Pagi-pagi benar, Xiao Sheng sudah mengantar Hu Die ke bandara.
Saat Hu Die pergi, perasaannya sangat rumit. Dia berkata kepada Shu Yi: "Sampai jumpa jika ada jodoh lagi!" Shu Yi tersenyum kecut dan berpamitan. Terhadap wanita seperti ini, Shu Yi pun tak punya jalan keluar. Tapi Shu Yi yakin takkan ada ikatan seperti itu lagi.
Setelah Hu Die pergi, Shu Yi menelepon Mu Qi'er. Dengan tenang, Mu Qi'er mendengarkan seluruh cerita Shu Yi. Ketika mendengar pertemuan Shu Yi dengan Zhuge Fengchu, Mu Qi'er juga mengeluarkan keringat dingin. Tentu saja, dia tahu semuanya sudah berlalu sehingga tak terlalu terguncang. Dia berkata: "Seharusnya kau tidak menyusuri bahaya. Selain itu, tentang api biru itu, aku yakin kita akan memahaminya nanti, tak perlu terburu-buru sekarang."
Shu Yi menjawab: "Hm, aku juga sudah menyadari segalanya. Takkan kubawa urusan ini terus di hati. Aku berencana berangkat ke Lijiang sore ini." Mu Qi'er berkata: "Baik, tapi kau harus siap mental. Dàdiē punya kesan buruk padamu, bahkan Ayahku juga terpengaruh. Jadi mungkin kau akan menghadapi kesalahpahaman di Lijiang." Shu Yi diam. Mu Qi'er melanjutkan: "Shu Yi, mereka adalah seniorku, jadi kuharap..."
Sebelum Mu Qi'er selesai bicara, Shu Yi segera menyela: "Aku mengerti. Takkan ada percekcokan dengan mereka." Mu Qi'er berkata: "Bagus. Aku menantimu!" Tiga kata sederhana itu membuat hati Shu Yi tenang, menghangatkan perasaannya.
Ye Qinghan melihat Shu Yi menutup telepon, berkata sambil tertawa: "Pak Shu, apakah perjalanan ke Lijiang perlu kami kawal?" Shu Yi menggelengkan kepala: "Tidak perlu. Kau dan Xiao Sheng bersiaplah ke Jiangnan. Urusan di selatan tampaknya rumit, pergilah bantu mereka." Ye Qinghan mengangguk: "Hm, kami sudah siap, sore ini akan berangkat."
Bel pintu berbunyi. Ye Qinghan berjalan membuka pintu. Di depan pintu berdiri seorang lelaki berpakaian adat suku Naxi: "Apakah Shu Yi tinggal di sini?" Ye Qinghan melirik ke arah Shu Yi. Shu Yi mendekat: "Saya sendiri." Pria itu berkata: "Saya mengantar undangan." Setelah menyerahkan undangan dengan kedua tangan, ia berbalik pergi.
Shu Yi membuka undangan dan melihat janji pertemuan pukul 12 siang di Gedung Teh Qingyun. Namun nama pengundang tidak tercantum. Ye Qinghan menyundul melihat: "Pak Shu, jangan-jangan ini jamuan Hongmen?" Shu Yi tersenyum: "Pasti keluarga Mu." Ye Qinghan bertanya dengan bingung: "Bagaimana Bapak tahu?" Shu Yi menjawab: "Tebakan."
Dugaan Shu Yi tepat. Tepat pukul 12 siang, ia tiba di Gedung Teh Qingyun. Seorang pemuda di lantai bawah mengantarnya naik ke bilik VIP. Di dalam terdapat empat orang: dua sesepuh dan dua paruh baya. Pemuda itu mundur setelah mengantar Shu Yi masuk.
Shu Yi berdiri di ambang pintu. Empat pasang mata di ruangan itu menyorotinya. Tanpa rasa cemas, ia berdiri tenang dengan senyuman, sambil mengamati keempat lelaki di ruangan itu dengan seksama.
Salah satu yang senior bertanya: "Kau Shu Yi?" Shu Yi mengangguk: "Benar!" Orang itu menunjuk kursi: "Duduklah bicara." Shu Yi pun duduk. Senior itu bertanya: "Tahukah kau siapa kami?" Shu Yi mengangguk lagi: "Kalian dari Keluarga Mu. Anda adalah Kepala Keluarga Qi'er!" Ekspresi terkejut muncul di wajah senior itu.
