Shu Yi mengumpulkan seluruh anggota Divisi 9 yang bertugas jaga termasuk saudara-saudara Mo, Zhang Jun di kamarnya. Ruangan itu penuh sesak.
Shu Yi mengeluarkan rokok dan membagikannya: "Tingkat pengamanan malam ini dinaikkan ke level khusus. Zhang Jun, timmu bertugas mengantar Xia Zheyuan, Kepala Bao, Xiao Cao, Mu Qi'er dan Ling Xiaoyue ke rumah baja." Zhang Jun berdiri: "Siap!" Shu Yi melanjutkan: "Biksu, kau tetap di kamar Xia Zheyuan. Ye Qinghan dan Sheng Rongguang bersembunyi di luar, setelah mereka masuk segera kunci pintu dan urung mereka di dalam. Mo Xi, Mo Bei dan Zhang Jun bertugas di pos jaga terbuka. Jangan sampai mereka melihat celah formasi kita."
Zhang Jun mengerutkan kening: "Pak Shu, tidak perlu semua personel kita masuk ke gudang besi kan? Lima orang, tinggalkan dua di gudang besi, sisakan tiga orang. Pak Shu, saya tahu maksud Bapak baik, tapi menjaga safe house memang tugas kami. Harap Pak Shu mengizinkan mereka menjalankan kewajiban."
Shu Yi menatap Zhang Jun, sedikit mengangguk: "Baiklah, ambil tiga orang terampil dari dalam. Kalian bergabung dengan tim saya sebagai pendukung." Zhang Jun tersenyum: "Terima kasih Pak Shu." Shu Yi berkata: "Kau benar, aku tak boleh mencabut hak mereka menjalankan tugas. Tapi ada satu pesan yang harus kalian ingat, ini prinsip lama antara kami dan rekan-rekan Divisi 9."
Zhang Jun menjawab: "Silakan Pak Shu."
Shu Yi melanjutkan: "Aku ingin setiap orang - perhatikan, setiap orang - harus prioritaskan keselamatan diri sendiri dulu. Hanya dengan menjamin keamanan diri sendiri baru bisa melindungi orang lain. Aku tak pernah menganjurkan pengorbanan. Setidaknya di timku, tak perlu ada satu pun yang jadi martir. Paham maksudku?"
Zhang Jun, Mo Xi, dan Mo Bei pertama kali mendengar prinsip ini. Perasaan hangat menyebar di hati mereka. Shu Yi menegaskan: "Zhang Jun, jawab! Kalian paham?" Ketiganya mengangguk serentak: "Mengerti, Pak Shu!" Shu Yi menoleh ke Biarawan dan yang lain. Ye Qinghan tersenyum: "Tenang Pak Shu! Kami akan jaga diri. Kalau bisa menang kami hadapi, kalau tidak kami langsung kabur ke sini!"
Shu Yi juga tersenyum: "Aku juga perlu meregangkan badan. Ngomong-ngomong, khususnya pos terang, kalian harus ekstra hati-hati! Jika ada bahaya, segera beri sinyal peringatan! Lalu mundur cepat! Karena pos terang paling mudah diserang. Zhang Jun, kalian bertiga harus tetap waspada, jika ada masalah segera bunyikan alarm lalu mundur, ini perintah mutlak!"
Malam perlahan tiba.
Shu Yi sendirian di kamar, merokok. Pikirannya sangat rumit, dia lebih berharap ini hanya prasangka berlebihan daripada harus menghadapi kejadian nyata malam ini. Ye Qinghan mendorong pintu masuk, Shu Yi bertanya: "Sudah semua siap?" Ye Qinghan mengangguk. Shu Yi melirik jam, pukul delapan belum tiba, katanya: "Waktunya masih lama, silakan duduk."
Ye Qinghan duduk: "Pak Shu, apakah Bapak curiga tujuan Xia Xiaoqing dan Jianni datang ke safe house? Makanya tingkat keamanan dinaikkan."
Shu Yi tersenyum tipis: "Aku tahu kecurigaanku tanpa dasar. Keinginan Xia Xiaoqing bertemu ayahnya di saat seperti ini memang wajar. Hanya saja heran, kenapa dia tidak meminta Miao Wanyi meneleponku tapi malah cari perantara lewat Jianni? Miao Wanyi adalah istri Xia Zheyuan, jika Xia Zheyuan bermasalah dia langsung menghubungiku, mengingat hubunganku dengan keluarga Xia tentu tak akan kutolak. Tapi dia tak kunjung muncul, hanya Xia Xiaoqing yang mondar-mandir?"
