Entah mengapa, Bao Wei merasa tak tenang di lubuk hatinya hari ini. Semalam sudah kali ketiga dia mengalami firasat yang sama - dia seolah melihat jelas Ye Hengxiu menculik putrinya, sebilah pisau menempel di leher Bao Yan dengan darah mengalir di sepanjang mata pisau. Telinganya dipenuhi jeritan minta tolong putrinya yang menyayat hati dan penuh keputusasaan. Bao Wei kembali mengeluarkan pistolnya dan menembak tepat di dahi Ye Hengxiu...
Duduk di depan meja kerjanya, dia menyalakan rokok sambil mengingat-ingat. Dia berusaha mencari tahu apa penyebab sebenarnya dari kondisi ini. Kekhawatirannya semakin menjadi, seperti yang dikatakan Zhu Yi - jika benar terjadi situasi seperti itu, mampukah dia mengendalikan diri untuk tidak menembak? Memikirkan hal ini, ingatannya beralih ke putrinya, Bao Yan. Dia mulai khawatir dengan keselamatan sang putri. Mengangkat telepon di meja, dia mencoba menghubungi HP Bao Yan.
“Ayah, kok pagi-pagi sekali menelepon?” Bao Wei berseru gembira di ujung telepon. Bao Wei bertanya pelan: “Nggak ganggu jadwal kuliahmu kan?” Bao Yan menjawab: “Pagi ini nggak ada kelas, aku masih di asrama. Ada apa?” Bao Wei tiba-tiba bingung: “Nggak, cuma mau telepon aja. Ngomong-ngomong, akhir pekan pulang cepat ya, Ibu kangen.” Bao Yan berkata: “Ayah, akhir pekan ini aku nggak bisa pulang. Ada pertunjukan nanti.”
Bao Wei bertanya: “Pertunjukan? Yang mana?” Bao Yan menjelaskan: “Pentas amal buat anak putus sekolah. Putrimu kali ini bisa bersinar lho! Jurusan kami memilih 20 pelajar jadi penari latar Buat Bai Ling, penyanyi ternama. Aku terpilih!”
Ada nada bangga dalam suara Bao Yan. Bao Wei tersenyum lega. Bai Ling memang diva terkenal di Kerajaan Hua Xia, sekaligus idola putrinya. Jadi penari latarnya tentu kehormatan. “Bagus! Tapi jangan sampai salah gerak. Di mana pentasnya? Ayah datang untuk jadi pendukungmu.”
Bao Yan berseri-seri: “Di Teater Bund! Nanti banyak artis top Shanghai juga datang. Presenternya si Xiao Bo yang Ayah suka!” Bao Wei mengangguk: “Oke, Ayah pasti datang lihat penampilan putri kesayangan.”
Setelah menutup telepon, perasaan Bao Wei sedikit membaik. Melihat putrinya sukses, sebagai orang tua, wajar mereka merasa bangga. Ia melihat kalender di meja, masih ada tiga hari sebelum akhir pekan. Ia harus memesan tiket lebih awal untuk mengajak istrinya menonton pertunjukan putrinya nanti.
Sekitar pukul sepuluh pagi, kamar pasien Shu Yi kedatangan tamu istimewa: Jianni, Ling Xiaoyue, dan Xia Xiaoqing.
Mereka sangat perhatian. Tak hanya membeli bunga, bahkan membawa vas bunga. Jianni mengisi vas dengan air dan menaruh bunga-bunga itu: "Ada bunga di kamar pasti mood jadi lebih baik." Ling Xiaoyue mendekati tempat tidur Shu Yi dan duduk di tepinya: "Pak Shu, kenapa kabar sebesar ini tidak diberitahu?" Tangannya menyentuh perban yang melilit tubuh Shu Yi: "Masih sakit?" Ia sama sekali mengabaikan kehadiran Mu Qi'er, wajahnya penuh kepedulian.
Mu Qi'er berdiri di samping dengan senyum tersungging di wajah, tidak marah.
Shu Yi tersenyum kecut sambil menggeleng: "Tidak apa. Kalian kok bisa datang?" Xia Xiaoqing menyahut: "Jangan begitu! Kalau bukan karena dengar Paman Zhu dan ayahku membicarakan ini pagi-pagi, mungkin sampai Bapak pulang kami tak akan tahu. Kak Shu, masa tidak menganggap kami sebagai teman?" Jianni yang paling anggun tersenyum manis: "Iya, bukankah kita juga bisa dianggap teman?" Shu Yi menjawab: "Ini kan bukan masalah besar, perlu sampai buat persiapan besar-besaran?"
