Shu Yi dan timnya berpindah ke safe house.
Dari 24 pembunuh bayaran yang menyerang malam itu, hanya satu yang dibiarkan hidup sebagai tawanan. Setengah jam setelah pembantaian usai, Shu Yi memerintahkan Li Gang mengirim tim pembersih ke TKP, lalu mereka segera bergerak ke lokasi baru.
Li Gang mengikuti sampai ke TKP, pemandangan berdarah itu membuatnya mengerutkan alis. Ia melirik Shu Yi yang tetap tenang, lalu menghela napas pelan. Kepada semua bawahannya yang terlibat pertempuran dan membersihkan TKP, ia memberikan larangan bicara: Siapapun dilarang keras membicarakan kejadian ini di waktu dan acara apapun.
Ketika Bao Wei, Cao Hong, Xia Zheyuan, Mu Qi'er, dan Ling Xiaoyue keluar dari rumah besi, segalanya telah kembali normal. Mereka tak tahu di halaman telah terjadi pertarungan yang mengejutkan dan menegangkan. Namun mereka bisa mencium aroma darah pekat dan aura pembunuh mengerikan yang belum sepenuhnya menghilang.
Tatapan Zhang Jun dan kawan-kawan ke arah Shu Yi dipenuhi rasa takut. Saat pertempuran, sosok Shu Yi seolah lenyap, yang terlihat hanya pedang tajam nan dingin, tanpa belas kasihan, sanggup menghancurkan segalanya. Mereka merasakan dendam dan murka Shu Yi, tapi tak paham mengapa pria itu harus mengobarkan niat membunuh sedemikian dahsyat di saat situasi sudah terkendali.
Hanya staf Divisi 9 yang mendampingi Shu Yi yang tahu, dalam pertarungan ini Shu Yi telah melampiaskan tekanan, penderitaan, kesedihan, dan ketidakadilan yang dipendam sejak kematian Xiaodie. Kematian Xiaodie bagai batu raksasa yang terus menghimpit hati Shu Yi. Tak seorangpun tahu, Shu Yi kerap bermimpi melihat wajah cantik nan putus asa Xiaodie, menyaksikan darah mengalir dari sudut bibirnya.
Hati tulus Shu Yi terus menantikan sebuah kesempatan, kesempatan seperti ini, menunggu para pembawa katana Jepang ini. Hanya takut mereka tidak datang, jika datang Shu Yi pasti tidak akan melewatkan satu pun!
Sejak kedatangan hingga kepergian Li Gang, ia tidak bertukar sepatah kata pun dengan Shu Yi. Hanya ada interaksi insting sesaat di antara mereka.
Urusan Xiaodie pernah ia dengar dari Zhu Yi. Secara samar ia juga mengerti bahwa tindakan Shu Yi memiliki hubungan erat dengan kematian Xiaodie. Saat Li Gang pergi, ia mendekati Shu Yi, menepuk-nepuk bahunya dengan lembut, lalu menghela napas panjang sebelum akhirnya berbalik pergi.
Ling Xiaoyue melihat para pakar semuanya bermuka masam. Saat hendak membuka topik, Mu Qi'er menghadangnya. Shu Yi melirik Mu Qi'er, tersenyum tipis: "Siapkan barang, kita pergi." Bao Wei mendekat: "Kepala Shu, sebenarnya ada apa?" Shu Yi menjawab: "Tidak ada. Latar belakang kita terpapar, kita pindah lokasi saja." Cao Hong berbisik pada Bao Wei: "Kepala Bao, tidakkah kaucium bau darah yang sangat menyengat?"
Bao Wei menatap Shu Yi yang hanya tersenyum ringan: "Kepala Bao, naik mobil dulu. Nanti akan kujelaskan."
Xiao Hui sekali lagi terbangun ketakutan dari mimpi buruk. Dengan cahaya dari luar jendela, dia melihat jam dinding: pukul dua lewat lima belas menit dini hari. Ia menarik napas panjang, lalu merebahkan diri kembali. Tiba-tiba, dia duduk tegak. Ada yang tidak beres! Sebelumnya dia juga pernah terbangun dan melihat jam dinding yang sama: persis pukul dua lewat lima belas!
Ia meraih HP di meja samping tempat tidur. Layar menyala: 02:15.
Apa yang terjadi? Apakah tadi semua hanya mimpi? Xiao Hui bangkit, menyalakan lampu kamar, mengenakan mantel dan mendekati jam dinding. Berdiri kaku selama satu menit penuh, ia memastikan jarum jam tetap bergerak: sekarang sudah pukul dua lewat enam belas menit.
