berdiri: "Terima kasih, Ibu Ban." Ban Lijuan bertanya: "Bisakah kalian memberitahu saya apa yang sebenarnya terjadi?" Zhen Nanfang tersenyum: "Tidak ada, ini bukan urusanmu."
Setelah berkata demikian, mereka pergi bersama Zeng Guoqing.
"Sekarang mau ke mana?" Zeng Guoqing menghidupkan mobil sambil bertanya. "Aku kembali ke wisma, tidur," kata Zhen Nanfang.
Pagi-pagi keesokan harinya, telepon berdering sebelum Zhen Nanfang terbangun dari tidurnya. Itu dari Zeng Guoqing.
"Xiao Zhen, aku menemukan sesuatu besar!" Suara Zeng Guoqing penuh semangat. Zhen Nanfang bertanya: "Penemuan apa?" Zeng Guoqing menjawab: "Kartu bank Bayin itu, coba tebak, berapa uang di dalamnya?" Zhen Nanfang berkata: "Tidak bisa menebak, tapi kurasa pasti banyak." Zeng Guoqing berkata: "Satu juta, tepat satu juta penuh!"
Zhen Nanfang langsung tersentak sadar. Satu juta? Ini jumlah yang sangat besar, bagaimana mungkin Bayin punya uang sebanyak ini?