Jianni berkata dengan suara lembut: "Sekarang kondisi keamanan benar-benar buruk, tidak tahu juga para polisi itu dibayar untuk apa." Shu Yi diam seribu bahasa, dia juga tidak tahu bagaimana Zhu Yi menjelaskan lukanya kepada Xia Zheyuan saat menyebutkannya, tapi dia yakin Zhu Yi tidak akan mengungkap fakta sebenarnya, lagipula ini termasuk konten kerahasiaan kasus.
Mu Qi'er menuangkan air untuk semua orang, lalu duduk di kursi yang tidak jauh. Pada momen ini, dia mengamati dengan tenang akting ketiga siswi tersebut.
HP Shu Yi berdering. Dia mengambil telepon dan melirik layar - panggilan dari Zhu Yi. Dengan ekspresi menyesal dia berkata pada ketiga siswi: "Maaf, saya harus menerima telepon ini dulu!" Barulah ketiga siswi itu berhenti berisik. Shu Yi mengangkat telepon, hanya mendengar suara Zhu Yi tertawa di seberang garis: "Apa para gadis kecil itu sudah sampai?" Shu Yi membalas ringan: "Hm." Zhu Yi melanjutkan: "Sepertinya mereka semua cukup memperhatikanmu. Aku bilang ke mereka kamu terluka karena bertemu perampok, tidak dijelaskan detailnya. Jangan sampai ketahuan."
Shu Yi tersenyum kecut: "Hm, aku mengerti." Zhu Yi berkata: "Ketiga gadis kecil itu tidak sederhana!" Setelah itu menutup telepon.
Kalimat terakhir Zhu Yi mengandung makna tersirat. Usai menutup telepon, Ling Xiaoyue bertanya: "Ngomong-ngomong, apakah pelakunya sudah ditangkap?" Shu Yi menggelengkan kepala. Ling Xiaoyue berkata dengan geram: "Polisi memang tidak becus! Sudah berapa lama ini, masih belum bisa menangkap pelaku. Oh ya, ada juga Wen Lan yang mati di pusat pemandian, sampai sekarang polisi juga belum menyelesaikan kasusnya!"
Jianni tertawa: "Sudahlah, Xiaoyue, jangan lupa, Kepala Biro Shu kita ini juga polisi lho."
Ling Xiaoyue tertegun sejenak, lalu tersenyum: "Aku benar-benar lupa. Tapi Kepala Biro Shu kita ini terlalu payah ya? Cuma beberapa pencuri kecil sudah bisa memperlakukanmu seperti ini." Jianni berkata: "Jangan bilang begitu, preman-preman sekarang ini kebanyakan remaja setengah dewasa, tidak takut Tuhan maupun manusia, tidak tahu diri, sangat nekat. Pak Shu kan jelas orang berbudaya, berpenampilan santun, bisa selamat saja sudah bagus, masih mengharapkannya bertarung melawan banyak orang?"
Semua orang tertawa.
Hanya Xia Xiaoqing yang mengerutkan bibirnya. Shu Yi tersenyum: "Xiaoqing, ada apa?" Xia Xiaoqing menjawab: "Kamu hanya sibuk ngobrol dengan dua kakak perempuan cantik, langsung mengabaikan keberadaanku." Shu Yi tertegun, lalu tertawa: "Masa sih? Ngomong-ngomong, kenapa hari ini kamu tidak sekolah?" Xia Xiaoqing berkata: "Yang benar saja, baru tanggal 1 September nanti masuk." Shu Yi menepuk dahinya sendiri: "Lihatlah aku ini, lupa kalian sedang liburan."
Jianni mundur ke samping, berbicara pelan dengan Mu Qi'er. Sesekali mereka berdua tersenyum penuh pengertian.
Tiga siswi itu tinggal di kamar pasien sekitar satu jam sebelum pergi. Saat berangkat, Ling Xiaoyue masih terlihat enggan berpisah dari Shu Yi.
Kamar pasien langsung sepi. Mu Qi'er mendekati tempat tidur sambil tersenyum pada Shu Yi: "Bagaimana, puas? Sekaligus tiga gadis secantik ini datang menjengukmu." Shu Yi mengangguk: "Memang prestasi, tapi dibandingkan denganmu, semua kecantikan akan memudar." Mu Qi'er berkata: "Mulutmu memang manis."