Mungkin tadi memang hanya mimpi, pikirnya sambil kembali ke tempat tidur.
Sepanjang malam Xiao Hui terus diteror mimpi buruk yang aneh. Setiap bangun, tak ada jejak memori tentang isi mimpinya. Dengan mata berkabut, ia kembali tertidur.
Entah berapa lama kemudian, terisak ketakutan lagi. Matanya membelalak ke arah jam dinding: masih pukul 02:15!
Dengan gemetar ia membuka HP. Angka di layar sama persis.
Segera ia menelepon Zhen Nanfang.
“Xiao Hui? Kenapa telpon larut malam begini, apa terjadi sesuatu?” tanya Zhen Nanfang dengan khawatir. Xiao Hui tidak menjawab, dia bertanya pelan, “Nanfang, sekarang jam berapa?” Zhen Nanfang menjawab, “Pukul 2:15, kamu belum tidur?” Xiao Hui terdiam sejenak, dia yakin setidaknya sudah terbangun dua kali, dan kedua kali itu jam juga menunjukkan pukul 2:15.
Tak mendengar jawaban Xiao Hui, Zhen Nanfang panik berkata, “Xiao Hui, apa ada masalah di situ? Jawab aku.” Baru kemudian Xiao Hui berkata, “Tidak, tidak ada masalah, tapi...” Zhen Nanfang membalas, “Tapi apa? Cepat katakan!” Xiao Hui lalu menceritakan pengalamannya. Kali ini giliran Zhen Nanfang yang menatap kosong, setelah berpikir lama dia tetap tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Andai bukan karena sangat mengenal Xiao Hui, dia pasti mengira gadis itu sedang bermimpi.
Zhen Nanfang berkata, “Xiao Hui, jangan takut, tidurlah lagi. Jika kejadian seperti ini terulang, segera hubungi aku.” Mendengar perkataan Zhen Nanfang, hati Xiao Hui menjadi lebih tenang. Setelah menutup telepon, Xiao Hui kembali berbaring di tempat tidur.
Sementara itu, Zhen Nanfang menelepon Shu Yi yang saat itu sedang berada di kamar Bao Wei.
“Nanfang, ada apa?” tanya Shu Yi.
Zhen Nanfang menjawab, “Sepertinya Xiao Hui mengalami masalah!” Shu Yi kaget, “Xiao Hui? Dia kenapa?” Suara Shu Yi meski tidak keras, membuat Bao Wei terkejut. Xiao Hui tinggal di rumahnya, jika sesuatu terjadi pada gadis itu, berarti Yan Hong dan Bao Yan juga dalam bahaya.
Zhen Nanfang menceritakan pengalaman aneh Xiao Hui secara detail. Ia khusus menekankan: "Lao Shu, aku yakin Xiao Hui bukan tipe orang yang mudah trance, mustahil dia tidak bisa membedakan mimpi dan dunia nyata." Shu Yi terdiam sejenak sebelum berkata: "Jangan panik, jika Xiao Hui menelepon lagi, sampaikan padanya untuk segera menghubungi biksu jika ada masalah." Setelah mematikan telepon, Shu Yi langsung menelepon biksu dan memintanya buru-buru ke bawah gedung rumah Bao Wei. Namun Shu Yi berpesan agar dia mencari tempat bersembunyi sambil menunggu informasi dari Xiao Hui.
Bao Wei bertanya dengan khawatir: "Pak Shu, sebenarnya ada masalah apa?" Shu Yi menghela napas: "Kepala Bao, tahukah kenapa aku bersikeras menahanmu di sini?" Bao Wei menatapnya: "Anda mencurigaiku?" Shu Yi menggeleng: "Bukan aku yang curiga, tapi Guru. Saat pergi, dia bilang Anda punya besar. Karena itu aku memperhatikanmu, tapi tidak menemukan masalah. Namun kecurigaan Guru pasti bukan omong kosong. Aku sedang mencoba mencari di mana letak masalahnya."
Bao Wei akhirnya paham maksud Shu Yi. Ia tersenyum kecut: "Memang, setelah banyak kejadian ini, wajar kalian curiga. Nyatanya aku punya energi untuk melakukan itu." Shu Yi melambaikan tangan: "Dengar dulu sampai selesai. Masih ingatkah dengan kematian Ye Hengxiu?"
Bao Wei menjawab: "Tentu, Xiao Yan juga terseret karena itu. Aku tidak mungkin melupakannya."
