Menurut pemilik restoran kecil, Zhen Nanfang dan kawan-kawan seharusnya sudah tiga hari berturut-turut sarapan di tokonya. Tapi Zhen Nanfang tahu ini tidak benar. Zhen Nanfang tersenyum pada bos: "Hehe, ini sudah jadi kebiasaan kami!" Dia tidak menyangkal, dengan pandangan mata menghentikan ekspresi terkejut di wajah Xiao Hui dkk.
Bos restoran mengantar youtiao dan susu kedelai: "Silakan dinikmati."
Zhen Nanfang memanggilnya: "Bos, mau tanya sesuatu." Bos berhenti dengan senyum lebar: "Ada apa?" Zhen Nanfang bertanya: "Tahukah siapa yang tinggal di sebelah sini?" Bos menghela napas: "Itu dulunya rumah Wang Yimin. Tapi 30 tahun lalu dia dan istrinya sudah meninggal. Rumah itu sudah lama kosong." Jawaban ini kurang lebih sesuai dengan dugaan Zhen Nanfang.
Zhen Nanfang berkata: "Oh? Bagaimana mereka mati?" Pemilik toko menjawab: "Tahun itu istri Wang Yimin, Liu Xiang, meninggal karena keguguran. Wang Yimin sangat mencintai Liu Xiang. Kematian Liu Xiang membuatnya terpukul berat. Sejak saat itu, Wang Yimin menjadi murung, tidak nafsu makan, dan dalam beberapa bulan ia meninggal karena depresi. Keluarga Wang melaksanakan wasiatnya, menguburkannya bersama Liu Xiang di Bukit Woju, tidak jauh dari kuil di sebelah barat kota."
Saat mengatakan ini, pemilik toko melirik ke sekeliling lalu menurunkan suaranya: "Menurutku, kalian ini orang berani. Kudengar rumah Wang Yimin itu angker! Orang-orang sering dengar suara keributan Wang Yimin tengah malam! Kalian yang tinggal di sebelah tidak dengar suara apa-apa?" Zhen Nanfang menggelengkan kepala: "Tidak. Tidak ada suara aneh. Hal-hal mistis seperti ini biasanya cuma rumor yang dibesar-besarkan."
Mata pemilik toko menatap wajah Zhen Nanfang, lalu beralih ke Xiao Hui dan yang lain. Sekarang dia bingung, tidak paham apakah perkataan Zhen Nanfang itu kata-kata benar atau palsu.
Empat orang makan sarapan lalu meninggalkan restoran kecil, toko Nyonya Liu sudah dibuka. Nyonya Liu sedang membersihkan area depan toko, melihat Zhen Nanfang dan kawan-kawan mendekat, wajahnya penuh senyum: "Wah, hari ini pagi sekali ya?" Zhen Nanfang tersenyum: "Tidak pagi, ini sudah lewat jam sembilan." Setelah berkata demikian ia masuk ke dalam toko Nyonya Liu yang diikuti sang nyonya: "Hari ini mau beli apa?" Zhen Nanfang menjawab: "Oh, beri saya dua senter."
Nyonya Liu berkata: "Bisa, tak masalah. Saya baru masuk stok senter cahaya kuat model isi ulang, sangat bagus." Zhen Nanfang mencoba senter yang disodorkan Nyonya Liu, kualitasnya jauh lebih buruk dibanding peralatan dinas mereka, tapi membeli senter hanya kedok. Dengan sigap ia membayar lalu bertanya: "Nyonya Liu, saya mau tanya sesuatu!" Nyonya Liu menatapnya sejenak lalu bertanya: "Apa itu?" Zhen Nanfang melirik ke arah biksu yang menunggu di luar toko, berbisik: "Tahu tidak kemana Wang Yimin pindah tengah malam itu?"
Sudut mata Nyonya Liu berkedut, lalu ia berkata datar: "Wang Yimin? Bukankah dia sudah lama meninggal?" Zhen Nanfang menyahut: "Meninggal? Dulu Ibu pernah bilang agar saya berhati-hati, katanya setiap malam dia gentayangan. Saya sendiri pernah melihatnya, kenapa sekarang tiba-tiba bilang dia sudah mati?" Nyonya Liu terlihat terkejut: "Hah? Apa saya pernah mengatakan itu? Bagaimana mungkin?"
