Kedua orang itu memesan dua cangkir kopi. Zhen Nanfang bertanya pada Feng Yixi: "Apa yang kalian bicarakan dengan Yan Feng tadi?" Feng Yixi menjawab: "Tidak ada yang spesial, hanya bertukar pikiran tentang seni bela diri." Zhen Nanfang tersenyum: "Setelah diskusi panjang lebar, masih belum bisa menguak latar belakangnya?" Feng Yixi dengan malu mengaku: "Sungguh belum."
Zhen Nanfang memainkan sendok kecil di cangkirnya: "Jujur saja, sebenarnya apa hubunganmu dengan Lisa itu? Saat barbekyu kemarin, aku sudah curiga ada yang tidak beres antara kalian berdua. Tapi sepulangnya, kau tidak pernah menghubunginya lewat telepon di belakangku. Lagipula, tadi tatapan matanya padamu begitu lembut, mengapa begitu dingin saat melihatku? Aku bertanya, apakah ada urusan gelap antara kalian?"
Feng Yixi tersipu malu: "Tidak ada. Tapi sejujurnya, aku memang menyukai gadis itu. Jujur, berani, jelas dalam menyukai atau tidak. Tidak ada kerumitan pikiran." Zhen Nanfang meremehkan: "Bagaimana kau tahu? Seperti kata peribahasa, wajah manusia bisa menipu, isi hati tak tertebak."
Feng Yixi mulai panik: "Lisa pasti bukan penjahat, dia bilang setelah bekerja beberapa waktu lagi akan mengundurkan diri dari Yang Jie, baru kita mulai berhubungan." Zhen Nanfang tersenyum: "Lihat kau paniknya, aku cuma berkomentar. Ngomong-ngomong, katamu dia akan resign setelah beberapa waktu? Mengapa?" Feng Yixi menjawab: "Katanya dia memang tidak suka pekerjaan ini. Ayahnya yang menyuruhnya berlatih di perusahaan besar, jadi dia datang. Nanti dia tetap harus kembali ke perusahaan keluarganya sendiri."
Zhen Nanfang memuji: "Tak kusangka, Lao Feng, diam-diam kamu bisa ngedeketin wanita cantik kaya gitu? Hei, dari mana belajar ilmu ini? Ajarilah saudara seperjuangan, besok aku juga mau nyoba." Feng Yixi mendengus pelan: "Beranikah kau? Tak takut Xiao Hui pulang nanti bertengkar habis-habisan denganmu?" Wajah Zhen Nanfang langsung redup mendengar nama Xiao Hui.
Entah dimana keberadaannya sekarang. Karena Xie Yi sudah meramalkan, Xiao Hui seharusnya baik-baik saja. Tapi kalau benar tak terjadi apa-apa, mengapa ia tidak datang mencari? Jangan-jangan Xiao Hui sudah melupakan dirinya? Tidak, tidak mungkin. Setelah kasus ini berakhir, biar segunung rintangan sekalipun, aku harus menemukan Xiao Hui. Tekad itu mengkristal di hati Zhen Nanfang.
Feng Yixi melihat Zhen Nanfang seperti ini, Ia tahu pasti dirinya lagi bicara ngawur.
Ia terkekek: "Maafkan saya, aku juga tidak sengaja." Zhen Nanfang tersenyum: "Ada apa yang perlu dimaafkan? Xiao Hui akan baik-baik saja, setelah menyelesaikan kasus ini aku akan mencarinya, baik di mana pun Ia berada, aku pasti bisa menemukannya."
Feng Yixi berkata: "Hmm, nanti Kakak akan temani kamu mencari!" Feng Yixi juga merasa hidungnya agak cemberut, dia bisa merasakan ketulusan perasaan Zhen Nanfang terhadap Xiao Hui.
Pukul setengah enam, Zhen Nanfang melempar selembar uang ratusan ribu rupiah, lalu berkata pada Feng Yixi: "Ayo pergi!"
Keduanya meninggalkan kafe, terlihat Zhen Nanfang memandangi kerumunan karyawan yang keluar dari gedung tak jauh sampai hampir sepi: "Lho, kok dia belum turun ya?" Feng Yixi menjawab: "Jangan-jangan dia jaga malam ini?" Zhen Nanfang diam, tapi dia melihat He Shouyun sudah pergi. Mobil Yan Feng juga telah meninggalkan area parkir bawah tanah beberapa menit sebelumnya.