Shu Yi mengangguk: "Benar, justru setelah peristiwa ini aku mulai mencurigaimu. Aku berpikir, seharusnya peran yang kau mainkan, bagaimana bisa tiba-tiba digantikan Bao Yan? Bao Yan menembak mati Ye Hengxiu, dari mana asal senjata polisi itu? Kami sudah menyelidiki seluruh Shanghai tapi tidak menemukan laporan senjata hilang. Untuk melacak petunjuk senjata hilang, aku menyuruh Zhen Nanfang terus-menerus nongkrong di kepolisian. Tentu, selain memantau perkembangan kasus rumah, juga untuk mendapatkan beberapa data."
"Kepala Bao, masih ingat kasus 'Pembunuhan Wang Lijun' yang kau bongkar sepuluh tahun lalu?" tanya Shu Yi perlahan.
Bao Wei mengangguk: "Ingat. Wang Lijun, penembak jitu dari Komando Militer Barat Laut, juara pertama duel satu lawan satu dalam kompetisi militer nasional. Saat itu aku menjabat sebagai kepala staf di Pasukan Polisi Bersenjata Provinsi Sichuan. Operasi pencegahan terhadap Wang Lijun memang bawah komandoku."
Shu Yi tersenyum tipis: "Ya, dalam pertempuran itu kau kehilangan enam prajurit sebelum akhirnya berhasil menembak mati Wang Lijun!" Bao Wei menghela napas: "Benar, sudah sepuluh tahun berlalu. Aku ingat saat itu atasan markas besar ingin memberiku Penghargaan Kelas Satu, tapi aku tidak berani menerimanya. Sungguh memalukan! Aku tak boleh menghiasi catatan prestasiku dengan darah para prajurit!"
Shu Yi berkata: "Kemudian kamu tidak hanya tidak mendapat penghargaan, malah mendapat hukuman." Bao Wei tersenyum kecut: "Ya, karena kehilangan sebuah pistol dinas polisi, yang direbut Wang Lijun dari penjaga kereta api." Saat mengatakan ini, Bao Wei mengangkat kepala dengan terkejut: "Tunggu, Pak Shu, kamu berputar-putar panjang seperti ini, jangan-jangan pistol ini adalah yang hilang itu?" Shu Yi menjawab datar: "Tepat yang itu."
Bao Wei bergumam: "Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin? Bukankah pistol itu sudah hilang?"
Shu Yi berbisik pelan: "Zhen Nanfang telah membaca catatan investigasi kalian saat itu. Untuk langkah antisipasi, kamu menaruh senjata terkait kasus sebagai bukti fisik di mobilmu. Saat itu di mobil selain kamu ada dua perwira. Kamu dan kedua perwira itu sama-sama membuktikan bahwa mobil hanya pernah ke dua tempat: satu Kantor Polisi Kereta Api, kedua rumahmu. Saat di Kantor Polisi Kereta Api ada seorang perwira yang tidak turun, tapi saat sampai di rumahmu kalian bertiga semuanya turun."
"Catatan menyebutkan demikian. Saat itu kalian bertiga sangat kebelet. Setelah mobil masuk ke area kompleks militer, kalian menganggap tidak akan ada masalah lagi karena harus melewati perumahan keluarga dulu sebelum sampai ke markas komando, sementara jarak antara perumahan keluarga dan markas komando sekitar sepuluh menit perjalanan. Kalian tidak tahan lagi dan berhenti di perumahan keluarga, lalu berpisah untuk ke toilet."
"Dalam proses ini tercipta kekosongan hampir tiga menit, dan Anda menduga pistol itu hilang pada saat itu, namun dua perwira lain bersikeras bahwa sejak awal tidak ada pistol tersebut saat membersihkan TKP. Meski tahu akan kena hukuman, Anda tetap mempertahankan pendapat, akhirnya membuat mereka berdua juga mendapat catatan pelanggaran berat. Setelah itu dilancarkan operasi pencarian pistol di perumahan keluarga, sayangnya tetap tidak membuahkan hasil."
Bao Wei mendengarkan dengan serius tanpa memotong ucapan Shu Yi, hanya terus mengangguk. Setelah Shu Yi selesai, dia bertanya: "Pak Shu, saya bingung bagaimana pistol itu bisa muncul di sini?" Shu Yi menjawab: "Karena Anda." Wajah Bao Wei menjadi muram: "Pak Shu, maksud Anda saya yang menyembunyikan pistol ini dulu, lalu bertahun-tahun kemudian menggunakannya untuk membunuh?" Shu Yi menggeleng: "Tidak, saya tidak mengatakan Anda menyembunyikan pistol, apalagi membunuh. Pelakunya orang lain."
Bao Wei langsung bertanya: "Siapa?" Shu Yi diam. Hati Bao Wei kembali bergetar ketakutan!
