Jianni mendengar Xia Xiaoqing terisak-isak pelan di telepon, dia bertanya: "Xiao Qing, ada apa?" Xia Xiaoqing menjawab: "Tante Jian, bisakah temani aku sebentar?" Jianni berpikir sejenak lalu berkata: "Bisa, kamu sekarang di mana?"
"Aku di kafe bernama 'Roman' dekat klinikmu."
Jianni berkata: "Aku tahu, tunggu sebentar, aku akan mengatur pekerjaanku dulu lalu datang."
15 menit kemudian, Jianni buru-buru tiba di kafe. Dia melihat Xia Xiaoqing duduk dengan mata merah. Jianni bertanya: "Xiao Qing, sebenarnya apa yang terjadi?" Xia Xiaoqing menjawab: "Apa Tante sudah dengar kabar tentang ayahku?" Jianni mengangguk: "Sudah, tapi aku yakin ayahmu tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Aku percaya kepolisian pasti akan membersihkan namanya."
Xia Xiaoqing berkata: "Tapi sekarang dia sama sekali tidak berada di tangan kepolisian."
Jianni bingung bertanya: "Tidak di tangan polisi? Maksudmu?" Xia Xiaoqing menjelaskan: "Dia dibawa oleh Badan Intelijen, katanya atas instruksi Shu Yi. Tante Jian, Tante pernah beberapa kali kontak dengan Shu Yi, bisakah tolong bicarakan agar aku bisa menemui ayahku?" Meski Jianni tahu Xia Zheyuan bermasalah, tapi tidak menyangka bahwa Shu Yi yang membawanya. Namun dia juga heran, operasi Badan Intelijen seharusnya dijaga kerahasiaan, bagaimana mungkin Xia Xiaoqing bisa mengetahui informasi ini.
Jianni bertanya pelan: "Siapa yang memberitahumu?" Xia Xiaoqing mendengus: "Aku sudah tahu dari dulu. Bahkan aku pernah mendatangi Shu Yi, tapi siapa sangka dia sama sekali tidak menghiraukanku malah bersikap kasar. Padahal ayahku sudah membantu dia sepenuh hati. Shu Yi itu benar-benar lirik ke atas." Jianni terkejut: "Kamu pernah mendatangi Shu Yi?" Xia Xiaoqing mengangguk: "Ya, aku pernah menemuinya."
Jianni berkata lembut: "Kamu terlalu impulsif." Xia Xiaoqing menjawab: "Kamu tidak tahu, ibuku sampai ketakutan karena urusan ini, setiap hari banjir air mata. Jika aku tidak melakukan sesuatu, entah sampai seperti apa ayahku akan disiksa mereka." Jianni menggelengkan kepala: "Xiao Qing, kamu salah. Harusnya kamu percaya pada Shu Yi, dia bukan tipe individu yang berbalik melawan. Menurutku alasan dia membawa ayahmu mungkin untuk menjaganya."
Xia Xiaoqing menundukkan kepala, tidak bersuara. Jianni melanjutkan: "Sebenaranya kamu ini orang cerdas, kok bisa melakukan hal bodoh seperti ini? Sudahlah, tunggu sebentar. Aku akan telepon Shu Yi dulu untuk melihat kondisi."
Telepon Shu Yi berdering. Dari seberang terdengar suara Gerbang Barat: "Shu Yi, Xia Xiaoqing dan Jianni sedang bertemu di kafe dekat 'Sinar Matahari Sejengkal' milik Jianni. Mereka sudah masuk lebih dari setengah jam. Pembicaraan mereka tidak terdengar karena kami tidak berani mendekat." Shu Yi menjawab singkat: "Hm, mengerti."
Shu Yi baru saja menutup telepon dari Gerbang Barat, telepon Jianni langsung masuk: "Pak Shu, halo. Saya Jianni." Shu Yi tersenyum: "Halo, Dr. Jian." Jianni melirik Xia Xiaoqing di seberang: "Xiao Qing ada bersamaku. Dia ingin bertemu ayahnya, memintaku untuk membantu menyampaikan permintaan ini. Saya tahu kalian punya prosedur, tapi saya harap Anda bisa mempertimbangkan untuk mempertemukan mereka. Apakah mungkin?"
Shu Yi tertegun sejenak. Dia tidak menyangka Jianni datang sebagai juru runding. Untuk sesaat dia bingung harus menjawab bagaimana.
