Xiao Hui bolak-balik di tempat tidur tanpa bisa tertidur.
Dia yakin ini pasti bukan halusinasi, karena dirinya sama sekali tidak pernah mengalami hal seperti itu. Pasti ada sesuatu yang aneh di balik ini. Semakin dipikirkan, Xiao Hui semakin merasa tidak beres. Perlahan dia turun dari tempat tidur, mendekati pintu, menyetel telinga untuk mendengarkan, lalu memutar kunci pintu dengan hati-hati dan keluar.
Kamar sebelahnya adalah kamar Bao Yan. Xiao Hui berjalan ke depan pintu kamar Bao Yan, mengetuk pintu, tidak ada reaksi. Ia meletakkan tangan di gagang pintu, sedang bersiap mencoba memutarnya ketika cahaya lampu menyembul dari kamar lain, sebuah suara terdengar: "Apa yang kamu lakukan?" Yan Hong menatap Xiao Hui. Xiao Hui menjawab: "Oh, aku dengar ada keributan di kamar Bao Yan, mau melihat ada apa." Yan Hong mengerutkan alis bertanya: "Benarkah? Kok aku tidak dengar?"
Xiao Hui berkata: "Aku juga cuma dengar samar-samar. Biasanya aku tidur nyenyak, sesekali ada sedikit suara langsung terbangun." Setelah berkata demikian, Xiao Hui memutar gagang pintu, Yan Hong pun mendekat.
Meski kamar gelap gulita, Xiao Hui tetap bisa melihat jelas: di tempat tidur tak ada orang! Xiao Hui buru-buru menyalakan lampu: "Bao Yan mana?" Yan Hong juga terkejut: "Xiao Yan mana?" Ia memutar badan menatap Xiao Hui: "Bukannya kamu tidur nyenyak? Jangan-jangan kamu tidak dengar apa-apa?" Xiao Hui memang tidak mendengar suara apapun, alasan mengatakan ada keributan di kamar Bao Yan sepenuhnya hanya untuk mencari pembenaran.
Xiao Hui berlari ke kamar mandi, di dalamnya juga kosong melompong.
Sudah menggeledah seluruh rumah lagi, mana ada bayangan Bao Yan. Xiao Hui melihat pintu ruang tamu sedikit terbuka, mungkinkah Bao Yan pergi keluar? Xiao Hui menelepon biksu yang masih dalam perjalanan. Xiao Hui berkata kepada Yan Hong: "Tante Yan, apakah Anda mendengar keributan apa pun?" Yan Hong menjawab: "Sudah kubilang tadi, aku tidak dengar apa-apa. Nona Xiao Hui, kau yang bertanggung jawab menjaga Xiao Yan, sekarang terjadi urusan seperti ini, menurutmu harus bagaimana?"
Xiao Hui berkata: "Tante Yan, jangan panik. Aku akan segera mencari, juga akan meminta rekan-rekan membantu. Percayalah, Bao Yan pasti baik-baik saja." Usai bicara, Xiao Hui langsung melesat keluar.
Xiao Hui berdiri di pintu gerbang kompleks, memandang sekeliling. Di tengah malam begini, mana kelihatan bayangan manusia. Kawasan ini banyak jalannya, harus mengejar ke arah mana? Dia memutuskan memilih satu jalan secara acak, sambil berlari kencang mengeluarkan HP menelepon Zhen Nanfang.
Zhen Nanfang menerima telepon sambil mendengar Xiao Hui tersengal-sengal menceritakan kejadian secara garis besar. Katanya: "Xiao Hui, kau ceroboh! Segera kembali, cepat pulang! Kalau kau mengejar begitu, bagaimana dengan Yan Hong? Lagipula kau bilang sudah menggeledah seluruh rumah, tapi apakah kamar Yan Hong kau periksa? Coba pikir lagi, apakah urusan yang kau alami malam ini wajar?"
Perkataan Zhen Nanfang bagai siraman air dingin bagi Xiao Hui. Ia pun tenang. Zhen Nanfang benar, bagaimana mungkin dirinya tiba-tiba mengalami trance tanpa alasan? Dengan tingkat kewaspadaan yang dimilikinya, mana mungkin membiarkan Bao Yan meninggalkan rumah tanpa sepengetahuannya? Xiao Hui tersadar: "Aku akan segera pulang sekarang!" Zhen Nanfang menjawab: "Benar, segera pulanglah. Urusan lainnya serahkan pada kami."
Malam itu, Shu Yi dan Bao Wei berbincang lama. Bao Wei tak menyangka Shu Yi telah memberikan perhatian khusus padanya. Namun ia mengakui perkataan Shu Yi masuk akal. Meski Shu Yi belum bisa menunjukkan bukti apapun, Bao Wei secara hati telah menerima pandangannya.