Liu Sao melihat ke luar, berbisik: "Waktu itu aku cuma bilang itu rumah tua keluarga Wang Yimin, ada hantunya. Aku ingatkan kalian untuk berhati-hati. Eh, beneran kamu ketemu Wang Yimin?" Zhen Nanfang berpura-pura bingung: "Ah? Aku kok jadi agak linglung!" Liu Sao terus mendesak: "Dengar, adik, apa kamu benar-benar melihat Wang Yimin?" Zhen Nanfang mengangguk: "Iya, aku benar melihatnya. Bukan cuma aku, teman-temanku juga."
Wajah Liu Sao dipenuhi ketakutan: "Beneran?" Zhen Nanfang mengangguk. Liu Sao berkata: "Dari dulu sudah kubilang pindah tempat tinggal. Lihat, tidak dengarkan aku. Sekarang kemasukan roh jahat kan?" Zhen Nanfang menjawab: "Tidak apa. Kami juga tidak akan tinggal lama, tidak perlu repot-repot." Liu Sao menghela napas: "Ya sudah. Semoga tidak ada masalah."
Setelah meninggalkan toko Liu Sao, Zhen Nanfang mengulangi perkataan perempuan itu.
Biksu berkata: "Sepertinya seperti yang kau katakan, seluruh penduduk kota ini berbohong." Xiao Hui menambahkan: "Jujur saja, aku sangat mengagumi orang yang merancang skenario ini. Kemampuan mengatur drama sebesar ini bukanlah hal mudah." Zhen Nanfang berkata datar: "Jangan lihat banyak marga berbeda di kota ini. Puluhan tahun terakhir, mereka sudah terjalin rumit dengan keluarga Wang. Ada hubungan kekerabatan, bahkan bisa dibilang sudah menjadi cabang marga luar keluarga Lao Wang."
“Seluruh kota sebenarnya adalah satu klan. Bayangkan kekuatan sebuah klan, untuk mementaskan drama sebesar ini sebenarnya bukan hal sulit.” Zhen Nanfang selesai berbicara, Xie Yi menyambung: “Yang tak kupahami adalah drama ini sepertinya sudah diatur dari lama, dan kita hanya kebetulan ada di sini. Lalu untuk siapa persiapan drama ini?”
Zhen Nanfang berbisik pelan: “Untuk kita.”
Xie Yi bertanya bingung: “Bagaimana mungkin? Kedatangan kita ke Kota Mang juga keputusan dadakan.” Zhen Nanfang tersenyum: “Benar, kedatangan kita memang dadakan. Jadi pernyataanku bahwa ini untuk kita hanya setengah benar, karena drama ini dipersiapkan untuk siapapun yang ingin menyelidiki urusan Kota Mang tuntas - dan kebetulan kitalah orang-orang itu.”
Biksu berkata: “Sepertinya Kota Mang menyimpan konspirasi besar yang tak diketahui orang. Kalau tidak, mereka takkan membuat desain sebanyak ini sebelumnya.” Zhen Nanfang menanggapi: “Hm, karena itu kita harus berhati-hati. Begitu kita menyentuh pantangan mereka, kemungkinan besar mereka akan seblakangan menjatuhkan tangan.” Xiao Hui menambahkan: “Justru aku harap mereka bergerak. Selama diam, kita tak bisa mengejar ekor mereka. Begitu bergerak, pasti menunjukkan celah.”
Zhen Nanfang mengingatkan: “Memang begitu, tapi kita di tempat terang, mereka di kegelapan. Kalau benar-benar mau melakukan sesuatu, teknik mereka sulit diantisipasi.” Tiba-tiba biksu berkata: “Ngomong-ngomong, ada satu orang yang mungkin memberitahu kebenaran.” Zhen Nanfang tertegun sejenak: “Maksudmu Lu Heping itu?” Biksu mengangguk: “Dia yang tidak dihormati seluruh warga Kota Mang, tentu tak mungkin bersekongkol dengan mereka kan?”
Zhen Nanfang berpikir sejenak lalu berkata: "Begini, Biksu, Xie Yi, kalian berdua kakak pergi cari Guo Xuan, selidiki sikapnya, apakah dia juga akan menyangkal keras pernah bertemu dengan Wang Yimin. Aku dan Xiao Hui akan menemui Manajer Lu ini."