Ye Qinghan berpikir sejenak lalu berkata: "Mungkin Miao Wanyi terlalu sedih dan kalut, hingga tidak bisa berpikir jernih." Shu Yi menggelengkan kepala: "Tidak, Miao Wanyi adalah wanita yang sangat tenang dan bijaksana. Dia tidak akan mudah tumbang. Dari saluran resmi aku sudah tahu dia sedang berjuang untuk urusan Xia Zheyuan di kota. Jadi hanya ada satu kemungkinan - Xia Xiaoqing menemui aku tanpa sepengetahuan Miao Wanyi. Bahkan Miao Wanyi pun tidak tahu kalau Xia Zheyuan ada di tangan kita!"
Ye Qinghan menarik napas dalam-dalam! Masalah Xia Xiaoqing ini ternyata benar-benar rumit.
Shu Yi melanjutkan: "Bahkan jika Xia Xiaoqing tahu kita yang menahan Xia Zheyuan, seharusnya dia memberitahu Miao Wanyi terlebih dahulu. Dengan pengalaman hidup dan jaringan sosial Miao Wanyi, upayanya pasti lebih efektif!" Ye Qinghan bertanya: "Apakah Xia Xiaoqing tidak mau menyelamatkan nyawa Xia Zheyuan sendiri?"
Shu Yi menjawab: "Tidak tahu. Karena itu aku benar-benar berharap tidak ada kejadian buruk malam ini. Selain itu, yang datang hari ini bukan hanya Xia Xiaoqing." Ye Qinghan menyahut: "Tapi Jianni jelas dipaksa ikut!" Shu Yi berkata datar: "Jangan lupa Jianni adalah doktor psikologi terapan. Baginya, mencapai hasil seperti ini bukanlah hal sulit."
Ye Qinghan berkata lagi: "Tapi Xia Xiaoqing pergi mencarinya hanyalah kebetulan!" Shu Yi menjawab: "Orang yang sungguh-sungguh takkan melewatkan kesempatan sekecil apapun." Ye Qinghan mengeluh: "Pak Shu, kalau benar ada masalah malam ini, menurutmu siapa tersangka utamanya?" Shu Yi menggeleng: "Peluangnya setengah-setengah, yang pasti harus diselidiki dengan cermat."
Sekitar pukul sembilan lebih, Shu Yi baru mengizinkan Ye Qinghan kembali ke posnya.
Pintu kamar Shu Yi terbuka lebar menghadap ke halaman. Ia menyeduh secangkir teh lalu duduk di depan pintu, menikmatinya dalam keheningan.
Bulan sabit tersembunyi samar-samar di balik awan gelap. Angin malam berhembus membawa hawa dingin. Shu Yi menengadah ke langit sambil berbisik: "Malam gelap berangin kencang, saat tepat untuk membunuh dan membakar!"
Safe house terletak di kawasan suburban yang sepi, jauh dari permukiman warga. Tentu saja ini demi pertimbangan kerahasiaan dan keamanan operasi.
Shu Yi mematikan lampar, menyelinap ke tempat gelap untuk bergabung dengan trio pengawal Wang Hao.
Ia memejamkan mata, memusatkan seluruh indra pendengarannya. Dalam kesunyian malam ini, kemampuan auditori manusia menjadi luar biasa tajam.
Telinganya menangkap suara gaduh di luar pagar. Suara Zhang Jun terdengar: "Siapa?!" Alis Shu Yi berkedut, hatinya diselimuti kekecewaan: Mereka benar-benar datang!
"Swaaa! Swaaa!" Beberapa siluet melompati pagar masuk ke halaman, menuju kamar Xia Zheyuan tanpa ragu. Di luar pagar sudah terdengar gemuruh pertarungan, diselingi bunyi peluit panjang Zhang Jun!
Biksu di dalam rumah bertarung dengan sosok berbaju hitam, Ye Qinghan dan Sheng Rongguang baru berlari masuk ke dalam.
Shu Yi dan kawan-kawan masih bersembunyi dalam kegelapan karena yang terlihat jelas bukanlah lawan tangguh. Empat atau lima orang yang masuk ke rumah bisa ditangani oleh biksu dan tiga orang mereka. Zhang Jun dan kawan-kawan sambil bertarung sambil mundur kembali ke halaman. Zhang Jun, Mo Xi dan Mo Bei bertiga menghadapi empat orang, tidak berada di bawah tekanan. Wang Hao ingin berlari keluar, tapi Shu Yi menghadang mereka: "Tunggu lagi!"
Pendatang semua seragam berbaju hitam, bermasker, membawa katana Jepang! Shu Yi menyeringai. Rupanya ini kelompok yang melukainya parah sebelumnya. Mata Shu Yi dipenuhi niat membunuh - kalau sudah datang, jangan harap bisa hidup pergi!
Wang Hao, Zhang Jianbin dan Song Xingping merinding. Mereka merasakan aura pembunuh yang menyengat dari tubuh Shu Yi!
Biksu dan kawan-kawan keluar. Rupanya kelompok yang masuk ke rumah telah tewas. Ye Qinghan dan Xiao Sheng bergabung dengan kelompok Zhang Jun dalam pertarungan! Biksu berdiri gagah di tengah halaman.