Zhen Nanfang menunggu dengan sabar dua puluh menit lagi, memutuskan untuk naik lagi. Mungkin benar seperti kata Feng Yixi, malam ini satpam kecil itu sedang bertugas.
Tepat saat Zhen Nanfang hendak naik, satpam muda itu akhirnya keluar sambil masih menelepon: "Kamu dapat berkah dari musibah! Tak disangka perusahaan malah memindahkanmu ke Kantor Pusat Perusahaan Suizhou. Sekarang kamu bisa berkumpul dengan pacarmu." Zhen Nanfang di belakangnya mendengar jelas percakapan itu. Dia mengerutkan alis: Apakah yang di ujung telepon itu Cao Guozhu? Sepertinya iya.
Zhen Nanfang berbisik pada Feng Yixi: "Sebaiknya kita ambil teleponnya!" Feng Yixi langsung merebut ponsel pemuda itu dan menyerahkannya ke Zhen Nanfang. Si satpam kecil sempat kaget lalu berteriak: "Kalian ngapain? Kok merampas barang orang!" Begitu melihat Zhen Nanfang berdiri di belakangnya, dia langsung lesu. Zhen Nanfang menutup rapat mikrofon ponsel yang diterimanya, lalu berkata pada satpam: "Cepat tanyakan lokasinya sekarang. Kalau tidak mau kerja sama, aku bawa kamu ke kantor polisi."
Bocah ini memang belum berpengalaman, tidak tahu kalau polisi pun tidak bisa sembarangan menahan orang. Dengan gemetar ia menerima telepon. Suara lelaki terdengar: "Hoi, Hoi, Xiao Si, kenapa?" Rupanya nama satpam ini Xiao Si. Dengan gugup dia menjawab: "Nggak, nggak papa. Baru saja nabrak orang. Ngomong-ngomong, kamu sekarang di mana? Aku mau traktir makan." Cao Guozhu berkasar: "Mana boleh anak baru kayak kamu yang bayarin? Ayo ke Restoran Ayam Pedas Yanglang, aku duluan sana. Cepat dateng!"
Setelah itu dia memutuskan telepon.
Zhen Nanfang mendekat dan memegang lengan Xiao Si: "Xiao Si!" Xiao Si mengangguk nervous: "Aku nggak salah! Dia yang nelpon duluan. Bilang nomornya ganti, katanya dipindah ke kantor pusat malah dikasih naik gaji." Zhen Nanfang menatapnya: "Tenang, kami tidak menuduhmu. Cuma mau klarifikasi beberapa hal. Ingat, memberi keterangan palsu itu pelanggaran hukum."
"Saya pasti akan menjawab sejujurnya," kata Xiao Si buru-buru.
Zhen Nanfang berkata, "Ayo, kamu antar kami ke tempat janjian kalian sambil bercerita di perjalanan."
Ketiganya berjalan menuju "Ayam Pedas Yanglang". Zhen Nanfang bertanya, "Sudah berapa lama kamu kerja di perusahaan ini?" Xiao Si menjawab, "Ini bulan kedua masa percobaan." Zhen Nanfang tersenyum, "Oh, belum lulus masa percobaan ya?" Xiao Si mengangguk, "Gaji sekarang masih rendah, tapi akan naik setelah jadi karyawan tetap."
Zhen Nanfang bertanya lagi, "Berapa gaji setelah jadi tetap?" Xiao Si menjawab, "Gaji pokok 1.800, ditambah tunjangan sekitar 400-500." Zhen Nanfang berkomentar, "Gaji di perusahaan kalian memang tinggi!" Xiao Si membusungkan dada dengan bangga, "Tentu! Proses seleksi kami juga sangat ketat." Zhen Nanfang melirik Feng Yixi lalu kembali ke Xiao Si, "Seleksi ketat? Coba ceritakan, biar kami belajar."
Xiao Si menjelaskan, "Selain ujian stamina, kami juga diuji kepatuhan mutlak. Paham maksudnya? Ini istilah militer. Menurut Kepala He, bagian satpam kami adalah departemen semi-militer. Perintah atasan harus dilaksanakan, patuh pada pengaturan, bekerja dengan tekun - itu prinsip dasar kami."
