Mobil memasuki wilayah Kabupaten Jinhai. Bayangan Xiaodie muncul kembali di pikiran Shu Yi, disusul Yanhong, Bao Wei, dan bayangan-bayangan mereka yang tewas dalam kasus ini - baik yang namanya dia ketahui maupun tidak. Juga para anak yang dijadikan bahan eksperimen dan akhirnya dibantai dengan kejam.
Tatapan Shu Yi kini dipenuhi niat membunuh yang mengental. Dia telah memutuskan: bagaimanapun caranya, Yan Zi harus mati. Dibanding kejahatannya, hasil penelitiannya sudah tak berarti lagi. Apalagi data yang disita dari "Villa Renheng" pasti bisa menghasilkan temuan jika diteliti lebih lanjut.
Telepon Shu Yi berdering. Yan Zheng bertanya: "Shu Yi, kudengar kau sedang mengejar Yan Zi?" Setelah jawaban singkat, Yan Zheng melanjutkan: "Ada kabar. Atasan meminta kau menjamin keselamatannya tanpa syarat." Shu Yi menjawab datar: "Untuk penelitian sampahnya itu?" Yan Zheng tahu kemarahan itu, "Hm... Jadi tolong jangan gegabah!"
Shu Yi menyeringai: "Banyak korban telah berjatuhan, dan kau minta aku tenang?" Sambungan telepon diputuskannya secara kasar.
Yu Zhongguo bertanya pelan di samping: "Apa kata bocah itu?" Yan Zheng menggelengkan kepala dengan senyum kecut: "Ah, sepertinya kali ini anak itu akan menghadapi cobaan!" Yu Zhongguo menghela napas: "Sekarang kita hanya bisa berharap Zhu Yi bisa meyakinkannya. Kalau tidak berhasil, beri tahu Ye Qinghan dan kawan-kawan, harus hentikan Shu Yi."
Yan Zheng berkata: "Mudah diucapkan. Sekalipun mereka semua menyerbu bersama, bukan tandingan Shu Yi. Lagipula, wewenang kabupaten tak sebanding kendali langsung. Aku saja tak bisa jamin masih bisa memerintah anak-anak monyet itu. Shu Yi punya daya tariknya sendiri, takkah kau lihat timnya sangat kompak?" Yu Zhongguo menjawab: "Sudahlah, serahkan pada takdir!"
Shu Yi tak menyangka Zhu Yi juga meneleponnya.
"Shu Yi, apa Yan Zheng sudah menghubungimu?" tanya Zhu Yi. Shu Yi hanya membalas "Hm". Zhu Yi yang sangat memahami karakter muridnya ini tak banyak bicara, hanya bertanya lagi: "Pendapatmu?" Shu Yi berbisik: "Bunuh!" Zhu Yi menghela napas lalu menutup telepon.
Lu Yilei memandang Zhu Yi dengan panik: "Apa katanya?" Zhu Yi perlahan mengulangi kata "Bunuh" dari Shu Yi. Lu Yilei tersenyum kecut, lalu menghubungi Lu Guoguang.
Shu Yi masih memiliki jarak kurang dari sepuluh kilometer menuju Dermaga Lüwan, namun di lubuk hatinya sangat panik. Dia takut terlambat, meskipun lelaki itu mengatakan sebelum pukul tiga dini hari, sekarang belum pukul setengah satu. Tapi sangat mungkin waktu yang Yan Zi berikan kepada lelaki itu salah. Shu Yi kini lebih mengkhawatirkan lokasi yang diberitahukan Yan Zi kepada lelaki itu mungkin juga tidak akurat.
Telepon berdering lagi. Shu Yi mengerutkan alis. Telepon yang terus-menerus masuk semuanya memintanya untuk tidak membunuh Yan Zi. Tampaknya orang-orang ini sangat memahami temperamennya. Shu Yi melihat nomor punggung tersebut - nomor ini pernah meneleponnya dua kali dari Hotel Qingxi. Hatinya berdebar, jangan-jangan ini Paduka nomor lima? Terserahlah! Siapapun yang menelepon, Shu Yi sudah tidak mungkin lagi mengubah hatinya.
"Shu Yi? Ini Lu Guoguang!" Hati Shu Yi berdebar kencang. Benar-benar datang hal yang paling ditakutinya. Shu Yi berkata pelan: "Selamat siang, Paduka. Ada perintah khusus?" Lu Guoguang menjawab: "Pikirkan baik-baik urusan Yan Zi. Pertimbangkan mana yang lebih penting." Shu Yi diam membisu. Lu Guoguang melanjutkan: "Jangan bertindak gegabah karena emosi sesaat. Beberapa Paduka sedang memperhatikan masalah ini..."