Tiba-tiba kelompok lain menerobos masuk, sekitar belasan orang. Ye Qinghan dan Zhang Jun terpaksa mundur. Biksu maju menghadang. Wang Hao dan kawan-kawan sudah tidak bisa menahan diri lagi. Kali ini Shu Yi tidak menghentikan mereka. Ketiganya pun melesat mendekat.
Kedua tim tidak ada yang menggunakan senjata api. Karena area pertempuran terbatas, tembakan mudah meleset. Kecuali biksu yang bertarung dengan tangan kosong, Zhang Jun, Ye Qinghan dan lainnya menggunakan bayonet militer atau belati. Pertarungan berlangsung sengit, namun Shu Yi masih diam. Dia menunggu, yakin lawan pasti masih menyimpan ahli yang belum turun tangan.
Benar saja, beberapa menit kemudian dua bayangan manusia melesat masuk ke halaman.
Dua kilatan perak berputar-putar. Pertahanan Zhang Jun dan kawan-kawan akhirnya jebol! Semua mundur beberapa meter.
Shu Yi menyembul dari tempat persembunyian. Gerakannya secepat kilat. Sasaran jelas: dua orang terakhir yang masuk. Dengan tinju kosong, Shu Yi menghantam dada kedua lawan. Awalnya dua lawan menganggap biksu sebagai ancaman utama, dua katana Jepang menyambar ke arahnya. Munculnya Shu Yi membuat mereka mengubah jurus, memutar bilah pedang untuk menebas pergelangan tangan Shu Yi.
Tapi itu hanya tipuan. Dengan memaksa lawan bertahan, Shu Yi menyelamatkan biksu dari krisis. Seluruh tubuhnya menjatuhkan diri ke belakang, kedua tangan menopang tanah. Dua kakinya menyepak pergelangan kaki kedua lawan.
Tersepak oleh Shu Yi, pasti sakit bukan main. Terdengar teriakan "Wow wow" saat mereka mengayunkan pedang ke arah Shu Yi.
Shu Yi menggelinding ke belakang, lalu bangkit berdiri. Ia tak berani lengah. Jurus pedang kedua lawannya kejam, kecepatannya tinggi, semua adalah gerakan mematikan tanpa embel-embel. Shu Yi tahu jurus mereka pasti terasah dari latihan praktik tak terhitung. Tangan mereka pun telah berlumuran darah tak terkira.
Dua bilah pedang kembali menyambar ke arah Shu Yi, depan dan belakang bersamaan.
Shu Yi melompati ke samping, menyatukan kedua telapak tangan dan menjepit bilah kiri. Dengan tarikan ke kanan, ia menghadang pedang kedua. Dua logam bertabrakan, percikan api bertebaran. Shu Yi merasakan mati rasa di telapak tangan. "Kekuatan kasar!" sindirnya. Dengan dorongan kedua tangan, bilah pedang itu patah. Tangan kiri Shu Yi mencengkeram bahu lawan kiri yang pedangnya patah. Lompatan samping membawanya ke belakang lawan. Bilah pedang setengah di tangan kanannya menyayat leher lawan. Serangan Shu Yi akurat, langsung membelah arteri leher. Darah muncrat deras.
Lawan di sebelah kanan tak menyangka wajahnya tersiram darah!
Refleks tangannya ingin membersihkan wajah, tapi ia lupa lawannya adalah Shu Yi. Sedikit kelalaian pun bisa merenggut nyawanya. Kini Shu Yi bukan lagi pria lembut dan berbudaya. Ia menjelma pedang legenda yang menghancurkan segalanya!
Saat orang itu mengangkat tangan untuk membersihkan darah, Shu Yi meraih pergelangan tangannya yang memegang pisau. Dengan gerakan memutar kedua tangan, pisau itu terlepas. Shu Yi menangkap pisau yang jatuh dan langsung menusukkannya ke perut lawan. Orang itu bereaksi cepat, mundur besar ke sisi kanan. Tapi Shu Yi sudah memperhitungkan posisi mundurnya. Tusukan kedua menyusul dengan kekuatan penuh, menghujam hingga gagang pisau masuk, lalu diputar keras.
Mata orang itu melotot. Ia tak percaya ada serangan secepat ini, apalagi menggunakan pisaunya sendiri!
Dalam waktu kurang dari dua menit, Shu Yi sudah melumpuhkan dua ahli itu. Melihat ini, delapan sosok berbaju hitam yang masih bertarung tiba-tiba berhenti. Salah seorang berteriak dalam bahasa Jepang: "Mundur!" Mereka berhamburan lari. Shu Yi melesat ke depan: "Tinggalkan satu tawanan, sisanya habisi!"
Maksud "tinggalkan" dari Shu Yi jelas bagi semua. Zhang Jun menoleh memandangnya - aura pembunuh memancar dari seluruh tubuh Shu Yi.
