Shu Yi, Mu Qi'er, Zhen Nanfang, Xiao Hui bersama tiga bersaudara keluarga Mo mengendarai mobil bisnis Buick bergegas menuju persimpangan Jalan Chifeng pada malam yang sama. Saat ini sudah lewat pukul dua pagi, jalanan hampir sepi dari pejalan kaki.
Begitu turun dari mobil, Mo Dong berkata: "Pak Shu, ini dia, Gedung Yanling!" Shu Yi mengangguk, rombongan masuk ke gedung. Satpam jaga di lantai satu berdiri: "Ada perlu cari siapa?" Mo Dong mendekat memperlihatkan dokumen: "Kami dari tim investigasi kriminal kantor polisi kota." Sambil melirik ke Mo Xi yang segera mendekati satpam dan mendudukkannya di kursi: "Duduk manis, jangan ikut campur."
Lift tiba. Semua masuk kecuali Mo Xi yang tetap di lantai satu mengawasi satpam, mengantisipasi kemungkinan pembocoran informasi.
Unit 1404, Blok A Lantai 14.
Mo Dong menekan bel pintu berkali-kali tanpa respons. Ia mengangkat kaki hendak menyepak pintu saat Shu Yi menarik lengannya: "Biar saya." Shu Yi mengeluarkan kunci berbentuk aneh, menyelipkannya ke lubang kunci, dan seketika pintu terbuka.
Ruangan gelap gulita namun aroma darah segera menyergap indra Shu Yi. Firasat buruk menyelimutinya - mereka terlambat. Kemungkinan Shan Xiaofeng sudah dibunuh. Mo Xi menyalakan lampu, ruang tamu tampak normal.
Ini adalah apartemen studio untuk jomblo dengan satu kamar. Ruang tamu tidak besar dan dekorasinya tidak mewah, namun pengaturannya teratur rapi, memaksimalkan fungsionalitas ruang tamu. Mata Shu Yi tertahan pada meja teh di mana terdapat dua cangkir anggur merah. Salah satu cangkir masih menyisakan seteguk anggur merah, dengan bekas lipstik samar di bibir cangkir. Di sebelahnya terdapat botol anggur merah setengah habis.
Shu Yi mengenakan sarung tangan dan mengangkat cangkir bekas bibir itu. Ia memeriksanya dengan seksama lalu mengendusnya: "L'Oréal 'Pure Red', sepertini pemiliknya orang beruang." Mu Qi'er melirik Shu Yi yang tersenyum menjelaskan: "Untuk kosmetik dari 10 merek ternama dunia, selama bukan produk kelas tiga, aku bisa mengenali aromanya."
Tiba-tiba Zhen Nanfang menyembulkan kepala dari kamar mandi: "Lao Shu!" Teriakannya keras sampai membuat saudara-saudara Mo yang sedang menggeledah kamar terkejut.
Para veteran ini tidak langsung menyerbu kamar mandi. Sebagai mantan agen penyelidik senior, mereka tidak akan melakukan kesalahan tingkat rendah. Jangan-jangan ada sesuatu penting di dalam yang bisa rusak. Shu Yi mengintip dari samping pintu. Zhen Nanfang dan Xiao Hui berdiri di sebelah bak mandi yang penuh air darah. Seorang pria terbaring di dalamnya dengan kepala terendam. Shu Yi berhati-hati melangkah masuk: "Kondisinya sudah seperti ini sejak kalian masuk?"
Zhen Nanfang mengangguk: "Hm, cuma tirai sebelumnya tertutup. Kalau aku tidak membuka, mungkin tidak akan menemukan ini. Kamar mandi sangat bersih dan rapi, tidak ada jejak perkelahian. Hanya ada bau darah di udara." Shu Yi juga tidak menyentuh mayat di bak mandi: "Telepon tim forensik kepolisian kota untuk segera datang ke sini."
Shu Yi berjongkok dan mengamati pria di bak mandi dengan cermat. Lelaki berusia 24 atau 25 tahun ini wajahnya terdistorsi oleh ketakutan, matanya melotot lebar, mati dengan mata terbuka lebar.
Di tenggorokan korban terdapat jejak sayatan pisau. Darah mengalir dari luka di lehernya.
Shu Yi berkata: "Mo Dong, tanya satpam tentang kondisi terakhir. Ambil juga rekaman CCTV gedung dua hari terakhir untuk diteliti." Mo Dong mengangguk dan segera pergi. Shu Yi memimpin tim kembali ke ruang tamu: "Periksa ulang ruang tamu dan kamar tidur. Jangan lewatkan jejak pelaku sekecil apapun. Juga, jangan rusak TKP."