Shu Yi menatap senior lain: "Jika tebakanku benar, Anda adalah ayah Qi'er!" Senior itu benar-benar terpana: "Bagaimana kau tahu? Hanya dengan menebak?" Shu Yi menggeleng: "Kepala Keluarga Mu memiliki wibawa alami. Tubuhnya memancarkan aura pemimpin. Jadi kutentukan ini pasti Kepala Keluarga. Setelah identitas Kepala Keluarga terkonfirmasi, identitas Paman jadi mudah dilacak."
Kepala Keluarga berkata tenang: "Shu Yi, perlakuanmu pada Qi'er agak berlebihan." Shu Yi menjelaskan: "Ada alasan khusus. Aku juga tidak ingin menyeret Keluarga Mu." Kepala Keluarga mendesah sinis: "Keluarga Mu Yun Du tak pernah takut siapa pun!" Shu Yi menjawab: "Aku tahu Keluarga Mu tak gentar di Yun Du. Tapi itu hanya berlaku untuk orang biasa. Lawanku adalah musuh kuat. Aku tak ingin Keluarga Mu kena imbas."
Mu Sen menatap wajah Shu Yi yang penuh ketulusan. Matanya beralih ke Mu Sang.
Mu Sang berkata: "Baiklah, karena kau bilang begitu, aku akan percaya dulu pada poin ini. Tapi ada satu hal yang tak kumengerti, mengapa kau harus pergi ke hotel ngekos dengan wanita itu? Sepengetahuanku, kalian bahkan tinggal di kamar yang sama. Shu Yi, kudengar wanita itu juga bibit kecantikan."
Shu Yi menjawab: "Aku punya alasan yang bisa dimaklumi." Mu Sang menyergah: "Apapun alasannya, laki-laki dan perempuan lajang tinggal bersama beberapa malam. Jika kau bilang tak ada urusan apa pun yang terjadi, jujur saja, aku sama sekali tidak percaya."
Shu Yi membuka mulutnya, tapi tak keluar setengah kata pun.
Mu Sang mengejek: "Bagaimana? Kehabisan kata ya?" Shu Yi tersenyum kecut. Urusan seperti ini justru semakin sulit dijelaskan, malah akan semakin tidak masuk akal.
Shu Yi diam, tapi Mu Sang tidak tinggal diam.
Ia melanjutkan: "Tahukah kau mengapa kau diundang hari ini?" Shu Yi menggeleng: "Tidak tahu." Mu Sang berkata tegas: "Baik, akan kuberitahu. Hari ini kau dipanggil untuk memintamu meninggalkan Mu Qi'er. Aku tidak mau gadisku menjalani kehidupan masa depan dengan penderitaan dan penyesalan."
Shu Yi bersikeras: "Aku ingin bertemu Qi'er." Mu Sang membentak: "Qi'er takkan mau menemuimu. Lebih baik kau kembali ke tempat asalmu!" Shu Yi tetap tak bergerak, senyum tipisnya masih tergantung: "Dia pasti akan menemuiku." Mu Sang mengerutkan alis: "Apa kau begitu percaya diri? Kalian anak muda selalu bilang cinta itu egois, menurutmu dia bisa mentolerir hubungan tidak jelasmu dengan wanita lain?"
Shu Yi menjawab: "Benar, cinta itu egois, tapi elemen paling fundamental dari cinta adalah kepercayaan! Kami telah melalui terlalu banyak bersama, bahkan ujian hidup-mati. Takkan ada yang mengkhianati, aku pun begitu."
Mu Sang melirik Mu Sen. Keduanya diam membisu.
Shu Yi menuangkan teh segar untuk semua yang hadir: "Ayah, Paman, perasaanku pada Qi'er sungguh tulus. Ada alasan mengapa aku pernah bersama wanita itu. Asal usulnya sudah kujelaskan pada Qi'er. Lagipula, tak ada masalah antara kami."
Mu Sang mengangkat cangkir teh. Setelah menyesap perlahan, alisnya yang berkerut pelan-pelan meregang.