Sebelum Lu Guoguang selesai berbicara, suara "tut-tut" terdengar dari telepon. Saat ditelepon kembali, "Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang mati." Awalnya Lu Guoguang mengerutkan alis, matanya melotot, tapi kemudian tiba-tiba tersenyum: "Bangsat! Bocah ini berani mematikan teleponku!" Bayangan dan Lu You saling tersenyum. Ekspresi Lu Guoguang seperti ini membuktikan dia tidak benar-benar marah.
Lu Guoguang menghela napas: "Shu Yi, Shu Yi, Pak Senior ini melakukannya demi kebaikanmu. Kau tahu tidak, jika kau benar-benar membunuh Yan Zi, prospek karirmu akan hancur." Lu You berkata lembut: "Sebenarnya Shu Yi sudah punya rencana matang sejak lama. Saat mengucapkan kata 'Bunuh' kepada mentornya, dia sudah paham konsekuensinya."
Bayangan mengangguk: "Aku justru mengagumi bajingan ini. Pria sejati tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak. Urusan yang wajib dilakukan meski tak bisa - PASTI dilakukan! Urusan yang bisa tapi tak pantas - PASTI ditinggalkan! Tak gentar harimau, tak ciut serigala, benar-benar pria berintegritas!"
Lu Guoguang melirik bayangan: "Kalian ini, semangat berlebihan tapi perencanaan kurang. Kau tahu? Dengan bertindak seperti ini, dia memang membalas dendam dengan puas, tapi semua yang membantunya akan tertekan. Sudahlah, nanti paling-paling aku yang harus merendahkan wajah tua ini." Lu You dan bayangan lega, rupanya keluarga Lu sudah mempersiapkan perlindungan untuk Shu Yi.
Lu Guoguang merenung sejenak lalu berkata: "Tidak bisa. Aku harus menelepon keluarga Lao Guang. Mereka juga terlibat dalam urusan ini, mana mungkin kita biarkan mereka tinggal diam."
Guang Ren juga menerima telepon dari pemimpin keluarga Guang, isinya tetap memintanya membujuk Shu Yi untuk mengutamakan gambaran keseluruhan. Guang Ren tersenyum kecut: "Paman, aku tidak bisa membujuknya. Menurutku lebih baik Paman pikirkan dulu cara membersihkan jejak untuknya!" Guang Zesheng menghela napas: "Guang Ren, tahukah kamu konsekuensi dari ketidakpatuhannya pada perintah atasan? Sudahlah, aku akan berdiskusi dengan si Paus tua keluarga Lu. Dengan dua wajah tua kami, seharusnya bisa melindunginya."
Guang Ren berkata: "Bajingan ini terlalu terikat asmara, terlalu emosional. Memang ada masalah dalam teknik penyelesaian banyak hal." Guang Zesheng menjawab: "Emosi itu buruk? Memiliki perasaan itu salah? Ini adalah manusia berprinsip sayangnya... Xiao Hui masih terlalu muda. Ah, tidak usah dibahas!" Guang Ren melanjutkan: "Xiao Hui dengan Zhen Nanfang itu sebenarnya..."
Guang Zesheng memotong: "Cukup! Si Zhen atau apalah namanya itu, kalau mau bersama Xiao Hui harus tunjukkan ketulusan. Setidaknya sampai sekarang aku belum memberinya pengakuan. Kita lihat perkembangannya!"
Tanpa sepengetahuan Shu Yi, keluarga Lu dan Guang telah menyiapkan rencana terburuk akibat kekerasan kepalanya. Shu Yi mematikan lampu mobilnya 3-4 km sebelum Dermaga Teluk Hijau, perlahan meraba-raba dalam kegelapan.
Akhirnya tiba di Dermaga Teluk Hijau, Shu Yi turun dari mobil dalam kegelapan.
Kapal di dermaga tidak terlalu banyak, tapi juga tidak bisa dibilang sedikit.
Shu Yi tidak tahu apakah kapal yang dikatakan lelaki itu untuk menjemput mereka benar-benar berlabuh di dermaga. Ia hanya bisa memeriksa satu per satu kapal dengan lambat. Shu Yi sangat panik, yang paling dikhawatirkannya adalah kapal itu tidak ada sama sekali, atau mereka melarikan diri dari dermaga sebelum ia menemukannya. Jadi Shu Yi harus memastikan keberadaan dan lokasi kapal itu dalam waktu sesingkat mungkin.
Shu Yi menelepon Ye Qinghan dan yang lain, meminta mereka datang tanpa membuat keributan. Shu Yi menyesal telah membunuh pria itu terlalu cepat tanpa menanyakan detail lokasi kapal dan cara naik ke kapal.
Di dermaga terdapat sekitar seratus kapal.