"Izinkan saya pertimbangkan dulu. Begini, setengah jam lagi saya akan menghubungi Anda kembali." Jawab Shu Yi. Meski agak kecewa karena jawaban tidak pasti, Jianni meletakkan telepon dan berkata kepada Xia Xiaoqing: "Tunggu dulu. Shu Yi bilang akan memberi jawaban sebentar lagi."
Jari Shu Yi membelai alisnya perlahan. Meski permintaan Xia Xiaoqing melalui Jianni tidak aneh, tetap saja dia merasa ada yang tidak beres. Shu Yi menyalakan rokok, menghirup pelan, lalu berjalan keluar.
Dia menuju kamar Xia Zheyuan.
Melihat Shu Yi masuk, Xia Zheyuan memandangnya dengan datar: "Tak perlu membujukku lagi. Aku tak punya hal untuk dikatakan." Shu Yi menggeleng: "Aku bukan datang membujuk. Ingin kukabarkan, putrimu ingin menemuimu. Mau atau tidak?" Sekilas kegembiraan muncul di wajah Xia Zheyuan, lalu memudar: "Aku tak ingin bertemu." Shu Yi bertanya: "Mengapa? Jika setuju, akan kuatur pertemuan."
Xia Zheyuan menghela napas: "Shu Yi, sepertinya kita dulu pernah berteman..." Ucapannya belum selesai, Shu Yi berkata lembut: "Saat ini kita masih tetap berteman." Mata Xia Zheyuan memancarkan keharuan, dia menggigit bibirnya: "Urusan ini sudah kuakui, serahkan saja aku ke kepolisian, Shu Yi. Aku tahu kau ingin membantuku, terima kasih. Jika ada kemungkinan, tolong jaga Xiao Qing dengan baik, kumohon."
Shu Yi bertanya: "Benar tidak mau bertemu?" Xia Zheyuan mengangguk: "Hm, tidak mau."
Shu Yi berkata: "Baiklah." Shu Yi meliriknya sejenak, lalu pergi.
Jianni menerima telepon dari Shu Yi. Dia berkata pada Xia Xiaoqing: "Shu Yi bilang, ayahmu tidak mau menemuimu." Emosi Xia Xiaoqing tiba-tiba meluap: "Dia berbohong! Bagaimana mungkin ayahku tidak mau menemuiku? Tidak mungkin, Tante Jian. Kumohon, tolong bicarakan lagi dengannya. Meski ayahku tidak mau bertemu, biarkan aku mengintipnya sebentar, boleh?" Jianni terharu oleh air mata Xiao Qing, dia menghela napas: "Baik, akan kucoba lagi."
"Baiklah, karena begitu aku setuju untuk mempertemukan mereka. Tapi aku berharap dia bisa berjanji padaku satu hal: tetap tenang dan tidak emosional, terutama saat bertemu Profesor Xia, jangan ada tindakan berlebihan." Kali ini Shu Yi menjawab dengan berani.
Jianni berbisik-bisik berkomunikasi dengan Xia Xiaoqing, lalu berkata pada Shu Yi: "Hm, tidak masalah." Shu Yi menjawab: "Suruh dia menunggu di depan Gedung Weiye, Jalan Nanjing. Saya akan mengirim orang untuk menjemputnya."
Jianni membantu Xia Xiaoqing menahan taksi. Xia Xiaoqing menarik tangan Jianni: "Tante Jian, temani aku pergi bersama, ya?" Jianni tertegun sejenak: "Ini... tidak tepat. Dia bilang di telepon harus kamu saja yang pergi." Xia Xiaoqing menangis: "Tante Jian, temani aku. Aku takut..." Jianni tak punya pilihan akhirnya ikut naik mobil.
Shu Yi menelepon Ximen Wuwang, memintanya menjemput Xia Xiaoqing di Gedung Weiye. Sebenarnya Ximen Wuwang bisa langsung menjemput Xia Xiaoqing, tapi untuk menyamarkan pengawasan, Shu Yi sengaja membuat Xia Xiaoqing berputar lebih jauh.
Sampai di Gedung Weiye, Ximen Wuwang mendapati Xia Xiaoqing tidak sendirian. Dia menelepon Shu Yi: "Pak Shu, Jianni ikut bersama Xia Xiaoqing. Bagaimana?" Shu Yi berucap datar: "Bawa semuanya."
Ximen Wuwang baru turun mobil menghampiri Xia Xiaoqing: "Nona Xia, Dr. Jian, silakan ikut saya."
Zhang Jun mengantar Jianni dan Xia Xiaoqing ke kamar Shu Yi terlebih dahulu, kemudian pergi.
Shu Yi menyilakan kedua wanita duduk di sofa, lalu bangkit menuangkan segelas air untuk mereka.