"Kalau kinerja bagus, gaji 2.000-an itu biasa saja. Masih ada yang lebih tinggi," tambah Xiao Si.
Zhen Nanfang mengerutkan alis: "Kau cuma membual, satpam bisa dapat gaji setinggi levelmu itu sudah seperti langit, mana mungkin naik lagi?" Xiao Si berkata: "Kalian tak tahu, ambil contoh kepala kami. Manajer departemen keamanan, gajinya 15 ribu sebulan, 15 ribu! Hampir 10 kali lipat gajiku. Tapi ini belum yang tertinggi."
Xiao Si berhenti sejenak sengaja menggantung penasaran. Zhen Nanfang bertanya: "Kalau begitu katakanlah, berapa yang tertinggi bisa dapat?" Xiao Si menjawab: "Jangan sebarkan, di departemen kami ada beberapa konsultan, gaji merekalah yang benar-benar fantastis." Zhen Nanfang tertawa terbahak: "Jangan bercanda, departemen satpam punya konsultan, itu pun beberapa orang, siapa yang percaya?"
Xiao Si panik: "Ini benar! Aku tak sengaja dengar Manajer Yan dan kepala kami bicara. Waktu itu aku mengantar paket ke kantor Manajer Yan, di depan pintu kudengar kepala bertanya tentang penghematan gaji hampir satu juta setahun karena kurangnya konsultan. Manajer Yan memarahinya karena berpikiran sempit. Aku tak berani dengar lebih lanjut, teriak 'laporan' lalu masuk. Begitu aku masuk mereka langsung diam. Aku letakkan barang dan pergi. Untung aku pura-pura tak tahu, kalau tidak pasti kena marah lagi."
Zhen Nanfang berkata: "Pernahkah kamu bertemu dengan konsultan-konsultan ini?" Xiao Si menggelengkan kepala: "Tidak pernah, tapi gaji tahunan satu juta bukanlah jumlah kecil." Zhen Nanfang tertawa: "Mungkin kamu salah dengar! Sudah, aku tanya satu pertanyaan terakhir, apakah hubunganmu dengan Cao Guozhu sangat baik?" Xiao Si menjawab: "Hmm, iya, sejak aku masuk perusahaan dia selalu baik padaku, jadi aku sangat tidak nyaman saat dia kena masalah. Masalah kecil saja langsung dipecat, meski gaji tinggi tidak boleh sembarangan mengganggu orang."
"Tapi tak disangka bocah itu malah tidak dipecat, malah dipromosikan perusahaan. Aku sangat senang untuknya." Xiao Si masih membela Cao Guozhu: "Kejadian hari itu benar-benar tidak ada hubungannya dengannya, kalian jangan menyusahkannya. Aku bisa bersaksi untuknya." Zhen Nanfang mengangguk lalu mengeluarkan telepon dan menelepon sebuah nomor punggung: "Tang Rui, segera datang ke 'Ayam Cabai Yanglang', tahu tempatnya?" Tang Rui menjawab: "Tahu, kira-kira sepuluh menit lagi sampai."
Zhen Nanfang berkata: "Nanti saat kamu pergi jangan bicara sembarangan, bersikap natural saja, makan bersamanya." Baru sekarang Xiao Si merasakan beratnya masalah: "Jangan-jangan kalian mau menahannya? Dia...dia melakukan kesalahan apa?" Zhen Nanfang bersuara berat: "Cemas apa? Apa aku bilang dia bersalah? Hanya ingin bertanya tentang kejadian hari itu. Tapi ini harus kita tanyakan langsung padanya. Kamu jangan banyak mulut! Kalau karena mulutmu dia sampai kabur, semua konsekuensi akan kamu tanggung, kamu tunggu saja masuk penjara!"
Zhen Nanfang membuat Xiao Si kaget setengah mati. Xiao Si mana berani macam-macam lagi. Dia buru-buru mengangguk sambil berkata: "Aku mengerti, pasti akan kombinasi dengan pekerjaan kalian."
Zhen Nanfang tidak menyangka, ternyata mereka memainkan taktik mengelabui langit untuk menyeberangi laut. Di satu sisi berpura-pura memecat orang, di sisi lain diam-diam memindahkannya kembali ke markas besar. Tampaknya ada banyak misteri tersembunyi di balik ini.