Bao Wei berkata: "Ah, tak kusangka wanita yang telah hidup bersama saya selama bertahun-tahun ini... Bahkan tak kukenal sama sekali." Shu Yi dengan datar menyahut: "Ini bukan salahmu. Dari awal sampai akhir, kau tak melakukan kesalahan. Ngomong-ngomong, Wakil Direktur Pang dari Penjaga Keamanan Kota sepertinya dekat denganmu?"
Bao Wei tertegun sejenak. Setelah cukup memahami cara kerja Shu Yi yang penuh makna tersirat, ia bingung maksud penyebutan nama Pang Tiexin ini. "Lao Pang adalah anak buah lama saya. Di antara dua perwira yang duduk di mobil saya saat pistol hilang, dialah salah satunya. Tapi Pak Shu, saya jamin dia bukan pencurinya karena selalu bersama saya."
Shu Yi tersenyum: "Oh, sekadar bertanya saja."
Saat itu telepon Zhen Nanfang masuk. Shu Yi mendengarkan sebentar, tanpa perubahan ekspresi di wajahnya. Ia berkata kepada Bao Wei: "Maaf, Kepala Bao, saya masih ada urusan. Mari kita akhiri percakapan hari ini. Istirahatlah lebih awal." Bao Wei mengeluarkan suara "Hm" lembut. Dia paham disiplin - Shu Yi sengaja menghindarinya karena ada urusan. "Silakan urus pekerjaanmu dulu, Pak Shu. Saya harap kasus ini bisa tuntas diselidiki, setidaknya jangan biarkan Yan Hong diperlakukan tidak adil."
Shu Yi mengerti maksudnya - agar Shu Yi harus mengeluarkan bukti konkret, jangan sampai Yan Hong difitnah sia-sia.
Kembali ke kamarnya sendiri, Shu Yi baru mengangkat telepon: "Nanfang, dengarkan. Sekarang segera pergilah ke rumah Bao Wei. Periksa situasi sebenarnya. Selain itu, kerahkan personel kepolisian kota untuk memasang penyekatan di seluruh wilayah kota, khususnya kendaraan yang menuju keluar kota. Jika Yan Hong juga hilang, segera hubungi saya!"
Zhen Nanfang menyetir menuju rumah Bao Wei. Saat tiba, biksu juga sudah sampai, bersama Xiao Hui di dalam rumah.
Wajah Xiao Hui penuh kecemasan: "Nanfang, seperti yang kau duga, Yan Hong sudah tidak ada di sini!" Zhen Nanfang sudah menduga hasil seperti ini. Dia menyuruh biksu segera menelepon Shu Yi, lalu menghubungi Wakil Direktur Lu Yu yang sedang bertugas sementara di kantor polisi kota. Dengan menggunakan hak istimewa Shu Yi, dia mengeluarkan perintah pengawasan ketat.
Shu Yi mendengarkan laporan biksu sampai selesai. Tanpa berkata-kata, dia langsung mematikan telepon, lalu menelepon Li Gang.
Li Gang melirik jam, hampir pukul empat. Apa sebenarnya yang Shu Yi lakukan malam ini? Sepertinya tak ada henti-hentinya. Di lubuk hatinya, Li Gang merasa sedikit kesal. Bagaimanapun Shu Yi adalah bagian dari Badan Intelijen, tapi dalam menangani kasus, Shu Yi tak pernah membuka kartu kepada dirinya selaku Direktur. Mulai dari penugasan personel, penyelidikan data, hingga membersihkan jejak kasus – justru urusan membersihkan kesalahan itu yang sering dia tangani.
Meski tak nyaman, dengan sopan dia bertanya: "Pak Shu, sudah larut begini, ada keperluan apa?" Shu Yi menjawab: "Kepala Li, ada urusan yang mungkin perlu Anda turun tangan langsung." Li Gang tersenyum kecut. Bukankah urusan yang harus dia tangani langsung sudah terlalu banyak? Satu dua lagi tak jadi masalah: "Silakan perintahkan, tak usah basa-basi. Kita kan keluarga sendiri."
Shu Yi berkata: "Saya ingin Anda sendiri yang memimpin tim untuk melakukan penangkapan rahasia terhadap Pang Tiexin!" Jika saat menerima telepon tadi masih ada sisa kantuk, kini perkataan Shu Yi itu membuat Li Gang tersentak kaget! Dia melontarkan pertanyaan balik: "Kau bilang Pang Tiexin? Pang Tiexin dari Penjaga Keamanan Kota?" Shu Yi menegaskan: "Benar, dialah orangnya!"