Lu Heping hari ini membatalkan semua janji bisnis. Mimpi aneh tadi malam membuatnya sangat ketakutan. Hari ini dia diam di rumah, sejak pagi sudah menyeduhkan teh dan duduk di kursi santai di halaman. Urusan negosiasi dengan kota diserahkannya pada staf perusahaan lain. Lu Heping masih bingung, Shen Hanyu sudah mati sekian lama, tapi tak pernah sekalipun dia bermimpi tentangnya. Kenapa tadi malam? Meski sadar itu hanya mimpi, tapi suasana mimpinya terasa sangat nyata, sensasinya persis seperti kejadian sesungguhnya.
Mendengar suara ketukan pintu, Bibi Kedua berlari dari ruang tengah: "Aku yang buka." Lu Heping tetap tak bergerak.
Suara pemuda terdengar dari luar: "Permisi, apakah Tuan Lu Heping ada di sini?" Bibi Kedua menoleh memandang Lu Heping. Setelah dia mengangguk, barulah Zhen Nanfang dan Xiao Hui diizinkan masuk. Lu Heping bangkit duduk. Setelah bibinya mempersilakan tamu duduk dan menghidangkan teh sebelum pergi, barulah dia bertanya pelan: "Boleh tahu kalian berdua...?"
Zhen Nanfang tersenyum menjawab: "Selamat siang, Manajer Lu. Ini dokumen saya!" Dia menyodorkan surat tugas. Dia tahu tipe orang seperti Lu Heping mudah meremehkan orang berdasarkan status, sehingga komunikasi setara mustahil terjalin dan jawaban yang diharapkan tak akan diperoleh.
Lu Heping melirik, lalu mengerutkan alis. Penyelidik Senior Seksi Sembilan Biro Kelima Kementerian Keamanan Negara.
Sejujurnya, Lu Heping agak meragukan keaslian dokumen ini. Pertama, dia belum pernah melihat dokumen Badan Intelijen, kedua penampilan Zhen Nanfang terlalu muda, mungkin belum 18-19 tahun. Ia mengembalikan dokumen itu: "Ada keperluan apa dengan saya?" Zhen Nanfang memberi isyarat pada Xiao Hui untuk menutup pintu pagar, lalu berbisik: "Tuan Lu, bisakah kita bicara di dalam rumah?"
Melihat Zhen Nanfang yang misterius, Lu Heping mengangguk.
Ketiganya masuk ke ruang tengah. Bibi kedua yang cerdik tersenyum: "Kalian lanjutkan, saya akan beli sayuran."
Setelah bibi pergi, Lu Heping berkata: "Sekarang bisa dijelaskan?" Zhen Nanfang mengeluarkan rokok dan menawarkannya, tapi Lu Heping menolak: "Saya biasanya tidak merokok pagi-pagi." Zhen Nanfang menyalakan rokoknya sendiri lalu bertanya: "Konon leluhur Tuan Lu juga dari keluarga Wang?" Alis Lu Heping kembali berkerut, wajahnya memerah tanda kemarahan.
Wajar Lu Heping murka. Pertanyaan Zhen Nanfang ibarat menggaruk luka lama. Masalah dikeluarkannya garis keturunannya dari silsilah Wang masih menjadi luka yang tak kunjung sembuh di hatinya. Dengan suara datar ia menjawab: "Apa hubungannya dengan kalian berdua?" Zhen Nanfang tersenyum minta maaf: "Maaf Tuan Lu, kami tidak bermaksud membuka luka lama. Hanya sekadar bertanya."
Lu Heping berkata dengan kesal: "Kalau begitu, bicaralah terang-terangan, jangan berbelit-belit."
Zhen Nanfang mengangguk: "Baik, saya akan langsung ke inti percakapan." Lu Heping juga mengangguk, hatinya dipenuhi rasa ingin tahu, ingin tahu urusan apa yang membuat dua orang mengaku dari Kementerian Keamanan Negara ini mencarinya.
Zhen Nanfang bertanya: "Anda seharusnya mengenal Wang Yimin?" Lu Heping tertegun sejenak, lalu mengangguk: "Saya kenal, ada apa?" Zhen Nanfang berkata: "Bisa ceritakan pada kami?" Lu Heping bertanya: "Cerita apa? Wang Yimin?" Zhen Nanfang mengangguk: "Benar, kami ingin mengetahui kondisi terkait Wang Yimin." Lu Heping tersenyum: "Wang Yimin sudah hampir 30 tahun meninggal, sebenarnya ingin tahu apa?"
Zhen Nanfang berkata datar: "Bisa ceritakan bagaimana dia mati?" Lu Heping berpikir sejenak: "Itu kejadian 32 tahun lalu, waktu itu saya masih remaja..."