Dari foto-foto yang terpajang, Shu Yi telah memastikan korban adalah Shan Xiaofeng. Sebelum meninggal, ada wanita yang datang minum anggur bersamanya. Waktu dan penyebab kematian Shan Xiaofeng masih menunggu hasil pemeriksaan forensik.
Xiao Hui berteriak dari dalam kamar: "Kakak Shu!" Shu Yi segera masuk. Xiao Hui menunjuk ke bawah meja samping tempat tidur: "Lihat ini." Shu Yi berjongkok, di bawah meja samping tempat tidur terdapat sebuah anting-anting. Shu Yi mengangkatnya dengan hati-hati, memeriksanya teliti. Mu Qi'er berbisik: "Barang ini terlihat familiar." Shu Yi mengangguk pelan: "Hm, memang familiar."
Mu Qi'er tiba-tiba berkata: "Ngomong-ngomong, Ling Xiaoyue sepertinya juga punya anting-anting seperti ini." Shu Yi mengerutkan alis: "Kamu yakin?" Mu Qi'er menjawab: "Aku yakin, setidaknya aku melihatnya memakainya dua kali. Kedua kali kami bertemu di rumah Xia Xiaoqing, dia selalu memakai anting-anting ini." Shu Yi bertanya: "Apakah malam ini dia juga memakainya?" Mu Qi'er menggeleng: "Tidak, malam ini dia memakai anting-anting kecubung hitam."
Shu Yi mengeluarkan kantong plastik kecil dari dokumen kesaksian, memasukkan anting-anting ke dalamnya, lalu menyimpan kantong plastik itu ke dalam saku.
Dia bergumam pelan: "Pertunjukan berakhir pukul sepuluh setengah, seharusnya dia pergi sekitar pukul sepuluh lewat empat puluh menit." Mu Qi'er menambahkan: "Aku lihat dia pergi sendiri dengan taksi duluan, kemudian Jianni dan Xia Xiaoqing juga memanggil taksi."
Mo Dong kembali.
“Pak Shu, saya sudah bertanya pada satpam yang bertugas. Katanya sekitar pukul sebelas tiga puluh, memang ada wanita masuk ke gedung dan naik lift. Tapi wanita itu memakai kacamata hitam dan syal menutupi separuh wajah, jadi dia tidak bisa melihat jelas wajahnya. Saya sudah periksa rekaman CCTV, dia tidak berbohong. Benar ada wanita masuk gedung dan naik lift pukul sebelas tiga puluh tujuh, sesuai deskripsi penampilannya.”
Shu Yi mendengar laporan Mo Dong. Dia berkata: "Bagaimana pakaian wanita itu?" Mo Dong menjawab: "Wanita itu memakai gaun sutra putih panjang yang menutupi kaki, tidak terlihat apakah memakai high heels." Gaun sutra putih? Shu Yi teringat saat pertama kali bertemu Ling Xiaoyue, bukankah dia juga mengenakan gaun sutra putih? Mungkinkah benar itu dia?
Shu Yi menggelengkan kepala. Tidak mungkin. Ling Xiaoyue adalah wanita yang sombong. Orang seperti ini sejak lahir mengejar kesempurnaan, ditambah dengan mentalnya, seharusnya tidak meninggalkan begitu banyak celah.
Shu Yi menatap cangkir anggur merah di meja teh. Dia berusaha mengingat warna lipstek Ling Xiaoyue yang dilihatnya malam ini. Benar, sepertinya warnanya persis seperti ini! Shu Yi semakin merasa aneh. TKP ini seolah-olah dirancang dengan sangat matang, semua bukti mengarah ke Ling Xiaoyue.
Shu Yi memanggil: "Mo Dong, kemarilah." Mo Dong mendekatinya: "Pak Shu!" Shu Yi berkata: "Kalian beberapa saudara tetap di sini, tunggu sampai tim forensik datang baru pergi. Ngomong-ngomong, gelas anggur merah di meja teh itu juga harus mereka bawa untuk diperiksa. Beri tahu mereka, terutama yang ada bekas bibir, periksa dengan teliti. Nanti saya akan membawa bukti baru untuk uji perbandingan."
Mo Dong mengangguk: "Pak Shu, kalian mau pergi ke mana?" Shu Yi menjawab: "Saya akan menemui Ling Xiaoyue. Jika ada temuan, segera beri kabar. Ngomong-ngomong, serahkan kunci mobil ke Nanfang. Nanti kalian pulang naik taksi saja. Nanfang, Xiao Hui, ayo berangkat!"