Mu Sen berkata: "Shu Yi, jujur saja aku tak menyukaimu. Meski Qi'er memujimu sebagai sosok luar biasa, mungkin kau memang hebat, tapi kuketahui: semakin luar biasa seorang lelaki, semakin sulit diyakinkan kemenangannya. Lagi pula, profesimu penuh Bahaya, sangat berbahaya. Tak kumau Qi'er hidup dalam kegelisahan setiap hari."
Shu Yi tak bersuara, mendengarkan dalam keheningan.
Mu Sen melanjutkan: "Lihatlah! Baru sebentar bersama, kau sudah beberapa kali cedera masuk rumah sakit. Bahkan Qi'er pernah mengalami cedera parah karena kariermu yang disebut-sebut itu, nyaris kehilangan nyawa. Shu Yi, jika tak bisa memberinya kehidupan yang tenang dan aman, lebih baik kau menjauh."
Shu Yi menghela napas perlahan, kata-kata Mu Shen menusuk hatinya dalam-dalam. Ya, jika dilihat dari segi emosi, dari cintanya pada Mu Qi'er, Shu Yi tak punya penyesalan. Tapi hanya dalam hal ini, dia sama sekali tak bisa menjamin. Shu Yi punya tanggung jawabnya sendiri, dan pekerjaannya penuh dengan Bahaya. Setidaknya saat ini dia tak bisa memberi Mu Qi'er kehidupan yang stabil, bahkan keamanan seperti yang disebut Mu Shen pun tak benar-benar terjamin.
Shu Yi menundukkan kepala.
Mu Shen menghela napas panjang: "Shu Yi, jika kau benar-benar menyukai si gadis Qi'er, kami tak akan menghalangi. Tapi kau harus berjanji satu hal." Shu Yi mengangkat kepala memandangnya. Mu Shen melanjutkan: "Tinggalkan pekerjaanmu, hiduplah dengan tenang sebagai orang biasa, tinggallah di Yun Du, di Lijiang, jalani kehidupan biasa dan tenang bersama Qi'er."
Di lubuk hati Shu Yi terasa getir, permintaan Mu Shen tidak berlebihan. Kehidupan yang dijelaskan Mu Shen justru yang didambakannya. Tapi manusia seringkali tak bisa mengendalikan diri. Shu Yi tahu beban di pundaknya, juga tanggung jawab besar yang dipikulnya.
Bagaimana mungkin dia menghindari tanggung jawab hanya untuk kenyamanan diri, ketenangan hidup, dan cintanya sendiri?
Shu Yi akhirnya membuka topik: "Paman, Paman Mu, maaf, aku tidak bisa menerima syarat kalian." Mu Sen menyeringai: "Katanya cintamu pada Qi'er begitu dalam, bahkan berkorban untuknya pun tak sanggup! Ternyata dia cuma segitu nilainya di hatimu." Shu Yi dengan serius menjawab: "Menolak syarat kalian bukan berarti aku tidak mencintai Qi'er. Sebagai lelaki, selain asmara, aku punya tanggung jawab pada keluarga dan masyarakat."
Seluruh anggota Keluarga Mu terdiam, memandang Shu Yi dalam keheningan.
"Setidaknya untuk saat ini, aku harus menanggung kewajibanku. Memang pekerjaanku penuh bahaya, bahkan nyawaku bisa melayang kapan saja. Tapi tugas inilah yang menjamin keselamatan banyak orang, membuat mereka bisa hidup aman." Shu Yi berdiri setelah mengatakan ini: "Aku akan meninggalkan Qi'er. Justru karena cinta, aku menerima pandangan kalian. Tak boleh egois membuatnya terus berada dalam bahaya bersamaku."
"Sudah, aku berpamitan." Hati Shu Yi remuk redam, tapi senyum tetap mengembang di wajahnya. Ia berdiri dan berbalik pergi di bawah tatapan anggota Keluarga Mu.
Sampai di pintu, dia mendengar suara bergemuruh dari belakang: "Berhenti! Kembali ke sini." Shu Yi menghentikan langkahnya, berbalik perlahan. Orang yang berbicara ternyata Mu Sang. Mu Sang berkata: "Si bocah, kembali ke sini! Mau pergi begitu saja?" Shu Yi tak tahu apa lagi yang mereka mau. Dia berjalan kembali dan berdiri di depan mereka: "Om Besar, masih ada keperluan?" Sikap Shu Yi penuh hormat tapi tetap menyiratkan kesombongan!