Shu Yi berkata: "Mereka datang terlalu cepat." Mu Qi'er bingung: "Maksudmu?" Shu Yi menjelaskan: "Guru baru memberi tahu Profesor Xia tentang cederaku, mereka langsung berkoordinasi datang. Subuh-subuh begini, takkah menurutmu mereka terlalu antusias?" Mu Qi'er bertanya: "Implikasinya?" Shu Yi menjawab: "Entah ini kunjungan tulus atau tahap pengintaian, aku belum tahu." Mu Qi'er mengerutkan alis: "Kau curiga pada mereka?"
Shu Yi berkata: "Memang ada alasan untuk curiga. Ketiganya punya hubungan dengan Xia Zheyuan, dan semuanya berpotensi mendekati Wang Hedong." Mu Qi'er bertanya: "Menurutmu siapa tersangka utama?" Shu Yi balik bertanya: "Menurutmu?" Mu Qi'er tertawa: "Kalau tahu takkan kutanyakan." Shu Yi berkata: "Cobalah lakukan analisis menyeluruh."
Mu Qi'er berpikir sejenak lalu berkata: "Kalau begitu saya akan asal bicara, menurut saya Jianni adalah tersangka utama. Motivasi dia bergabung dengan tim khusus sangat mencurigakan. Alasannya ingin melakukan penelitian akademis, jika benar hanya ingin penelitian akademis, dia seharusnya meminta Profesor Xia untuk membujuk Profesor Wang. Saya rasa Profesor Wang juga tidak akan sampai menolak. Dan ketika kamu pertama kali mengalami masalah, kebetulan juga saat dia mentraktir makan. Coba pikir, mana mungkin kebetulan seperti ini?"
"Dia baru bergabung dengan tim khusus satu hari, lalu kamu langsung bermasalah, lagi-lagi kebetulan? Kamu pernah bilang, terlalu banyak kebetulan hanya membuktikan satu masalah - bahwa hal ini sama sekali bukan kebetulan, melainkan diatur dengan licik." Setelah mengatakan ini, Mu Qi'er menatap Shu Yi. Shu Yi mengangguk perlahan: "Memang ada benarnya, tapi pernahkah kamu berpikir - jika Jianni benar-benar bermasalah, bukankah semua yang dilakukannya terlalu mencolok?"
Mu Qi'er berkata: "Ternyata begitu, tapi kita juga tidak bisa mengesampingkan kemungkinan dia justru memanfaatkan pola pikir kita seperti ini?" Shu Yi tersenyum: "Jika benar demikian, maka nyalinya terlalu besar. Ini tidak sesuai dengan sisi yang dia tunjukkan padaku." Mu Qi'er bertanya: "Lalu sisi seperti apa yang kamu lihat?" Shu Yi menjawab: "Sederhana, anggun." Mu Qi'er menyahut: "Anggun? Menurutku dia cukup terbuka." Shu Yi menjelaskan: "Itu karena bersama Ling Xiaoyue dan Xia Xiaoqing, dia merasa lebih rileks."
Mu Qi'er berkata: "Ling Xiaoyue juga punya masalah. Kehadirannya di hadapanmu dengan ekspresi ambigu, ditambah hubungan istimewa dengan keluarga Profesor Xia, terutama mengapa justru dia yang pertama menemukan mayat Wen Lan? Shu Yi, sebenarnya aku selalu merasa kebohongan Wu Jing sebagian juga untuk KAMUFLASE Ling Xiaoyue. Dalam kasus Wen Lan, apa perlunya harus Ling Xiaoyue yang menemukan mayatnya? Jadi menurutku Ling Xiaoyue adalah pelakunya, hanya saat itu tidak sempat kabur dari TKP."
Shu Yi melotot. Hipotesis Mu Qi'er ini memang sangat berani.
Shu Yi bertanya: "Lalu Xia Xiaoqing bagaimana?" Mu Qi'er menjawab: "Xia Xiaoqing? Dia cuma anak kecil!" Ekspresi Mu Qi'er penuh keheranan, tidak menyangka Shu Yi sampai menyebut nama Xia Xiaoqing.
Shu Yi mengerutkan bibir: "Xia Xiaoqing kan usianya hampir sebaya dengan Zhen Nanfang?" Mu Qi'er terdiam sejenak. Apa yang dikatakan Shu Yi memang fakta. Shu Yi melanjutkan dengan datar: "Dia putri Xia Zheyuan, katanya juga anak angkat Wang Hedong. Kalau bicara tentang kemungkinan mengakses hasil penelitian 'Sinkestesia', dialah yang paling memungkinkan. Dan jangan lupa, dia juga seorang genius, benar-benar genius."
Ekspresi Mu Qi'er tampak kecewa: "Kalau menurutmu begitu, berarti ketiganya punya." Shu Yi menjawab: "Benar, semuanya tersangka!"