Shu Yi menghabiskan hampir dua puluh menit hanya untuk memeriksa kurang dari setengahnya. Ketika Ye Qinghan dan yang lain akhirnya tiba, mereka membagi tugas untuk melanjutkan pencarian. Ye Qinghan berkata pada Shu Yi: "Kita hubungi patroli laut untuk mengepung dermaga, biar kapal mereka tidak kabur!" Shu Yi tersenyum kecut sambil menepuk dahinya: "Aku sudah kalut. Segera koordinasi dengan mereka, kita harus mempercepat pencarian."
Setelah menerima telepon Ye Qinghan, Meng Kui berkata: "Baik, ada satuan patroli laut dekat Dermaga Teluk Hijau. Akan kusuruh mereka segera mengepung, kira-kira lima menit lagi sampai!" Ye Qinghan berseru gembira: "Luar biasa! Terima kasih, Kapten Meng!" Meng Kui tertawa: "Jangan sungkan-sungkan, kita satu keluarga. Segera kuatur."
Tepat lima menit kemudian, dentuman mesin patroli laut menggema di permukaan laut.
Seiring dentuman mesin yang menggema, cahaya lampu menyala di sebuah kapal. Shu Yi yang pertama melesat menuju kapal yang bercahaya. Tiba-tiba, empat lima lelaki berbaju hitam melompat keluar dari kabin kapal. Melihat Shu Yi, mereka sama sekali tidak bersuara. Salah seorang dengan cepat mengeluarkan pistol, sayangnya dia tidak sempat menembak sebelum senjata itu berpindah ke tangan Shu Yi.
Kecepatan Shu Yi membuat mereka terkesima. Yang lain baru menyadari situasi, namun sudah tidak mungkin lagi menggapai senjata api karena jarak antar mereka terlalu dekat. Beberapa pisau pendek muncul di tangan para penyerang, menghujam ke arah Shu Yi. Sayangnya, kelincahan mereka tidak sebanding dengan Shu Yi, meski bersenjatakan pisau. Ditambah dengan kehadiran biksu dan Xiao Hui yang ikut melompat ke atas kapal, empat lima sosok berbaju hitam itu pun ambruk seketika.
Shu Yi menerobos masuk ke kabin kapal. Di dalamnya masih ada lima enam orang, salah satunya adalah Yan Zi.
Yan Zi menatap Shu Yi dengan wajah yang memancarkan keterkejutan dan kepanikan.
Shu Yi memandangnya dalam keheningan. Seandainya tatapan bisa membunuh, Yan Zi pasti sudah mati berkali-kali. Ye Qinghan dan Xiao Sheng juga turun ke bawah. Dengan suara lembut Shu Yi berkata, "Qinghan, kalian mundur dulu." Ye Qinghan berseru, "Pak Shu!" Shu Yi menoleh memandangi mereka semua, "Bagaimana? Kalian juga mau menghadangku?" Ye Qinghan dan Xiao Sheng saling bertukar pandang penuh tanya. Benar, mereka telah menerima perintah tegas dari Yan Zheng untuk mencegah Shu Yi melakukan tindakan gegabah.
Tatapan Shu Yi dingin. Keduanya belum pernah melihat Shu Yi memandang mereka dengan tatapan seperti itu, penuh kekecewaan. Ye Qinghan menghela napas: "Pak Shu, berhati-hatilah!" Setelah berkata demikian, ia menarik Xiao Sheng dan pergi. Biksu tidak ikut pergi, masih berdiri di belakang Shu Yi. Shu Yi berkata datar: "Kau juga naiklah." Biksu menggeleng: "Serahkan yang lain padaku!"
Shu Yi tertegun sejenak. Akhirnya, ia tersenyum.
Ia berkata pada biksu: "Tidak takt kau tidak bisa mencapai Surga Barat?" Biksu menjawab: "Di mana pun bisa berlatih?" Usai bicara, biksu bergerak menyerang beberapa orang di dekat Yan Zi.
Yan Zi berteriak: "Hadang mereka! Bunuh mereka!" Beberapa lelaki segera menghalangi biksu. Shu Yi bergerak cepat menyambar Yan Zi. Yan Zi tak bisa mundur lagi. Shu Yi yakin serangan ini pasti akan menghabisi Yan Zi! Tiba-tiba, salah satu lelaki berbalik menghadang Shu Yi. Dari kontak pertama, Shu Yi langsung merasakan ini adalah saingan berat. Ia menangkap kecepatan dan kekuatan lelaki itu, yang terpenting adalah motivasi dan aura pembunuhnya!
Shu Yi memicingkan mata, memandangnya dengan tenang.
【Volume Keempat: Jiangnan Guishe】