Xia Xiaoqing berkata dengan malu: "Pak Shu, maaf, waktu itu aku salah, terlalu emosional." Shu Yi mengibaskan tangan: "Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Lagipula siapa pun yang menghadapi urusan seperti ini pasti tidak nyaman, aku bisa mengerti." Jianni berkata: "Sebenarnya Xiaoqing, tindakan Pak Shu lebih bertujuan untuk menjaga ayahmu." Xia Xiaoqing melirik Shu Yi.
Shu Yi berkata datar: "Xiaoqing, aku tidak tahu mengapa ayahmu mau mengakui kesalahan. Sejujurnya, aku selalu ragu dia akan melakukan hal seperti ini. Jadi harap kamu bisa menasihatinya dengan baik, sebaiknya cari tahu alasan di balik tindakannya." Xia Xiaoqing mengangguk perlahan. Shu Yi menambahkan: "Ingat janjimu padaku, kendali emosimu, dan jangan biarkan ayahmu menjadi emosional. Kalau tidak, aku akan segera mengusirmu keluar."
Xia Xiaoqing segera mengangguk kuat: "Aku paham, tenang saja!"
Barulah Shu Yi mengantarkan Xia Xiaoqing ke pintu kamar Xia Zheyuan: "Masuklah sendiri." Xia Xiaoqing mengangguk pada Shu Yi, matanya berkaca-kaca penuh rasa terima kasih.
Xia Zheyuan terbaring di tempat tidur dengan mata tertutup. Mendengar bunyi pintu, dia berkata: "Pak Shu, jangan buang waktu menasihatiku. Aku tidak akan bicara apa-apa." "Ayah, ini aku!" panggil Xia Xiaoqing lembut.
Xia Zheyuan seperti terkena sengatan listrik, langsung duduk tegak: "Xiao Qing, kenapa kamu datang? Bukankah aku melarangmu datang? Apakah Shu Yi yang menyuruhmu? Shu Yi ini, sebenarnya apa yang dia inginkan?" Emosi Xia Zheyuan tiba-tiba memanas. Xia Xiaoqing buru-buru menarik tangan ayahnya: "Ayah, jangan marahi Pak Shu, aku yang mau datang sendiri. Aku sudah memohon lama padanya baru diizinkan menemuimu."
Xia Zheyuan menghela napas panjang: "Anakku, seharusnya kamu tidak datang!" Setelah berkata demikian, dia merangkul putrinya erat-erat sementara air mata mengalir deras. Xia Xiaoqing berbisik lembut: "Ayah, sebenarnya mengapa ini semua? Aku tahu Ayah tidak bersalah, tapi kenapa mau mengaku?" Xia Zheyuan menjawab: "Jangan tanya lagi. Dengarkan Ayah, duduk sebentar lalu segera pulang." Xia Xiaoqing membantah keras: "Tidak!"
Xia Xiaoqing menatap ke atas sambil berkata: "Ayah kalau tidak pulang, aku juga tidak akan pergi. Aku akan tetap di sini menemani Ayah, apapun hasilnya akan kita tanggung bersama." Xia Zheyuan membalas: "Xiao Qing, jangan seperti ini. Kamu harus merawat ibumu dengan baik. Semua yang Ayah lakukan ini demi kalian!" Xia Xiaoqing menggenggam tangan ayahnya: "Ayah, katakan padaku, sebenarnya mengapa? Mengapa?" Xia Zheyuan menggelengkan kepala: "Ayah tidak bisa bicara. Jangan paksa Ayah!"
Xia Zheyuan berdiri dan berteriak keras: "Shu Yi, Shu Yi!" Shu Yi mendorong pintu masuk, memandangi Xia Zheyuan dalam keheningan. Xia Zheyuan berkata: "Antar dia pergi!" Xia Xiaoqing menggenggam erat lengan ayahnya: "Tidak, Ayah, aku tidak mau pergi!" Xia Zheyuan menatap Shu Yi dengan tenang: "Antar dia pergi, atau aku akan bunuh diri di depan kalian." Xia Xiaoqing membeku kaget, tak menyangka ayahnya mengucapkan hal seperti itu. Shu Yi menghela napas dan menarik tangan Xia Xiaoqing: "Ayo pergi!"
Air mata Xia Xiaoqing bercucuran, namun ia tetap mengikuti Shu Yi meninggalkan kamar Xia Zheyuan. Shu Yi memapah bahunya: "Tenang saja, Xiao Qing. Kami pasti akan menyelidiki urusan ini sampai tuntas."