Li Gang bertanya: "Alasannya? Harus ada alasan yang bisa saya terima!" Shu Yi menjawab: "Nanti malam saya akan berikan penjelasan. Tenang saja, jika salah tangkap saya yang bertanggung jawab!" Li Gang membalas: "Jangan main-main! Kau minta saya menangkap Pang Tiexin di saat seperti ini, lagi pula kau berani jamin bertanggung jawab kalau salah? Kau tahu tidak Penjaga Keamanan Kota itu lembaga seperti apa?"
Shu Yi berkata: "Aku tahu, ini adalah tugas penjagaan keamanan untuk kunjungan atasan." Li Gang menyambung: "Lalu apakah kau juga tahu, besok, maksudku nanti malam pukul delapan, Paduka Nomor Lima akan inspeksi ke Shanghai. Sedangkan Lao Pang adalah Komandan Pengamanan! Di saat seperti ini kau menyuruhku menangkap orang, berani tanggung risiko jika terjadi masalah?"
Shu Yi terdiam sejenak. Ia benar-benar tidak mengetahui hal ini. Shu Yi menutup matanya, mempertimbangkan dalam hati. Masalah ini memang rumit. Li Gang meminta alasan, darimana ia bisa memberikan alasan? Meski yakin tidak salah, tapi tak ada bukti sama sekali.
Setelah lama tidak mendengar jawaban, Li Gang berteriak: "Shu Yi! Shu Yi!" Baru kemudian Shu Yi berbisik: "Laksanakan! Aku yang bertanggung jawab!" Li Gang merenung sejenak: "Saranku, laporkan dulu ke Menteri Yan. Ini masalah serius. Jujur saja, kalau benar-benar terjadi masalah, baik kamu maupun aku tidak akan sanggup menanggungnya." Kekhawatiran Li Gang beralasan. Ini pertama kalinya sejak menangani kasus ini, ia dengan tegas menolak perintah Shu Yi.
Shu Yi mengakui kekhawatiran itu. Ia berkata: "Baik, persiapkan dulu. Aku akan telepon Menteri Yan."
“Apa? Shu Yi, sebenarnya kamu mau apa? Direktur Kepolisian, Direktur Penjaga Keamanan, siapa lagi yang mau kamu tahan? Aku peringatkan, Pang Tiexin tidak boleh disentuh! Setidaknya tidak sekarang. Kamu tahu tidak, kalau karena penahananmu terhadap Pang Tiexin menyebabkan masalah dalam pengamanan perusahaan, sampai Paduka Nomor Lima sampai terjadi kesalahan, tanggung jawabnya tidak akan bisa ditanggung siapa pun! Urusan ini tidak bisa didiskusikan, cukup sampai sini.” Yan Zheng juga menolak, bahkan memutuskan telepon Shu Yi dengan kasar.
Shu Yi terpaku memegang telepon! Tak lama kemudian, telepon Li Gang masuk: "Pak Shu, Menteri Yan baru saja menelepon. Beliau bilang masalah ini sementara tidak bisa dilakukan seperti ini. Maaf, saya tidak bisa membantumu." Shu Yi menjawab datar: "Baik, terima kasih, Lao Li."
Shu Yi lesu duduk di sofa, merenungkan sebenarnya harus bagaimana. Ia yakin Pang Tiexin ini bermasalah. Kalau dia bermasalah, maka rencana pengamanan malam ini pasti juga bermasalah. Menurut Shu Yi, justru jika tidak di-drop Paduka Nomor Lima lah yang benar-benar berbahaya. Tapi masalah paniknya adalah bagaimana cara men-drop? Dari Kementerian sampai kantor polisi semua menolak permintaannya. Jika masih bertahan menahan Pang Tiexin, berarti sama dengan mengambil aksi nyata tanpa izin, dosanya sangat berat. Masa depannya mungkin benar-benar hancur.
Shu Yi menyalakan sebatang rokok, matanya menatap jam tangannya. Waktu yang tersisa untuk mereka tidak banyak! Shu Yi mematikan api puntung rokok, kembali mengoper keluar sebuah nomor.
“Shu Yi, kenapa terpikir menelepon saya di jam seperti ini?” tanya Zhu Yi dengan nada terkejut. Shu Yi menjawab: “Guru, saya mengalami kesulitan, harap Anda bisa membantu saya mencari jalan keluar.” Zhu Yi berkata: “Sejak kapan kau jadi begitu sungkan denganku? Dari raut wajahmu, ini pasti hal mendesak. Langsung ke intinya saja.” Shu Yi menjelaskan kecurigaannya secara garis besar. Setelah mendengarkan, Zhu Yi dengan tenang berkata: “Jangan panik, nanti saya akan menghubungimu kembali.”
Sepuluh menit kemudian, Zhu Yi berkata: “Segera hubungi Paman Guang!”