Setelah masuk mobil, Zhen Nanfang bertanya pelan: "Lao Shu, di mana alamat rumah Ling Xiaoyue?" Shu Yi teringat Ling Xiaoyue pernah menyebutkan, ia berpikir sejenak sebelum menjawab: "Blok 12, Kompleks Hongqiao." Zhen Nanfang menjulurkan lidah: "Orang kaya ya, itu kan kawasan villa terkenal di Shanghai juga."
Kompleks Hongqiao tidak jauh dari Jalan Chifeng, perjalanan dengan mobil kurang lebih setengah jam.
Shu Yi dan rombongan segera tiba di lokasi.
Satpam menghentikan mobil mereka. Shu Yi menyerahkan dokumen kepolisian kota: "Tim investigasi kriminal kantor polisi kota." Satpam melihat dokumen itu, lalu menatap keempat penumpang mobil, buru-buru mengembalikan dokumen sambil membuka palang penghalang.
"Blok 12, ini dia," kata Zhen Nanfang sambil menghentikan mobil.
Villa itu tampak gelap gulita. Zhen Nanfang menaiki anak tangga dan menekan bel pintu. Tak lama kemudian, lampu lantai satu menyala.
Lalu seorang wanita berusia lima puluhan membuka pintu, memandang waspada ke arah Zhen Nanfang dan kawan-kawan: "Sudah larut begini, kalian cari siapa?" Shu Yi melangkah maju: "Selamat malam, saya teman Ling Xiaoyue, perlu membicarakan sesuatu dengannya." Wanita itu berkata dengan wajah muram: "Nona tidak ada di rumah, tidak lihat jam berapa sudah?" Setelah berkata begitu hendak menutup pintu, tapi Shu Yi menghadang. Wanita itu berteriak: "Kalian mau apa? Kalau tidak mingkas saya akan telepon satpam!" Shu Yi mengeluarkan dokumen: "Kami dari tim investigasi kriminal kantor polisi kota, sedang menangani kasus, harus bertemu Ling Xiaoyue."
Kali ini wanita itu tertegun, memeriksa dokumen di tangan Shu Yi dengan ragu.
Tiba-tiba terdengar suara wanita dari dalam rumah: "Nyonya Zhang, ada apa?" Wanita itu segera menoleh: "Nyonya, katanya mereka polisi yang mencari nona." "Persilakan mereka masuk."
Nyonya Zhang baru membuka pintu, mengizinkan Shu Yi dan kawan-kawan masuk.
Setelah keempatnya masuk, terlihat seorang wanita berbaju piyama berdiri di anak tangga lantai dua. Wanita itu sangat mirip Ling Xiaoyue, hanya jauh lebih matang. Shu Yi menduga dia adalah ibu Ling Xiaoyue. Wanita itu tersenyum: "Silakan duduk di sofa dulu, Nyonya Zhang siapkan teh. Saya ganti baju dulu sebentar turun." Shu Yi bertanya: "Apakah Nona Ling ada di sini?" Wanita itu mengangguk: "Ada, tunggu sebentar, saya panggilkan dia."
Shu Yi dan kawan-kawan menunggu tepat sepuluh menit.
Ekspresi wajah Zhen Nanfang jelas terlihat tidak sabar.
Shu Yi melotot padanya, lalu melihat-lihat dekorasi villa. Villa itu sangat besar, dari lantai atas ke bawah kira-kira ada belasan kamar, dengan dekorasi yang mewah. Meski tahu keluarga Ling Xiaoyue memiliki restoran Barat, dia tak menyangka mereka bisa sekaya ini. Di Shanghai, nilai villa semacam itu jelas sangat tinggi di matanya.
Akhirnya, sang wanita dan Ling Xiaoyue turun perlahan dari lantai atas. Wanita itu mengenakan cheongsam bermotif bunga hijau tua, sementara Ling Xiaoyue memakai gaun panjang hitam bertali. Wajah Ling Xiaoyue tampak bermuram durja. Melihat Shu Yi dan yang lain, dia hanya menyunggingkan senyuman tipis: "Sudah larut begini, ada keperluan apa?" Shu Yi tersenyum kepada wanita itu: "Ini ibunda Anda?" Wanita itu langsung menyambar sebelum Ling Xiaoyue sempat bicara: "Saya ibu kandung Xiao Yue, nama saya Wei Yue'e."
Shu Yi berkata: "Maaf mengganggu istirahat kalian di jam segini. Ngomong-ngomong, di mana Paman?" Wajah Wei Yue'e dan Ling Xiaoyue berubah seketika, tapi segera Wei Yue'e tersenyum: "Dinas luar kota." Shu Yi mengangguk: "Xiao Yue, saya punya beberapa pertanyaan. Harap Anda jujur menjawab." Ling Xiaoyue mengangguk.
